Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Menjaga Hak Allah Dan Hak Sesama (2)

Menjaga Hak Allah Dan Hak Sesama (2)


Hak-hak atas Sesama

Selain menjaga hubungan vertikal kepada Allah SWT, manusia wajib menjaga hubungan baik antar sesama. Kedua orang tua harus kita dahulukan dan prioritaskan untuk kita perhatikan dan perlakukan dengan baik sebab mereka merupakan cikal-bakal kita terlahir ke dunia ini. Kasih sayang mereka merupakan anugerah Allah yang membentuk kejiwaan dan karakter kita. Salah satu wujud terima kasih kita kepada Allah adalah dengan memperlakukan kedua orang tua sebaik mungkin. Menyakiti orang tua dapat memicu kemurkaan Allah, sebab ridho Allah ada pada ridho orang tua, demikian pula dengan murka-Nya.

Berbuat baik kepada orang tua kita lakukan dengan cara antara lain: memberi nafkah yang layak kepada mereka tanpa menunggu mereka meminta. Tentu saja hal ini sesuai kemampuan yang kita miliki. Selain memberi nafkah yang layak, kita wajib menghormati mereka. Salah satu bentuk penghormatan adalah bersikap lembut dan menghindari berkata-kata kasar atau membentak mereka. Berdosa besar jika kita sampai menyakiti mereka.

Tidak jarang seseorang berbeda pendapat dengan orang tuanya atau bahkan terlibat konflik hebat dengan mereka. Meski demikian, anak tetap harus menjaga kesopanan kepada orang tua. Perkecualiannya adalah jika mereka memerintahkan atau mengajak kita berbuat durhaka kepada Allah SWT, maka tak ada kewajiban taat kepada orang tua dalam hal itu. Meski demikian, ini tidak berarti bahwa kita dibenarkan berkata kasar kepada mereka. Jika seseorang ingin berdakwah kepada orang tuanya maka harus dilakukan dengan cara-cara yang sangat halus dan bijak, namun tetap dalam prinsip sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Ibrahim a.s. ketika berdakwah kepada ayahnya sendiri. Ada pun dakwah ini akan direspon atau tidak maka itu bukan otoritas manusia.

Di samping orang tua, masih ada orang-orang yang memiliki hak atas diri kita. Mereka adalah orang-orang di sekitar kita khususnya. Sebagaimana pada ayat di atas, kita diperintahkan untuk berbuat baik pula kepada sanak-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat hingga tetangga jauh, teman sejawat, orang-orang yang dalam perjalanan atau tidak memiliki tempat tinggal tetap dan para budak yang kita miliki. Salah satu contoh kongkritnya adalah dengan membantu meringankan beban mereka. Jika mereka lapar dan kita mampu maka kita harus memberi mereka makan.

Mereka semua memiliki hak atas diri kita. Sebagaimana diri kita memiliki hak atas sebagian dari mereka. Manusia memiliki perasaan yang sama. Jika kita ingin diperlakukan dengan baik, maka orang lain juga demikian. Allah menjalankan roda kehidupan ini dengan saling berbagi dan menerima di antara manusia, agar terjadi pemerataan kesejahteraan. Hal ini juga menjaga agar tidak terjadi ketimpangan dan jurang menganga antara yang punya dan yang papa. Bukannya Allah tidak mampu memberikan hal yang sama kepada seluruh manusia, akan tetapi Allah menjadikan kehidupan ini sebagai ujian bagi umat manusia.

Rahasia Keragaman dalam Hidup

Allah menciptakan keragaman dalam hidup ini justeru agar tercipta manfaat antara lain suatu keseimbangan yang dinamakan ekosistem. Jika manusia semuanya kaya, maka tidak akan didapati orang bekerja untuk orang lain. Demikian pula jika manusia miskin semua. Yang pasti, kaya maupun miskin, mampu maupun tidak, semuanya merupakan ujian dari Allah atas umat manusia. Dengan kondisi seperti itulah seseorang berkesempatan untuk memberi atau menerima. Dan itulah realitas tata kehidupan dunia.

Islam tidak hanya berorientasi pada hal-hal spiritual semata. Islam adalah suatu ajaran moral yang komprehensif yang sangat memperhatikan aspek-aspek hubungan sosial. Mencintai dan berbuat baik kepada sesama Muslim terutama orang-orang yang memiliki hak atas diri kita merupakan bagian dari wujud keimanan dalam dada. Rasulullah SAW bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak beriman (sempurna) salah satu dari kalian sampai ia menyukai kebaikan bagi saudaranya seperti ia menyukai kebaikan untuk dirinya sendiri” (HR Bukhari dari Anas bin Malik r.a.).

Pada penutup ayat di atas, Allah SWT menegaskan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri. Mereka yang merasa dirinya lebih baik daripada orang lain dan suka menyepelekan orang lain. Orang-orang yang berkhianat pada anugerah yang Allah titipkan atas diri mereka seperti kekayaan, jabatan, ketampanan, kecantikan dan bahkan ilmu. Anugerah yang mereka peroleh bukannya mereka pergunakan untuk berbuat baik dan menghormati orang lain, tetapi malah membuat mereka dibalut oleh egoisme, keangkuhan dan kesombongan.

Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang sombong, sebab kesombongan tak patut dan tak pantas bagi manusia. Kelebihan apa pun yang dimiliki oleh manusia tak lebih dari titipan dan amanat yang hanya berlaku sementara. Kesombongan hanya milik Allah Yang Mahasempurna. Allah tidak menyukai mereka dalam arti akan menyiksa mereka sepedih-pedihnya di akhirat kelak. Dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT berfirman melalui Rasul-Nya SAW :

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
Allah Azza wa Jalla berfirman, “Kesombongan adalah ’selendang’-Ku dan keagungan adalah ’sarung’-Ku, maka barangsiapa merebut salah satunya dari-Ku, maka Aku lemparkan orang itu ke dalam api neraka” (HR Abu Daud dari Abu Hurairah r.a.)



Anshory Huzaimi
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger