Kita
fahami rahasia keluhuran, bagaimana jika kita meminta perlindungan kepada
Allah. Di dalam riwayat Shahih Al Bukhari, ketika nabiyullah Ibrahim AS
didekatkan dengan api Namrud, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda
: " Ketika nabiyullah Ibrahim didekatkan kepada api namrud untuk
dibakar, maka kalimat terakhir yang diucapkan adalah Cukuplah Allah untukku dan
Dialah sebaik-baik pelindung", maka Allah subhanahu wata'ala
cukupkan Allah sebagai pelindungnya, kemudian Allah perintahkan api itu menjadi
sejuk dan membawa keselamatan bagi nabiyullah Ibrahim As, dengan firmanNya :
ياَنَارُ
كُوْنِيْ بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
( الأنبياء : 69 )
"
Wahai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim". (
QS. Al Anbiyaa: 69 ),
Namun
Allah juga memberi kesempatan bagi kita untuk meminta pertolongan kepada para
rasul dan nabiNya, dan pemimpin para nabi dan rasul adalah sayyidina Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam, sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman :
"
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin
Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu,
lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang
". ( QS. An Nisaa: 64 ).
Maka
ketika para sahabat merasa telah banyak berbuat dosa, maka mereka berdatangan
kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan bertobat kepada Allah
dihadapan nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lantas Rasulullah pun
memohonkan pengampunan dosa untuk mereka, maka pastilah mereka akan diampuni
oleh Allah karena Allah Maha penerima taubat dan Maha Penyayang.
Tadi kita
berbicara tentang tiga pelindung bagi kita yaitu Allah, RasulNya, dan para
shalihin.
Yang pertama telah saya jelaskan sekilas, yang kedua berdasarkan dalil
firman Allah dimana para shahabat berdatangan kepada Rasul untuk meminta
perlindungan atas dosa-dosa mereka agar diampuni oleh Allah subhanahu wata'ala.
Dan banyak lagi riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam sedang berkhutbah Jum'at, maka datanglah seorang dusun dari
kejauhan, dan ketika Rasul sedang menyampaikan khutbah maka ia menyela dan
berkata : " Wahai Rasulullah, kemarau tidak juga berakhir,
hewan-hewan kami banyak yang mati, dan pohon-pohon kekeringan, tanah pecah
terbelah dan kami sudah kehabisan air, maka mohonkanlah doa kepada Allah agar
diturunkan hujan ". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berdoa.
Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik
berkata : " Saat kami keluar dari shalat Jum'at, maka Rasul
mengangkat tangan dan berdoa agar diturunkan hujan, dan belum Rasulullah
menurunkan tangannya kecuali awan-awan telah berdatangan dari segala penjuru
Madinah Al Munawwarah, dan belum selesai kami melakukan shalat kecuali
tetesan-tetesan air hujan mulai turun membasahi jenggot Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam". Maka hujan pun turun sedemikian derasnya dan
tidak berhenti selama satu minggu terus membasahi Madinah Al Munawwarah. Dan di
hari Jum'at berikutnya, ketika Rasulullah berkhutbah maka orang dusun tadi
datang dan berkata : "Wahai Rasulullah, rumah-rumah dan tumbuhan
habis, air tidak tertahan dan banjir dimana-mana, maka mohonkan kepada Allah
agar Allah menghentikan hujan ", maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berdoa :
اَللّهُمَّ
حَوَالَيْناَ لَا عَلَيْنَا
"
Ya Allah (hujan) disekitar kami saja, jangan di atas kami"
Maka Rasulullah memberi isyarat kepada awan, dan awan-awan yang diisyaratkan
pun tunduk atas intruksi dari Rasul shallallahu 'alaihi wasallam sehingga
Madinah Al Munawwarah bagaikan kubah yang bolong karena di atasnya di sekitar
Madinah awan gelap masih menggumpal dan hujan deras, kecuali Madinah Al
Munawwarah yang terik diterangi sinar matahari dan tidak ada setetes air hujan
pun.
Diriwayatkan di dalam syarah Fathul Bari dan riwayat lainnya bahwa hujan
di sekitar Madinah itu berlangsung hingga sebulan. Demikianlah permohonan
meminta perlindungan kepada Rasulullah. Begitu juga meminta perlindungan kepada
para shalihin yang mana hal ini banyak teriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah,
diantaranya riwayat Shahih Al Bukhari kejadian yang sama di masa Khalifah Umar
bin Khattab Ra, ketika mereka dalam keadaan kemarau yang panjang, mereka pun
datang kepada sayyidina Umar bin Khattab untuk memintakan doa kepada Allah agar
diturunkan hujan, maka sayyidina Umar bertawassul kepada sayyidina Abbas bin
Abdul Mutthalib Ra dan hujan pun turun, demikian riwayat Shahih Al Bukhari.
Fahamlah kita bahwa Allah membuka perlindunganNya dari Allah subhanahu
wata'ala, dan dari para rasulNya dan juga dari para hambaNya yang shalih.
Sampailah kita pada hadits mulia ini, firman Allah subhanahu wata'ala dalam
hadits qudsi :
مَنْ
عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
"Barangsiapa yang memusuhi waliKu (kekasih-Ku), orang-orang yang
Kucintai maka Aku umumkan padanya perang"
Maksudnya ia adalah musuh besar Allah jika ia membenci dan memusuhi kekasih
Allah, kecuali ia bertobat. Jika ia bertobat, maka tentunya dimaafkan oleh
Allah subhanahu wata'ala. Mengapa Allah subhanahu wata'ala murka jika mereka
para kekasihNya dibenci?, karena para kekasih Allah tidak mempunyai sifat
dendam dan mereka tidak marah tetapi yang marah adalah Allah subhanahu wata'ala
karena Allah mencintai mereka, Allah subhanahu marah karena wali Allah yang
dibenci tidak benci kepada yang membencinya, maka Allah subhanahu wata'ala yang
murka kepada orang itu. Siapakah para kekasih Allah itu?, firman Allah dalam
hadits qudsi :
Tiadalah seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah menuju keridhaan Allah,
menuju kasih sayang Allah yang beramal dengan hal-hal yang telah diwajibkan
kepadanya seperti shalat wajib, puasa ramadhan, zakat, dan haji. (Namun untuk
saudari kita yang baru masuk Islam tidak dipaksakan untuk melakukan hal-hal
yang fardhu di dalam syariah islamiyah kecuali semampunya saja, yang mampu
dijalankan dan yang masih terasa berat jangan dilakukan, karena iman itu butuh
waktu dalam mencapai kemapanan untuk mampu melaksanakan segala hal-hal yang
fardhu ).
Dan hamba itu tidak berhenti hanya mengamalkan hal-hal yang wajib
saja, tetapi meneruskan juga dengan hal-hal yang sunnah untuk terus mendekat
kepada Allah sampai Allah mencintainya, maka ia telah menjadi kekasih Allah
karena ia mengamalkan hal-hal yang fardhu dan yang sunnah, amalan yang seperti
apa? Tentunya yang diajarkan oleh sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi
wasallam, baik amalan yang fardhu atau pun yang sunnah yang mana yang kita
ketahui kalau bukan ajaran sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.
Kesimpulannya, ketika seseorang mengikuti ajaran sang nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam dalam kehidupannya dan semampunya maka ia akan mencapai cinta
Allah subhanahu wata'ala, dan tidaklah seseorang mencapai derajat orang yang
dicintai Allah ( Wali Allah ) kecuali ia telah mengikuti tuntunan sayyidina
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, beliaulah masdar al awliyaa dan manba'
al awliyaa ( sumber para wali ).
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar