Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Harga Mahal Untuk Sebuah Hidayah

Harga Mahal Untuk Sebuah Hidayah

Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini tidak keluar dari ketentuan yang telah Allah SWT tetapkan. Penciptaaan segenap makhluk beserta segala perubahan yang ada dan menyertainya tersusun oleh sebuah sistem yang sangat rapi, indah dan teratur. Allah SWT telah menentukan sunnah-Nya atas alam semesta ini, dan sungguh beruntung mereka yang dapat memahaminya, mengambil pelajaran setelah merenungkannya, guna memperkokoh keimanannya.

Salah satu sunnatullah tersebut adalah dalam hal al-huda wad dholal (hidayah/petunjuk dan kesesatan), di mana mereka yang mengikuti hidayah-Nya pasti akan meraih kebahagiaan hakiki, kesenangan hidup tanpa rasa takut dan bersedih hati. Sebaliknya, mereka yang membangkang, menjauh, menolak dan tidak mengikuti hidayah-Nya akan tersesat. Ia hanya akan melangkah ke jurang kebinasaan. Hidupnya akan terus diliputi kesempitan, hatinya pun akan terus larut dalam kegundahan. Kalaupun ada kebahagiaan yang ia rasakan, itu hanyalah sementara dan semu belaka.

Kesulitan, kesempitan, kegundahan bahkan lebih dari itu semua-kebinaasaan pasti akan didapatkan oleh mereka yang meniti jalan yang salah, dan menjauhi jalan hidayah. Mereka yang salah dalam mengayun langkah, keliru dalam menentukan arah, dan akhirnya tidaklah pernah berjumpa dengan kebahagiaan yang mereka cari. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 120, memerintahkan rasul-Nya untuk mengatakan : “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah SWT Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah SWT tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.”(Q.S. Al-Baqarah: 120)

Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya yang mulia untuk menyatakan bahwa petunjuk-Nya adalah benar, lurus, dan mencakup segala urusan, itulah petunjuk yang hakiki, satu-satunya yang pantas untuk dinamakan hidayah, di mana tidak ada hidayah selainnya.

Allah SWT juga telah menegaskan bahwa dia Yang Maha Agung lagi Maha Perkasa berada di atas jalan yang lurus atau shirotol mustaqim. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Hud ayat 56 : “Sesungguhnya Aku bertawakkal kepada Allah SWT Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun, melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Q.S. Hud: 56)

Yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah SWT yang bernyawa. Sedangkan makna dari Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya adalah, bahwa Allah mengusai sepenuhnya apa yang ada di dunia ini. Kalimat “Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus”, berarti Allah SWT senantiasa berlaku adil kepada setiap makhluk-Nya. Jalan inilah yang dengannya Ia telah mengutus Rasul-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-An’am ayat 161 : “Katakanlah: "Sesungguhnya Aku Telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik". (Q.S. Al-An’am: 161)

Jalan inilah yang Allah SWT telah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar meminta ditunjuki kepada jalan itu, sebagaimana kita baca setiap hari dalam surat Al- Fatihah ayat 6-7 : Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (Q.S. Al-Fatihah:6-7).

Lafadz ihdina (tunjukilah kami), diambil dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik, adapun pengertian dari “mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat”, ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Hidayah Allah SWT adalah agama Islam itu sendiri, di mana seluruh ajarannya adalah petunjuk bagi segenap manusia. Sungguh beruntung mereka yang meniti jalan hidayah ini, yang mau berpegang kuat dengannya, bahkan menggigit keras sekalipun dengan gerahamnya. Dari sini kita memahami bahwa Allah SWT telah memancangkan jalan-Nya yang lurus, dan Dia hanya akan dapat dijumpai di atas jalan itu. Mereka yang mau meniti jalan itulah yang sebenarnya meniti jalan hidayah-Nya. Jalan tersebut adalah petunjuk yang telah Dia berikan kepada Rasul-Nya yang mulia untuk disampaikan kepada umatnya.

Sebagai salah satu bentuk rahmat Allah SWT kepada manusia, Ia tidak hanya menjelaskan jalan-jalan keberuntungan untuk diikuti, tetapi juga jalan-jalan kesesatan yang harus dijauhi. Jalan keberuntungan itu ada pada ajaran Rasulullah SAW, dan jalan kesesatan itu ada pada pengingkaran terhadap ajaran beliau. Bahkan Allah SWT mengancam mereka yang tidak mau mengikuti pemahaman dan penerapan Islam sebagaimana Rasul SAW laksanakan dan ajarkan kepada para shahabatnya, Allah SWT berfirman dalam Q.S. 4: 115. Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang Telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (Q.S. An-Nisa: 115)

Apa yang telah Allah SWT karuniakan kepada kita berupa hidayah-Nya, dala hal ini Islam sebagai sebuah pedoman hidup, sangatlah berharga melebihi apapun yang kita miliki. Tidak ada bandingannya dengan mahalnya sebuah berlian, sebuah mobil mewah atau harta yang berlimpah ruah sekalipun.

Saking mahalnya harga sebuah hidayah Allah SWT, ada orang yang mati-matian menjaga hidayah dan taufik dari-Nya karena dia yakin bahwa hidup tidak akan selamat mencapai akhirat kecuali dengan hidayah dan taufik dari Allah SWT yang Maha agung. Inilah sebenarnya harta benda paling mahal yang perlu kita pelihara dan jaga. Betapa nikmat iman yang bersemayam di dalam kalbu melampaui apapun yang bernilai di dunia ini.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya dalam mencari apapun di dunia ini, kita tetap berada dalam rambu-rambu supaya hidayah dan peraturan Allah SWT. Misalnya, ketika mencari uang untuk nafkah keluarga, kita sibuk dengan berkuah peluh bermandi keringat mencarinya, tapi tetap berupaya dengan sekuat tenaga agar dalam mencari uang ini hidayah sebagai sebuah barang berharga tidak hilang dan taufik tidak sampai sirna. Begitupula ketika menuntut ilmu, kita kejar ilmu setinggi-tingginya tetapi tetap dalam rambu-rambu supaya hidayah tidak sampai sirna. Bahkan seharusnya acara mencari nafkah, mencari ilmu, atau mencari dunia bisa lebih mendekatkan dengan sumber hidayah dari Allah SWT. Ada sebuah doa yang Allah SWT ajarkan kepada kita melalui firman-Nya, (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; Karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)".(Q.S. Ali Imran [3]: 8).

Demikianlah Allah SWT ‘Azza wa Jalla, Dzat Maha Pemberi Karunia Hidayah, mengajarkan kepada kita agar senantiasa bermohon kepada-Nya sehingga selalu tertuntun dengan cahaya hidayah dari-Nya. Tidak bisa tidak, doa inilah yang harus senantiasa kita panjatkan di malam-malam hening kita, di setiap getar-getar doa yang meluncur dari bibir kita.

Betapapun orang memaksa untuk melepas hidayah keyakinan di jalan-Nya, tapi kalau Allah SWT ‘Azza wa Jalla, Dzat yang Maha Kuasa telah menghunjamkan dalam-dalam hidayah itu di kalbunya, kita lihat bagaimana Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW yang mulia, dijemur diterik matahari, di bawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya yang mulia tetap mengucapkan, "Allah, Allah SWT, Allah, Allah SWT, Allah, Allah SWT". Demikianlah jikalau Allah SWT telah menancapkan karunia hidayahnya, tidak ada seorangpun yang bisa melepaskannya. Hanya Allah SWT-lah yang melepaskan dari setiap kesempitan.

Mudah-mudahan kejadian di atas dapat menambah keyakinan akan kokohnya perlindungan Allah SWT ‘Azza wa Jalla. Betapapun tidak ada yang menolong, yakinlah bahwa Allah SWT adalah satu-satunya penolong. Begitupun ketika ada yang menganiaya, maka si penganiaya pun adalah makhluk dalam genggaman Allah SWT. Tidak ada satupun ayunan dan pukulan tangan, atau bahkan tendangan kakinya, kecuali tenaganya karunia dari Allah SWT. Tidak ada satupun darah yang menetes, kecuali dengan izin Allah SWT.

"Siapa yang diberi petunjuk (hidayah) oleh Allah SWT maka ialah yang mendapat petunjuk hidayah, dan siapa yang disesatkan oleh Allah SWT, maka tidak akan engkau dapatkan pelindung atau pemimpin untuknya"
Imam Ibnu Athoillah dalam kitabnya yang terkenal Al-Hikam memaparkan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah SWT serta menerima segala rahasia daripada-Nya. Wallahu ‘alam bishawab.



Lazuardi Birru
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger