Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Doa Nabi Muhammad SAW Untuk Yang Sakit

Doa Nabi Muhammad SAW Untuk Yang Sakit

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ كَانَ يَقُوْلُ لِلْمَرِيْضِ بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يُشْفىَ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا ( صحيح البخاري
Berkata Ummul Mu’minin Aisyah RA, “Sungguh Nabi SAW berdoa untuk yang sakit, Dengan Nama Allah, dengan tanah bumi kami, dan air liur di antara kami, sembuhlah yang sakit dari kami dengan izin Tuhan kami” ( Shahih Al Bukhari )

Limpahan puji ke hadirat Allah Maha Raja langit dan bumi, Maha menguasai kehidupan, Maha menenangkan permukaan bumi dengan pengaturan yang sempurna, Maha menjadikan setiap kejadian mengandung hikmah-hikmah yang luhur dari kesempurnaan kelembutan Allah SWT, maka Allah SWT telah berfirman

مَايَفْعَلُ اللهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَأَمَنْتُمْ وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا ( النساء : 147
Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah Maha Berterima Kasih, Maha Mengetahui “. ( QS. An Nisa’ : 147 )

وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا
Dan sungguh Allah itu Maha Berterima Kasih kepada hamba-hambaNya dan Maha mengetahui hamba-hambaNya yang bersyukur

Syaakiraa ( berterima kasih ), berterima kasih atas apa Rabbi? siang dan malam Kau limpahkan kenikmatan pada kami, kami tidak pernah berjasa padaMu wahai Allah. Berterima kasih atas apa wahai Allah? kita tidak pernah memberi manfaat pada Allah

يَاعِبَادِيْ إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوْا نَفْعِيْ فَتَنْفَعُوْنِيْ، وَلَنْ تَبْلُغُوْا ضُرِّيْ فَتَضُرُّوْنِيْ
Wahai hamba-hambaKu jika kalian berbuat kebaikan sebaik-baiknya itu tidak akan bisa membawa manfaat bagiKu, dan kejahatan-kejahatanmu tidak akan bisa mengecohKu atau membuat Aku (Allah) rugi “ (Shahih Muslim)

Demikian Allah SWT berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Muslim

يَاعِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَازَادَ ذلِكَ فِى مُلْكِيْ شَيْئًا, يَاعِبَادِيْ لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَانَقَصَ ذلِكَ مِنْ مُلْكِيْ شَيْئًا
“ Wahai hamba-hambaKu, jika kalian berkumpul seluruh jin dan manusia yang pertama dan terakhir semuanya baik, bertakwa, beriman, shalih tidak satupun berbuat dosa, tidak bertambah dari kerajaanKu sedikitpun. Wahai hamba-hambaKu jika kalian semua dalam sifat jahat, buruk, pendosa, berbuat kehinaan, maka tidak berkurang dari kerajaanKu sedikitpun”. (Shahih Muslim)

Allah SWT berterima kasih kepada hambaNya yang bersyukur yang ingin dekat kepadaNya, padahal Allah tidak butuh hambaNya, tidak butuh dosa dan pahalanya, Allah tidak rugi dengan dosa hambaNya tidak beruntung dengan pahala hambaNya, namun Allah SWT dengan kelembutannya berfirman

وَكَانَ اللهُ شَاكِرًا عَلِيْمًا

Allah itu maha membalas jasa , maha berterima kasih kepada hamba yang mau dekat kepadaNya. Maha berterima kasih menghargai keinginan dan ibadah hambaNya, maha berterima kasih kepada hamba yang mau dekat padaNya.

Saudara-saudara kita yang terkena musibah itu, secara lahiriyah mereka rugi dan sedih, tapi hakikatnya mereka dalam kemuliaan, dalam anugerah besar. Yang mesti direnungkan yang dilupakan sebagian besar muslimin adalah melihat mereka yang terkena musibah risau tanpa peduli justru musibah yang paling besar adalah dosa, musibah yang paling besar adalah kemurkaan Allah. Barangkali ada (kemurkaan Allah/dosa) diantara kenikmatan orang-orang yang dalam kenikmatan, (namun) yang dalam kesedihan sedang dikasih sayangi Allah. Namun kita juga perlu berfikir bahwa limpahan kegelapan dosa itu adalah musibah terbesar karena membawa kehinaan yang abadi.

Allah SWT berfirman di dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari dan lainnya

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ فَلْيَظُنَّ بِيْ مَا شَاءَ
“ Aku bersama prasangka hambaKu, maka berprasangkalah baik kepadaKu”

Bagaimana sangka mu terhadap Allah, kalau sangkamu seandainya Allah itu tidak mau memaafkan dosa, maka bisa jadi seperti itu, tapi jika kau berprasangka baik dengan kalimat yang suci dan keluhuran jiwa bahwa Sang Maha Pemaaf selalu memaafkan dan tiada bosan menerima taubat. Sampai kapan Allah SWT itu bisa menerima taubat? Dosa lagi taubat lagi, dosa lagi taubat lagi dosa lagi, bukankah itu mempermainkan Allah? (jika hal itu terlintas maka) Itu adalah dari kedangkalan pemahaman kita tentang kasih sayang Allah SWT. Allah Maha berkasih sayang, Allah Maha Mengetahui, firman Allah SWT di dalam hadits qudsi

يَاعِبَادِيْ إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِالَّليْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hambaKu sesungguhnya kamu melakukan perbuatan dosa di waktu siang dan malam dan Aku (Allah) mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepadaKu pasti Aku mengampuni kamu “

Sampailah kita pada hadits mulia ini, dimana Rasul SAW menunjukkan kemuliaan pada semua yang ada di alam semesta ini mengandung keberkahan, tanah bumi, air liur. Rasul SAW mengobati orang sakit dengan menaruhkan ibu jarinya di lidahnya seraya berdoa

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا يُشْفىَ سَقِيْمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا
"Bismillah/Demi Nama Allah dg Tanah Bumi Kami, dengan air liur sebagian dari kami, sembuhlah yg sakit dari kami, dengan izin Tuhan Kami", Lantas menempelkan ibu jarinya di lidahnya, kemudian menyentuhkannya ke bumi lalu mengusapkannya pada yang sakit.

Hujjatul Islam wa barakatl anam Al Imam An Nawawy di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari mensyarahkan makna, bahwa tanah itu mempunyai kemuliaan penyembuh, kenapa Sang Nabi menyentuhkan ke tanah, karena asal muasal manusia dari tanah, dan disentuhkan pula pada air liur, ada apa dengan air liur, air liur yang sudah di lewati doa dan zikir itu mulia dan bisa membawa keberkahan, karena ucapan beliau

بِرِيْقَةِ بَعْضِنَا
“ Dengan air liur sebagian dari kami “, lalu disentuhkan ke bumi kemudian diusapkan, itu untuk menyembuhkan.

Makna dari hadits ini adalah semua yang ada di alam ini jika disentuh dengan kemuliaan mengandung keberkahan dan kemuliaan. Demikian pula Al Imam An Nawawy Hujjatul Islam wabarakatul Anam menjelaskan di dalam syarah An Nawawiyah di dalam Shahih Muslim, bahwa bertabarruk dan mengambil barakah dari bekas sentuhan para shalihin adalah hal yang mustahab fiihi ( dianjurkan ) dan ini adalah salah satu dalilnya. Jadi, ketika air minta di doakan tidak harus pada shalihin, semua muslim juga bisa mendoakan air. Doakan untuk sahabatmu yang sedang sakit, untuk sahabatmu yang sedang terkena musibah doakan air dengan surah Al Fatihah, boleh tidak? siapapun boleh tidak harus para shalihin, tidak harus para ulama’ tapi kalau para ulama’ atau para shalihin tentunya lebih afdhal.

Hal seperti ini adalah hal yang mulia dan terbukti dalam ilmu pengetahuan. Tentunya sering kita dengar bahwa Prof. Massaro Emoto yang ketika meneliti air itu berubah menurut emosi orang yang di dekatnya, kalau dilihat dengan mikroskop dg skala tertentu air yang dekat dengan orang yang sedang marah atau mencaci maki maka air itu berubah wujudnya menjadi buruk, sebaliknya jika orang berhati senang, tenang dan damai maka air itu akan berubah wujudnya menjadi lebih indah jika dilihat dengan mikroskop dengan skala tertentu. Hal ini dengan emosi kita air bisa berubah, lebih-lebih lagi dengan doa kalimatullah al ‘ulya (Al Ulya : Luhur dan Mulia).

Demikian indahnya sunnah Nabi kita Muhammad SAW, dan kelembutan Allah SWT itu mencapai untuk seluruh makhlukNya, bukan hanya manusia tapi seluruh makhlukNya diperhatikan dan dilihat oleh Allah SWT.

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, diceritakan oleh Sayyidina Muhammad SAW ketika salah seorang nabi dari Bani Israil yang sedang duduk di bawah pohon, maka ia digigit seekor semut, seekor semut menyakitinya, nabi itu bangun dari tempat duduknya dan memerintah rakyatnya untuk membongkar sarang semut itu dan membakarnya, karena perbuatannya benar secara syariah, kenapa benar? karena semua hewan yang yang mengganggu manusia halal dibunuh, namun kita lihat bagaimana teguran Allah kepada Sang Nabi bersama nabi itu, ini bukan Nabi Muhammad tapi nabi yang diceritakan oleh Nabi Muhammad SAW seorang nabi sebelum beliau. Maka Allah mengirim Jibril dan menegur nabi itu seraya berkata

فَهَلاَّ نَمْلَةٌ وَاحِدَةٌ
“ Bukankah cuma seekor semut saja? ” yang berbuat kenapa dibakar semuanya.

Subhanallah, bahkan nasib seekor semut pun diperhatikan oleh Allah SWT, satu yang berbuat kenapa semuanya di bunuh?, demikian teguran Ilahi. Al Imam Ibn Hajar di dalam fathul baari menjelaskan bahwa perbuatan sang nabi itu benar, karena secara syariah semua hewan yang membahayakan manusia boleh dibunuh, tapi adalah didikan kelembutan dari Ilahi khusus untuk nabi itu untuk memberi pelajaran pula kepada kita bahwa bagaimana lembutnya Allah SWT pada seluruh makhlukNya.


Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger