Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Mendidik Putra Putri dengan Baik dan Benar

Mendidik Putra Putri dengan Baik dan Benar

Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus mendapatkan perhatian dari orang tuanya secara serius, terutama dalam hal pendidikan mereka, agar kelak menjadi anak shaleh dan shalehah.

Marilah kita tanamkan nilai-nilai agama dan budi pekerti yang luhur sedini mungkin agar mereka menjadi generasi yang berkualitas dan berakhlak mulia yang sanggup mengatasi tantangan kehidupan dizamannya, karena mereka akan hidup disuatu zaman yang berbeda dengan zaman kita.

Saat ini kita perlu merasa perihatin dengan munculnya beberapa kasus yang menimpa generasi muda ditanah air kita, di mana pada usia yang masih belia, bahkan masih dalam kategori anak-anak, telah terjadi perilaku-perilaku yang tidak lagi bisa dikatagorikan sebagai bentuk “kenakalan” pada umumnya, melainkan sudah menjerumus pada prilaku kriminal. Padahal kita tahu bahwa mereka adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan kita; generasi yang akan menjadi bagian dari potret tanah air Indonesia di massa yang datang.

Realitas ini harus kita sikapi secara serius , karena jika tidak , maka kiranya bukanlah suatu hal yang mustahil kasus-kasus seperti itu akan menjalar dan menjangkit mengenai lingkungan kita.

Marilah kita kembali kepada konsep ajaran agama Islam yang memandang anak sebagai amanah atau titipan Allah yang harus dijaga dan diperhatikan dengan sungguh-sungguh, khususnya dalam hal pendidikan dan juga mengenai hal yang lainnya. Memang di zaman sekarang tantangan yang dihadapi begitu besar dan berat, mendidik anak ibarat menggiring domba ditengah kawanan serigala, sedikit lengah , habislah domba itu di mangsanya.

Dalam usia-usia dimana mereka belum stabil dan belum pula memiliki ketahanan, mereka masih dalam proses mencari bentuk dan sangat mudah terpengaruh oleh teman-teman dan lingkunagannya, mereka akan mencari alternatif yang mereka jumpai di sekitarnya yang seringkali mengesampingkan pertimbangan moral. Maka kita harus hati-hati dalam menawarkan figure-figur yang akan menjadi pilihan mereka.

Sebagai orang tua atau kakak atau senior, kita harus benar-benar mampu memeberikan alternatif terbaik, agar kepribadian yang mereka miliki juga baik. Dan harus disadari benar bahwa dalam hal ini orang tua memiliki peranan yang tidak saja besar, tetapi juga menentukan.

Rasulullah SAW dalam sebuah hadis menjelaskan bahwa setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah atau suci, adapun ia akan menjadi Yahudi atau Nasrani tergantung orang tuanya dalam mendidik dan mempengaruhinya.

Dalam kaitannya dengan pendidikan anak-anak atau putra-putri Islam, para ulama menyatakan bahwa kewajiban pertama kali bagi setaip orang tua adalah menanamkan akidah dan tauhid. Maka langkah pertama kali bagi orang tua yang merupakan kewajibannya sebagai adalah menegenalkan mereka kepada Allah SWT, sebagai Tuhannya, serta mengajarkan mereka tentang nilai-nilai ketuhanan.

Dalam hal ini, tidak selalu harus ditempuh dengan memberikan pelajaran formal dalam forum khusus atau tertentu, namun bisa memesukkannya ke dalam bentuk budaya dan prilaku sehari-hari. Sebagai contoh adalah dengan mengajarkan bacaan basmalah dan hamdalah serta doa-doa ringan sebelum dan sesudah mengerjakan sesuatu yang baik dalam aktivitas kesehariannya, dan kita pun mencontohkannya.

Di samping nilai-nilai ketuhanan seperti disebutkan diatas, juga pendidikan yang harus sejak dini di tanamkan kepada anak adalah kesadaran akan kewajiban kepada Allah Swt. Rasulullah SAW bersabda:

مُرُوْا أوْلَادَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أبْنَاءُ سَبْعِِ سِنِيْنَ وَأضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. رواه الحاكم

Artinya: “Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jiak mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah (dengan pukulan yang tidak membahayakn) jika tidak mau melaksanakannya. Kemudian pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR al-Hakim)

Memeperhatikan hadits tersebut di atas jelaslah bagi kiat tentang tanggung jawab orang tua terhadap anaknya mengenai kewajiban-kewajibannya. Ketika anak-anak telah mencapai usia tujuh tahun, di mana anak-anak sudah memasuki usia tamyiz, orang tua sudah harus memerintahkannya, melaksanakan kewajiban kepada Tuhannya, yaitu shalat.

Berarti pula bahwa sebelum menginjak usia tersebut kita dituntut untuk mengajarkan segala hal yang bertalian cenagn kewajiaban shalat, separti tata cara berwudlu, mengenai najis dan hadats, dan lain sebagainya.

Hal yang tak kalah pentingnya dalam pendidikan anak, adalah keteladanan yang baik dari orang tua dan lingkungan sekitarnya, mengingat kondisi anak-anak yang cenderung ingin meniru setiap perilaku yang terlihat di dalam lingkungannya. Sementara ia belum mengerti tentang baik dan buruk, belum memahami bahaya yang akan menjerumuskan ke dalam jurang kenistaan. Maka perhatian orang tua, sebagai orang yang paling dekat dengan anak-anak haruslah selalu memperhatikan aspek etika dan moral agama.

Pada prinsipnya ada beberapa hal yang menjadi hak anak, yang menjadi kewajiban bagi orang tua:

Pertama, orang tua berkewajiban memberi nama anaknya dengan nama yang baik dan terpuji. Seperti, Muhammad, ahmad, dan nama-nama lain yang bermakna baik.

Kedua, menanamkan akidah dan akhlak kepada putra-putrinya.

Ketiga, mengajarkan kecintaan pada Al-Qur’an sebagai kitab suci yang menjadi pegangan hidup bagi orang yang beriman.

Keempat, jika putra-putri itu telah dewasa dan telah berkemampuan, maka kewajiban berikutnya sebagai orang tua adalah menikahkannya dengan pasangan yang beriman dan berbudi pekerti yang baik.

Memperhatikan sekilas gambaran diatas, sebagai orang tua, kita harus sadar bahwa betapa besar tanggung jawab kita dalam mengemban aamanh yang berupaanak tersebut. Maka sangat disayangkan jika terjadi salah asuh, sehingga tumbuh menjadi generasi yang bukan lagi harapan, namun malah menjadi beban.

Penting juga diperhatikan bahwa mendidik anak jangan sampai hanya terbatas mengisi otaknya, tetapi jiwanya harus diisi dengan nilai-nilai spiritual religius, sehingga kelak disamping intelek juga alim dan berbudi luhur.

Sangat disesalkan adanya sementara orang tua yang memiliki perhatian besar tentang kepandaian, kecerdasan dan keterampilan anaknya, namun tidak memiliki perhatian yang memadai tentang kondisi jiwanya serta pendidikan rohaniyahnya. Terlebih lagi dengan orang tua yang tidak memiliki perhatian terhadap pendidikan, membiarkannya tanpa pengarahan atau bahkan hanya menjejalinya denagn materi tanpa kasih sayang dan jiwanya tidak diisi dengan niali-nilai rohani keagamaa

Ketika kita juga memperhatikan lingkungan disekitar kita ini, sebagian besar anak-anak yang bermasalah bahkan sampai membuat kewalahan orang tuanya adalah anak-anak yang jiwanya tidak tersentuh dan tidak terisi oleh moral keagamaan yang memadai. Sebaliknya, anak-anak yang mendapatkan pendidikan moral dan rohani yang cukup di samping.intelgensianya, akan tumbuh menjadi generasi yang berkualitasdan bermoral dalam setiap aktivitas kehidupannya.

Dalam kapasitas kita sebagai orang tua sudah seharusnya memperhatikan pendidikan anak-anak kita, dan pendidikan yang diterima anak dari orang tualah yang akan menjadi dasar dari pembinaan kepribadian anak. Dengan kata lain, orang tua jangan sampai membiarkan pertumbuhan anak berjalan tanpa bimbingan, atau diserahkan pada guru sekolah saja atau pembantu rumah tangga. Inilah kekeliruan yang banyak terjadi dalam realitas kehidupan kita.

Hal yang tidak boleh kita lupakan adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah dibalakang kita, dalam hal ini perhatikan firman Allah Swt. Berikut ini.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً

Artinya: “Dan hendaklah takit kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapakan perkataan yang benar.” (QS an-Nisa`: 9)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ: اِذَامَاتَ اْلاِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ اِلاَّ مَنْ ثَلاَثٍ اِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ اَوْوَلَدٍ صَاِلحٍ يَدْعُوْلَهُ. رواه مسلم

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW Bersabda: “Ketika anak adam meninggal, maka terputuslah pahala amalnya kecuali tiga hal, yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).

Semoga Allah menganugerahi kita keturunan dan generasi yang shaleh dan shalehah, serta menganugerahakn rahmat dan petunjukNya kepada kita untuk dapat mencapai kedamaian, dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akhirat. Amin ya Rabbal ‘Alamin.



KH. Ahmad Ma'ruf Ashrori
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger