Orang-orang Sufi mengakui bahwa Tuhan itu Satu, Sendiri, Tunggal, Kekal,
Abadi, Berpengetahuan, Berkuasa, Hidup, Mendengar, Melihat, Kuat,
Kuasa, Agung, Besar, Dermawan, Pengampun, Bangga, Dahsyat, Tak
Berkesudahan, Pertama, Tuhan, Rabb, Penguasa, Pemilik, Pengasih,
Penyayang, Berkehendak, Berfirman, Mencipta, Menjaga.
Bahwa Dia
diberi sifat dengan segala gelar, yang dengan itu Dia telah memberi
sifat pada diri-Nya sendiri; dan Dia diberi nama yang dengan itu pula
Dia telah memberi nama pada diri-Nya sendiri; bahwa karena sifat-Nya
yang kekal maka demikian pula nama-nama dan sifat-sifat-Nya sama sekali
tak sama dengan makhluk-makhluk-Nya. Esensi-Nya tidak sama dengan
esensi-esensi lain, tak pula sifat-Nya sama dengan sifat-sifat lain; tak
satu pun dari istilah-istilah yang diterapkan pada makhluk-makhluk
ciptaan-Nya dan yang mengacu pada penciptaan mereka dari waktu ke waktu,
membawa pengaruh atas-Nya; bahwa Dia tak henti-hentinya menjadi
Pemimpin, Terkemuka di hadapan segala yang dilahirkan dari waktu ke
waktu, Ada sebelum segala yang ada; dan bahwa tiada sesuatu pun yang
kekal kecuali Dia, dan tiada Tuhan di samping Dia; bahwa Dia bukan
badan, potongan, bentuk, tubuh, unsur atau aksiden; bahwa dengan Dia
tidak ada penyimpangan maupun pemisahan, tidak ada gerakan maupun
kediaman, tidak ada tambahan maupun pengurangan; bahwa Dia bukan
merupakan bagian, atau partikel, atau anggota, atau kaki-tangan, atau
aspek, atau tempat: bahwa Dia tidak terpengaruh oleh kesalahan, atau
kantuk, atau berubah-ubah dikarenakan waktu, atau disifatkan oleh kiasan
bahwa Dia tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu; bahwa dia tidak dapat
dikatakan sebagai yang dapat disentuh, atau dikucilkan, atau mendiami
tempat-tempat; bahwa Dia tidak dibatasi oleh pemikiran, atau ditutupi
selubung, atau dilihat mata
Salah seorang tokoh besar Sufi
mengatakan dalam wacananya: "Sebelum tidak mendahului-Nya, setelah tidak
menyela-Nya, daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal
keterdahuluan; dari tidak sesuai dengan Dia, ke tidak menyatu dengan
Dia, di tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak
berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia, di bawah tidak
menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapinya, dengan tidak menekan Dia,
di balik tidak mengikat Dia, di depan tidak membatasi Dia, terdahulu
tidak memameri Dia, di belakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak
menyatukan Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia
lenyap. Penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya
mendahului waktu, adanya Dia mendahului yang belum ada, kekekalan-Nya
mendahului adanya batas. Jika engkau berkata kala, maka eksistensi-Nya
telah melampaui waktu; jika engkau berkata sebelum, maka sebelum itu
sesudah Dia, jika engkau berkata Dia, maka D, i dan a
adalah ciptaan-Nya; jika engkau berkata bagaimana, maka esensi-Nya
terselubung dari pemberian; jika engkau berkata di mana, maka adanya Dia
mendahului ruang; jika engkau berkata tentang ke-Dia-an, maka
ke-Diaan-Nya terpisah dari segala sesuatu. Selain Dia, tidak ada yang
bisa diberi sifat dengan dua sifat (yang berlawanan) sekaligus, dan toh
dengan-Nya kedua sifat itu tidak menciptakan keberlawanan.
Dia
tersembunyi dalam penjelmaan-Nya menjelma dalam persembunyian-Nya. Dia
ada di luar dan di dalam, dekat dan jauh; dan dalam hal itu Dia tidak
sama dengan makhluk-makhluk. Dia bertindak tanpa menyentuh, memerintah
tanpa bertemu, memberi petunjuk tanpa menunjuk. Kehendak tidak
bertentangan dengan-Nya, pikiran tidak menyatu dengan-Nya; esensi-Nya
tanpa kualitas (takyif), tindakan-Nya tanpa upaya (taklif).
Mereka
mengakui bahwa Dia tidak bisa dilihat oleh mata, atau dibantah oleh
pikiran; bahwa sifat-sifat-Nya tidak berubah dan nama-nama-Nya tidak
berganti; bahwa Dia tidak pernah lenyap dan tidak akan pernah lenyap;
Dia yang Pertama dan Terakhir, Zahir dan Batin; bahwa Dia mengenal
segala sesuatu, bahwa tidak ada yang seperti Dia dan bahwa Dia Melihat
dan Mendengar.
Pustaka Abata
Posting Komentar