Yahudi
merupakan bangsa dari keturunan Israil yang merupakan laqab dari pada nabi
ya'qub as. yang juga merupakan cucu dari nabi Ibrahim as. Bangsa Israil yang
notabene keturunan Ibrahim dengan istri pertama siti Sarah merasa bangga karena
mereka adalah keturunan dari orang terpandang. Mereka mengklaim diri sebagai
suku bangsa paling mulia di dunia ini karena mereka adalah keturunan Ibrahim
bapak para nabi (abu al-anbiya').
Memang bangsa Israil telah diberi anugrah
oleh Allah sebagai manusia / bangsa paling mulia di muka bumi ini, namun hal
itu adalah sebelum lahirnya Islam dan nabi Muhammad saw. Allah swt telah
berfirman :
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا
نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى
الْعَالَمِينَ (البقرة : 47)
Nabi
Muhammad saw diutus Allah untuk menyebarkan agama Islam kepada semua umat di
bumi ini tak terkecuali bangsa yahudi. Al-qur'an diturunkan kepada nabi sebagai
pedoman dan merevisi kitab-kitab terdahulu. Namun kehadiran nabi dan Al-qur'an
mendapatkan permusuhan dari bangsa yahudi yang secara terang-terangan tidak
meyakini kebenarannya.
Sebenarnya bangsa yahudi telah mengetahui bahwa nabi
Muhammad adalah utusan terakhir yang akan membawa umat manusia ini menuju jalan
Allah, namun kedengkian dan kegengsian mendorong mereka untuk tidak meyakini
kebenaran nabi. Hal ini telah dijelaskan dalam Al-qur'an :
وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ
عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ
فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ (البقرة :89)
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ
يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ
الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (البقرة :146)
Fenomena
di atas terjadi karena argumen mereka yang menyatakan bahwa secara genetikal
mereka lebih mulia dari pada nabi Muhammad yang merupakan keturunan arab
jahiliyyah. Dari garis keturunan memang nabi Muhammad adalah keturunan nabi
Ismail yang merupakan putra pertama nabi Ibrahim dengan istri siti Hajar.
Jika
membahas hubungan antara agama islam dengan yahudi memang tidak akan lepas dari
cerita nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dilahirkan di Irak (Chaldea) dari ayah
seorang tukang kayu pembuat patung. Patung-patung itu kemudian dijual kepada
masyarakatnya sendiri, lalu disembah. Sesudah remaja ia terkejut melihat
patung-patung yang dibuat oleh ayahnya itu disembah oleh masyarakat dan kenapa
mereka memberikan rasa hormat kepada sekeping kayu yang pernah dikerjakan
ayahnya itu. Rasa syak pun mulai timbul dalam hatinya. Nabi Ibrahim bertanya
kepada ayahnya, bagaimana hasil kerajinan tangannya itu sampai disembah orang?
Kemudian
nabi Ibrahim menceritakan hal itu kepada orang lain. Ayahnyapun sangat
memperhatikan tingkah laku nabi Ibrahim, karena ia kuatir hal ini akan
rnenghancurkan perdagangannya. Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat percaya
kepada akal pikirannya. Ia ingin membuktikan kebenaran pendapatnya itu dengan
alasan-alasan yang dapat diterima. Ia mengambil kesempatan ketika orang sedang
lengah. Ia pergi menghampiri sang dewa, dan berhala itu dihancurkan, kecuali
berhala yang paling besar. Setelah diketahui orang, mereka berkata kepadanya:
"Engkaukah
yang melakukan itu terhadap dewa-dewa kami, hai Ibrahim?" Dia menjawab:
"Tidak. Itu dilakukan oleh yang paling besar diantara mereka. Tanyakanlah
kepada mereka, kalau memang mereka bisa bicara." (Qur'an, 21: 62-63).
Ibrahim
melakukan itu sesudah ia memikirkan betapa sesatnya mereka dalam menyembah
berhala, lalu sebaliknya siapa yang seharusnya mereka sembah ?
"Bila
malam sudah gelap, dilihatnya sebuah bintang. Ia berkata: Inilah Tuhanku.
Tetapi bilamana bintang itu kemudian terbenam, iapun berkata: 'Aku tidak menyukai
segala yang terbenam.' Dan setelah dilihatnya bulan terbit, iapun berkata:
'Inilah Tuhanku.' Tetapi bilamana bulan itu kemudian terbenam, iapun berkata:
'Kalau Tuhan tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku akan jadi sesat.'
Dan setelah dilihatnya matahari terbit, iapun berkata: 'Ini Tuhanku. Ini yang
lebih besar.'
Tetapi
bilamana matahari itu juga kemudian terbenam, iapun berkata: 'Oh kaumku. Aku
lepas tangan terhadap apa yang kamu persekutukan itu. Aku mengarahkan wajahku
hanya kepada yang telah menciptakan semesta langit dan bumi ini. Aku tidak
termasuk mereka yang mempersekutukan Tuhan." (Qur'an 6: 76-79).
Nabi
Ibrahim tidak berhasil mengajak masyarakatnya. Malah sebagai balasan ia dibakar
ke dalam api. Tetapi Tuhan masih menyelamatkannya. Ia lari ke Palestina bersama
istrinya Sarah. Dari Palestina mereka meneruskan perjalanan ke Mesir. Pada
waktu itu Mesir di bawah kekuasaan raja-raja Amalekit (Hyksos).
Sarah
adalah seorang wanita cantik. Pada waktu itu raja-raja Hyksos biasa mengambil
wanita-wanita bersuami yang cantik-cantik. Nabi Ibrahim memperlihatkan
seolah-olah Sarah adalah saudaranya. Ia takut dibunuh dan Sarah akan
diperistrikan raja. Raja memang bermaksud akan memperisterikannya. Tetapi ia
tidak bisa mewujudkan keinginannya karena Sarah dijaga oleh Allah swt. Sarahpun
akhirnya diberi beberapa hadiah di antaranya seorang gadis belian bernama
Hajar. Karena sudah bertahun-tahun Sarah dengan Ibrahim belum juga memperoleh
keturunan, maka Sarah menyuruh nabi Ibrahim untuk bergaul dengan Hajar, yang
tidak lama kemudian mempunyai keturunan yaitu Ismail.
Dari
lahirnya keturunan bagi nabi Ibrahim inilah maka timbul rasa cemburu pada siti
Sarah yang merupakan istri pertama namun belum mampu memberikan buah hati bagi
suami tercintanya. Akhirnya siti Sarah meminta nabi Ibrahim untuk memindahkan
siti Hajar dari tanah palestina yang merupakan tempat tinggal nabi Ibrahim
bersama kedua istrinya tersebut. Akhirnya siti Hajar dipindahkan ke tanah Hijaz
dan ditinggalkan di sana bersama anak yang baru lahir tersebut.
Siti
Sarah yang tidak ingin mengecewakan nabi Ibrahim selalu berdo'a siang dan malam
agar diberi keturunan oleh Allah swt. Selang beberapa tahun akhirnya do'a siti
Sarah dikabulkan oleh Allah swt. Siti Sarah melahirkan seorang putra yang
diberi nama Ishaq. Ishaq adalah seorang putra yang lahir dari rahim orang yang
sudah sangat tua, namun karena ijin Allah maka hal ini bisa terjadi. Kisah ini
diabadikan dalam Al-qur'an :
قَالُوا
لَا تَوْجَلْ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ (53) قَالَ أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَنْ
مَسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُونَ (54)
(الحجر : 53-54)
(الحجر : 53-54)
Dari
putra Ishaq (yang berjarak 9 tahun dengan kelahiran Ismail) inilah yang pada
kelanjutannya akan menurunkan bangsa Israil karena Ishaq adalah ayah dari nabi
Ya'qub. Dan dari keturunan Ishaq jugalah yang memunculkan nabi-nabi sesudahnya
sebagai utusan bagi kaum yahudi. Diantara nabi-nabi yang diutus adalah Nabi
Yusuf, Musa, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya dan Isa. Mereka semua diutus oleh
Allah untuk memberi anugrah dan kemuliaan kepada bangsa yahudi, namun mereka
kerap kali tidak menyadari dan justru melawan dengan nabi mereka sendiri.
Bangsa
yahudi sering kali memusuhi dan bahkan membunuh nabi yang tidak sesuai dengan
keinginan hati mereka. Kejahatan dan kebengalan mereka seringkali disebutkan
dalam Al-qur'an :
لَقَدْ
أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ رُسُلًا كُلَّمَا
جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا
يَقْتُلُونَ (المائدة : 70)
Sementara
nabi Ismail ketika sudah dewasa menikah dengan gadis kabilah Jurhum. Ia dengan
istrinya tinggal bersama-sama keluarga Jurhum yang lain. Di tempat itu ka'bah
sudah dibangun, yang kemudian berdiri pula Mekah sekitar tempat itu.
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa pada suatu hari nabi Ibrahim minta ijin kepada
Sarah untuk mengunjungi Ismail dan ibunya. Permintaan ini disetujui dan nabi
Ibrahim pun pergi. Setelah ia mencari dan menemukan rumah Ismail ia bertanya
kepada isterinya:
"Mana suamimu?"
"Ia
sedang berburu untuk hidup kami," jawabnya.
Kemudian ditanya lagi,
dapatkah kamu menjamu makanan atau minuman, dijawab bahwa dia tidak mempunyai
apa-apa untuk dihidangkan. Ibrahim pergi, setelah mengatakan: "Kalau
suamimu datang sampaikan salamku dan katakan kepadanya: "Ganti ambang
pintumu."
Setelah
pesan ayahnya itu disampaikan kepada Ismail, ia segera menceraikan isterinya,
dan kemudian kawin lagi dengan wanita Jurhum yang lain yaitu puteri Mudzadz bin
'Amr. Wanita ini telah menyambut nabi Ibrahim dengan baik ketika ia datang
dalam beberapa waktu. "Sekarang ambang pintu rumahmu sudah kuat,"
(kata nabi Ibrahim).
Dari
perkawinan ini nabi Ismail mempunyai dua belas orang anak, dan mereka inilah
yang menjadi cikal-bakal Arab al-Musta'-riba, yakni orang-orang Arab yang
bertemu dari pihak ibu pada Jurhum dengan Arab al-'Ariba keturunan Ya'rub ibn
Qahtan. Sedang ayah mereka, Ismail anak Ibrahim, dari pihak ibunya erat sekali
bertalian dengan Mesir, dan dari pihak ayahnya dengan Irak (Mesopotamia) dan
Palestina.
KH.
Muhammad Wafi, Lc.
Posting Komentar