Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Dzikir Berjamaah Sejak Jaman Rasulullah SAW

Dzikir Berjamaah Sejak Jaman Rasulullah SAW

Dzikir berjamaah sejak zaman Rasul SAW, sahabat, tabi’in tak pernah dipermasalahkan, bahkan merupakan sunnah rasul SAW, dan pula secara akal sehat, semua orang mukmin akan asyik berdzikir, dan hanya syaitan yang benci akan hangus terbakar dan tak tahan mendengar suara dzikir. kita bisa bandingkan mereka ini dari kelompok mukmin, atau kelompok syaitan yang sesat, dengan cara mereka yg memprotes dzikir jamaah, telinga mereka panas, dan ingin segera kabur bila mendengar jamaah berdzikir.

1). para sahabat berdoa bersama Rasul SAW dengan melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit) Rasul SAW dan sahabat2 radhiyallhu?anhum bersenandung bersama sama dengan ucapan : “HAAMIIIM LAA YUNSHARUUN..”. (Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq). Perlu diketahui bahwa sirah Ibn Hisyam adalah buku sejarah yg pertama ada dari seluruh buku sejarah, yaitu buku sejarah tertua. Karena ia adalah Tabi’in.

2). saat membangun Masjidirrasul SAW : mereka bersemangat sambil bersenandung : “Laa ‘Iesy illa ‘Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah” setelah mendengar ini maka Rasul SAW pun segera mengikuti ucapan mereka seraya bersenandung dengan semangat : “Laa ‘Iesy illa ‘Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhajirah.. ” (Sirah Ibn Hisyam Bab Hijraturrasul SAW- bina’ masjidissyarif hal 116).

3). ucapan ini pun merupakan doa Rasul SAW demikian diriwayatkan dalam shahihain.

4). Firman Allah SWT : “SABARKANLAH DIRIMU BERSAMA KELOMPOK ORANG- ORANG YANG BERDOA PADA TUHAN MEREKA SIANG DAN MALAM SEMATA MATA MENGINGINKAN KERIDHOAN NYA, DAN JANGANLAH KAU JAUHKAN PANDANGANMU (dari mereka), UNTUK MENGINGINKAN KEDUNIAWIAN.” (QS Alkahfi 28) Ayat ini turun ketika Salman Alfarisi ra berdzikir bersama para sahabat, maka Allah memerintahkan Rasul SAW dan seluruh ummatnya duduk untuk menghormati orang2 yg berdzikir. Mereka (sekte wahabi) mengatakan bahwa ini tidak teriwayatkan bentuk dan tata cara dzikirnya, ah..ah?ah.. Dzikir ya sudah jelas dzikir.., menyebut nama Allah, mengingat Allah swt, adakah lagi ingin dicari pemahaman lain?

5). Sahabat Rasul radhiyallahu’anhum mengadakan shalat tarawih berjamaah, dan Rasul SAW justru malah menghindarinya, mestinya merekapun shalat tarawih sendiri sendiri, kalau toh Rasul SAW melakukannya lalu menghindarinya, lalu mengapa Generasi Pertama yang terang benderang dengan keluhuran ini justru mengadakannya dengan berjamaah.., Sebab mereka merasakan ada kelebihan dalam berjamaah, yaitu syiar, ah..ah..ah.. mereka masih butuh syiar dibesarkan, apalagi kita dimasa ini.  Maka kalau ada pertanyaan : “siapakah yang pertama kali mengajarkan Bid’ah hasanah?, maka kita dengan mudah menjawab, yang pertama kali mengajarkannya adalah para Sahabat Rasul SAW, karena saat itu Umar ra setelah bersepakat dengan seluruh sahabat untuk jamaah tarawih, lalu Umar ra berkata : “WA NI’MAL BID’AH HADZIH..” (inilah Bid’ah yang terindah). Siapa lebih tahu makna menghindari bid’ah?, Umar bin Khattab RA (makhluk nomor dua paling mulia di ummat ini) bersama seluruh sahabat radhiyallahu’anhum atau madzhab sempalan abad ke 20 ini.

6). Lalu para tabi’in sebab cinta mereka pada sahabat, maka mereka menggelari setiap menyebut nama sahabat dengan ucapan Radhiyalahu’anhu/ha/hum. Inipun tak pernah diajarkan oleh Rasul SAW, tak pula pernah diajarkan oleh sahabat, walaupun itu berdalilkan beberapa ayat didalam alqur’an bahwa bagi mereka itu kerdhoan Allah, namun tak pernah ada perintah dari Rasul SAW untuk menggelari setiap nama sahabat beliau SAW dengan ucapan radhiyallahu’anhu/ha/hum. Inipun Bid’ah hasanah, kita mengikuti Tabi’in mengucapkannya karena cinta kita pada Sahabat.

7). Khalifah Umar bin Abdul Aziz menambahkan lagi dengan menyebut-nyebut nama para Khulafa'urrasyidin dalam khotbah kedua pada khutbah jumat, Ied dan lain-lain, inipun bid'ah, tak pernah diperbuat oleh para Tabi’in, Sahabat, bahkan Rasul SAW, namun diada adakan karena telah banyak kaum mu’tazilah yg mencaci sahabat dan melaknat para Khulafa’urrasyidin, maka hal ini mustahab saja, (baik dilakukan), tak ada pula yang benci dengan hal ini kecuali syaitan dan para tentaranya.

Lalu kategori Bid’ah ini pun muncul entah darimana?, membawa hadits : “Semua Bid'ah adalah sesat dan semua sesat adalah di neraka”. Menimpakan hadits ini pada kelompok sahabat. Adakah seorang muslim mengatakan orang yang memanggil nama Allah Yang Maha Tunggal, menyebut nama Allah dengan takdhim, berdoa dan bermunajat, mereka ini sesat dan di neraka?, Orang yang berpendapat ini berarti ia telah mengatakan seluruh nama nama di atas adalah penduduk neraka termasuk Umar bin Khattab RA dan seluruh sahabat, serta seluruh tabi'in, dan seluruh ulama ahlussunnah waljama’ah termasuk Sayyidina Muhammad SAW, yang juga diperintah Allah untuk duduk bersama kelompok orang yang berdoa, dan beliau lah SAW yang mengajarkan doa bersama-sama.

Kita di majelis-majelis menjaharkan lafadz doa dan munajat untuk menyaingi panggung panggung maksiat yang setiap malam menggelegar dengan dahsyatnya menghancurkan telinga, berpuluh ribu pemuda dan remaja memuja manusia-manusia pendosa dan mengelu-elukan nama mereka.

Salahkah bila ada sekelompok pemuda mengelu-elukan nama Allah Yang Maha Tunggal?, menggemakan nama Allah?, apakah Nama Allah sudah tak boleh dikumandangkan lagi dimuka bumi?.??!! Seribu dalil mereka cari agar Nama Allah tak lagi dikumandangkan.. cukup berbisik bisik..!, sama dengan komunis yang melarang meneriakkan nama Allah, dan melarang kumpulan dzikir.

Kita Ahlussunnah waljama'ah berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran, di dalam hati, dalam kesendirian, dan bersama sama. Sebagaimana Hadist Qudsiy Allah SWT berfirman : “BILA IA (HAMBAKU) MENYEBUT NAMAKU DALAM DIRINYA, MAKA AKU MENGINGATNYA DALAM DIRIKU, BILA MEREKA MENYEBUT NAMAKAU DALAM KELOMPOK BESAR, MAKA AKUPUN MENYEBUT (membanggakan) NAMA MEREKA DALAM KELOMPOK YANG LEBIH BESAR DAN LEBIH MULIA”. (HR Bukhari Muslim).



Ust. Arifin Ilham
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger