Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Peringatan Maulid Nabi SAW Sebagai Penyebaran Syiar Islam

Peringatan Maulid Nabi SAW Sebagai Penyebaran Syiar Islam


Bulan Rabi’ul Awwal selalu identik dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang mana kaum muslimin menyambut gembira dan mengenang sejarah dengan memperbanyak membaca shalawat dan pengajian-pengajian di mana-mana.

Peringatan Maulid sendiri pertama kali dilaksanakan pada tahun 1187 M atas perintah Sultan Shalahuddin al Ayyubi, Mesir (1138 - 1193), dengan maksud untuk membangkitkan semangat jihad kaum Muslimin untuk merebut kembali Yerussalem dari kekuasaan pasukan Salibis.

Pada tahun 1185 M, Ketika menunaikan ibadah haji, Sultan Shalahuddin menyerukan perlunya membangkitkan semangat jihad tersebut. Untuk itu, beliau membuka sayembara menulis riwayat Rasululllah SAW dalam untaian puisi, yang kemudian dimenangkan oleh Syaikh Ja’far bin Abdul Karim al Barzanji (Syaikh Al Barjanjiy). Syair sang imam itulah yang berperan penting dalam usaha pembebasan kota Yerussalem.

Di sepanjang sejarah abad ke-8, Ibnu Bathutah, menulis di dalam kitabnya, Rihla, bahwa setiap Jum'at selepas shalat dan pada hari kelahiran Nabi, pintu ka’bah akan dibuka oleh ketua Banu Shayba, pemegang kunci pintu Ka'bah untuk kaum muslimin disekitarnya. Pada hari Maulid Nabi SAW itu pula ketua hakim Mekkah, Najmuddin Muhammad Ibn Al Imam Muhyidin Al-Tabari, membagi-bagikan makanan kepada shurafa (keturunan Nabi SAW dan semua penduduk Mekkah).

Hingga kini, tradisi peringatan itupun tetap berjalan hingga dibelahan dunia, termasuk di Indonesia, di berbagai tempat umat Islam sibuk mempersiapkan perayaan, memperingati atas lahirnya sang junjungan pemimpin ummat tiada lain Nabi Muhammad SAW dengan banyak berdzikir dan membaca shalawat. Pembacaan Maulid Nabi SAW memang salah satu khazanah kebudayaan Islam yang luar biasa. Keindahan gaya bahasa karya para ulama ahli sastra yang terdiri dari natsar (prosa) dan nazham (qashidah) itu, bak rangkaian ratna mutu manikam.

Sebagian Ulama menganggap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah bid'ah karena kegiatan ini bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun, sebagian lain menganggap, merayakan Maulid Nabi SAW sama seperti kita membesarkan islam karena Rasulullah SAW merupakan simbol (kekuatan yang tak akan pernah tergantikan) bagi agama Islam.

Ibnu Atsir dalam kitabnya "Annihayah fi Gharibil Hadist wal-Atsar" pada bab Bid'ah dan pada pembahasan hadist Sahabat Umar RA tentang Qiyamullail (sholat malam) pada bulan Ramadhan dikatakan, "Sebaik-baik bid'ah adalah ini".

Bid'ah terbagi menjadi dua yaitu bid'ah hasanah (bid’ah baik) dan bid'ah dhalalah (bid’ah sesat). Bid'ah yang bertentangan dengan perintah al-Qur'an dan hadist disebut bid'ah sesat, sedangkan bid'ah yang sesuai dengan ketentuan umum ajaran agama dan mewujudkan tujuan dari syariah itu sendiri disebut bid'ah hasanah.

Ibnu Atsir menukil sebuah hadist Rasulullah "Barang siapa merintis jalan kebaikan maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang orang yang menjalankannya, dan barang siapa merintis jalan sesat maka ia akan mendapat dosa dan dosa orang yang menjalankannya"

. من سَنّ سُنة حسَنة كان له أجْرها وأجرُ من عَمِل بها وقال في ضِدّه ومن سنّ سُنة سيّئة كان عليه وزْرُها وَوِزْرُ من عَمِل بها

Rasulullah juga bersabda "Ikutilah kepada teladan yang diberikan oleh dua orang sahabatku Abu Bakar dan Umar".

اقتدُوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر

Dalam kesempatan lain Rasulullah juga menyatakan "Setiap (pada umumnya) yang baru dalam agama adalah Bid'ah".

كل مُحْدَثة بدعةٌ

Untuk mensinkronkan dua hadist tersebut adalah dengan pemahaman bahwa setiap tindakan yang jelas bertentangan dengan ajaran agama disebut "bid'ah".

Dalam kitab al-Hawi li al-Fatawi syaikh Jalaludin al-Suyuti menyebutkan, Syaekhul Islam dan Imam Hadist pada zamannya Ahmad ibnu Hajar (al-'Asqalani) telah ditanya mengenai perbuatan menyambut Maulidurrasul SAW. Beliau memberi jawaban secara tertulis seperti ini:

“adapun perbuatan menyambut Maulidurrasul SAW merupakan bid'ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para Salafush Shaleh pada 300 tahun pertama selepas Hijrah, tapi bagaimanapun peringatan itu penuh dengan kebaikan dan perkara-perkara yang terpuji".

Bahkan dalam menyikapi masalah bid’ah syeikh Izzuddin bin Abdussalam membuat kategori bid'ah sbb:

1) Bid’ah yang wajib seperti meletakkan dasar-dasar ilmu agama dan bahasa Arab yang belum ada pada zaman Rasulullah, Ini untuk menjaga dan melestarikan ajaran agama. Seperti kodifikasi al-Qur'an dan membangun madrasah/ sekolah misalnya.

2) Bid'ah yang sunnah seperti mendirikan madrasah di masjid, atau halaqah-halaqah kajian keagamaan dan membaca al-Qur'an di dalam masjid.

3) Bid'ah yang haram seperti melagukan al-Qur'an hingga merubah arti aslinya,

4) Bid'ah Makruh seperti menghias masjid dengan gambar-gambar

5) Bid'ah yang halal, seperti bid'ah dalam tata cara pembagian daging Qurban dan lain sebagainya.

Imam Syatibi dalam Muwafawatnya mengatakan bahwa bid'ah adalah tindakan yang diklaim mempunyai maslahah namun bertentangan dengan tujuan syariah. Amalan-amalan yang tidak ada nash dalam syariah, seperti sujud syukur menurut Imam Malik, berdoa bersama-sama setelah shalat fardlu, atau seperti puasa disertai dengan tanpa bicara seharian, atau meninggalkan makanan tertentu, maka ini harus dikaji dengan pertimbangan maslahah dan mafsadahnya menurut agama. Manakala ia mendatangkan maslahat dan terpuji secara agama, ia pun terpuji dan boleh dilaksanakan. Sebaliknya bila ia menimbulkan mafsadah, tidak boleh dilaksanakan.

Imam Mutawalli Sha'rawi dalam kitab Ma'idat Al-Fikr al_Islamiyyah menulis,

"jika setiap kejadian yang tidak bernyawa sekalipun, bergembira dengan kelahiran Baginda SAW dan semua tumbuh-tumbuhan pun bergembira, semua Malaikat pun bergembira, dan semua jin Islam bergembira atas kelahiran Baginda SAW, kenapa kamu menghalang kami daripada bergembira dengan kelahiran Baginda SAW?".

Rasulullah dalam sebuah Hadis menyebut dirinya lahir pada hari Senin. Abu Qatada al_Ansari meriwayatkan di dalam Sahih Muslim, kitab As-Siyam (puasa), bahwa Rasulullah SAW selalu berpuasa di hari itu. Rasulullah bersabda soal ini, "Itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul." Menurut Mutawalli Sha'rawi, banyak peristiwa yang ajaib telah berlaku pada hari Rasulullah SAW dilahirkan. Peristiwa yang termaktub di dalam Hadist termasuk gegaran yang di istana Chosroes dan padamnya api yang telah menyala 1.000 tahun di parsi.

Adapun memperingati Maulid Rasul SAW adalah jelas-jelas menimbulkan manfaat yang nyata, bukan manfaat semu seperti halnya orang-orang yang berkumpul bersama di suatu tempat untuk berkampanye politik maupun berdemo ria dengan alasan-alasan tertentu yang dihubung-hubungkan dengan agama islam. Manfa’at memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah:

1. Memperingati maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tempat atau sarana untuk silaturrahim sesama muslim, serta memperbanyak membaca shalawat.

Imam Ja’far Shadiq mengatakan: “Saling berziarahlah kalian satu sama lainnya! Sesungguhnya dalam ziarah kalian dengan sesama akan menghidupkan hati kalian, dan mengingatkan hadist-hadist kami. Hadist-hadist kami membuat kalian lebih dekat dan lebih sayang satu sama lainnya”.(al-Kafi, jilid 2, hal 186).

2. Dengan acara memperingati maulid Nabi saw bisa menambah syiar islam dan mendapat pahala yang besar.

Karena dalam peringatan maulid Nabi tidak lepas dari membaca shalawat dan itu sangat diajarkan oleh agama islam, yang secara tegas diwajibkan oleh Allah. Lihat surah Al Ahzab yang menyatakan bahwa Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada rasul.

3. Acara memperingati maulid Nabi SAW bisa dijadikan moment untuk mencari ilmu (yang diwajibkan islam) tentang rasul dan ajarannya.

Karena disana diisi pengajian-pengajian tentang ajaran islam, tentang sunnah-sunnah Rasulullah, kisah-kisah teladan Rasulullah SAW bersama para sahabat dan para orang yang memusuhinya, juga kisah-kisah bagaimana hidup secara islami menurut ajaran Rasul SAW, bukan sekedar bualan-bualan atau janji-janji manis yang tak karu- karuan.

4. Acara memperingati maulid Nabi SAW merupakan wadah atau sarana untuk mengkaji, mencintai dan meneladani beliau SAW.

Pepatah mengatakan: “tak kenal maka tak sayang”. Sangat mungkin seorang muslim tidak banyak tahu tentang sejarah kehidupan Nabinya, lantas bagaimana mungkin ia akan meneladani nabinya, jika ia sendiri tidak mengenalnya. Untuk menyayangi sosok pribadi yang agung perlu pengenalan lebih jauh, karena dengan banyak mengenal pribadi beliau kecintaan kita akan lebih bermakna. Dengan memperingati maulid Nabi SAW, kaum muslimin akan menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidupnya, dan tidak perlu meneladani orang-orang yang tidak layak untuk diteladani.

Mengapa sebagian kaum muslimin meneladani gaya kehidupan orang kafir? Karena mereka kosong dari teladan. Kita sebagai muslimin harus mengikuti gaya hidup Rasulullah SAW, tidak saja dalam melaksanakan salat, tetapi dalam ucapan, tingkah laku, pergaulan dan perdagangan.

Oleh karena itu kita harus mengenal beliau. Rasulullah SAW adalah manusia luar biasa, Sikap Rasulullah SAW terhadap orang lain selalu baik, wajahnya senantiasa ceria. Bila sedih, beliau tidak menampakkan kesedihannya di hadapan orang lain. Bila orang lain menyakitinya beliau sedih, tetapi tidak mengeluarkan kata-kata kasar. Beliau senantiasa yang pertama mengucapkan salam kepada orang lain. Beliau tidak rela bila seseorang di hadapannya menghancurkan harga diri orang lain dan menjelek-jelekkannya.

Beliau tidak pernah menjelek-jelekkan orang lain. Beliau dalam beribadah tidak kenal lelah. Karena berdiri salat sehingga kakinya bengkak. Malam-malamnya dipenuhi dengan ibadah dan doa serta minta ampunan kepada Allah. Beliau banyak membaca istigfar. Sehingga dikatakan kepada beliau mengapa engkau banyak beristigfar? Engkau kan tidak berdosa? Istigfar untuk apa? Beliau menjawab: “Afala akuuna ‘abdan Syakura?” Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur, atas segala nikmat yang diberikan kepadaku? (Bihar Al-Anwar, jilid 10, hal 40). Rasulullah SAW adalah orang yang paling akhir marah dari yang lainnya, dan paling awal memaafkan orang lain. Ucapannya senada baik dalam keadaan marah atau rela. Kerelaan tidak membuat beliau menjadi penjilat dan kemarahan juga tidak membuat beliau lepas kontrol.

Dalam keadaan marah atau rela beliau tidak berbicara melainkan berbicara kebenaran. Ini adalah sebagian kecil dari akhlak beliau yang agung, karena akhlaknya yang mulia sehingga Allah menjulukinya dengan “Innaka La’ala Khuluqin Adhim” Sungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (al-Qalam: 4). Allah itu indah dan mencintai keindahan. Demikian juga dengan Rasulullah, beliau senantiasa rapi dan bersih.

Imam Ali dalam hadistnya mengatakan: “Kecantikan adalah sebagian dari akhlak orang-orang mukmin” (Ghurar Al-Hikam, Amidi). Rasulullah SAW bersabda: “Allah membenci kekotoran dan kekusutan” (Nahjul Fashahah, hadist 741). Beliau selalu menjaga kerapian rambutnya, memakai wangi-wangian, menjaga kebersihan badan, setiap hari Jumat membersihkan bulu-bulu bawah ketiak dan bawah pusar, memotong kuku dan memendekkan jenggotnya.

Imam Shadiq as bersabda: “Setiap hari Jumat sebelum melaksanakan salat jumat, beliau memotong kuku dan jenggotnya” (Sunan Nabi, Allamah Thabathaba’i, hal 94 dan 106). Beliau sangat memperhatikan kebersihan giginya, setiap mau tidur dan setelah bangun tidur, beliau selalu menyikat giginya (Bihar Al-Anwar, jilid 16, hal 253). Dan masih banyak lagi perilaku-perilaku yang perlu kita teladani.

Islam adalah agama sempurna dan disampaikan pula oleh manusia sempurna. Kaum muslimin tidak kekurangan contoh bila ingin menjalani hidup dengan baik. Namun, jalannya adalah mengenal terlebih dahulu teladan-teladan yang sudah disiapkan oleh Allah swt khususnya Nabi besar Muhammad SAW. beliau adalah rahmat bagi seluruh alam. kalau kita mau menyebutkan keutamaan-keutamaan beliau, tinta akan mengatakan ketidakmampuannya untuk menulis. Namun, menuliskan sedikit adalah sebuah kebanggaan dan pelajaran, bagaikan merasakan setetes air itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Sebagai pengenang mari kita kenang kembali sebagian kecil dari kehidupan manusia agung ini. Semoga kita memiliki kelayakan untuk menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidup, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Harapan penulis semoga artikel yang sangat singkat dan sederhana ini bisa bermanfaaat.


Kiriman dari Pembaca di Kudus via mushollarapi@gmail.com

Download ceramah agama yang membahas tentang Peringatan Maulid Rasul SAW oleh Habib Ali Al Baghr di sini dan Pentingnya Bershalawat oleh Habib Muhammad Bin Abdurrahman di sini
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger