Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Dosa Yang Diremehkan Pelakunya Bag. 1

Dosa Yang Diremehkan Pelakunya Bag. 1

“….dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya”. (QS .Al-Hujurat:12).

Sungguh satu Nash dari Allah SWT yang sangat jelas, yang tidak ada kesangsian di dalmnya, yang tidak perlu lagi diperbincangkan dan diperdebatkan, bahwa Ghibah, yakni menggunjing tentang keburukan manusia yang lain adalah satu perbuatan yang sangat tercela, bahkan Allah SWT menyerupakan pelakunya sebagai pekaman bangkai saudaranya sendiri.

Disadari ataupun tidak, sebagian dari ummat ini telah membenamkan diri mereka sendiri kedalam lembah kebinasaan dengan melakukan perbuatan yang tercela ini. Sedangkan pada satu sisi mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan tidaklah akan mendatangkan sesuatu apapun melainkan kehinaan dan kebinasaan bagi diri mereka sendiri .

Satu dosa yang tergolong kedalam dosa yang sangat berbahaya, bahkan ada kalanya dosa ini tidak terampuni. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits dari Jabir bin Abi Sa’ad, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Jauhilah mengumpat (menggunjing), karena sesungguhnya mengumpat lebih berat dari pada zina. Sesungguhnya seseorang yang berzina dan bertaubat maka Allah Yang Maha Suci menerima taubatnya. Dan sesungguhnya pengumpat tidak akan diampuni sehingga ia dima’afkan oleh orang yang diumpat”. (HR.Ibnu Abiddunya & Ibnu Hibban)

Satu perbuatan yang menghinakan sang pelaku sebagai seorang manusia hingga kederajat terendah dalam golongan binatang, sebagaimana disampaikan Sayyidina Ali Zainal Abidin Ibnu Husain ra ketika mendengar seorang laki-laki mengumpat laki-laki yang lain maka beliau berkata : “Jauhilah mengumpat, sesungguhnya menggumpat itu adalah lauk pauk bagi seekor anjing”.

Alangkah tragisnya jika Allah SWT menjadikan umat Sayyidina Muhammad SAW ini sebagai ummat yang paling mulia diantara ummat-ummat yang lain, namun sebagian komponen dari ummat ini menghinakan dirinya sendiri dengan menyamakan dirinya sendiri dengan seekor anjing .

Kenyataan pahit yang terjadi pada sebagian ummat ini yang terjadi disekitar kita, bahwa ketentuan Allah sebagai Khaliq sering kali dibantah hanya karena pendapat na’if mausia sebagai makhluq. Sering terdengar jika seseorang memperingatkan saudaranya yang lain agar tidak mengumpat, namun bantahan yang muncul adalah bahwa apa yang ia katakan adalah suatu kenyataan dan bukan rekayasa semata. Perlu kiranya diketahui, bahwa jika seseorang menggunjingkan suatu keburukan yang benar ada pada diri sesrorang , maka itulah yang disebut ghibah! Akan tetapi jika yang digunjingkan tersebut tidak ada pada diri orang tersebut maka perbuatan ini tergolonh fitnah!

Jelas sekali bahwa fitnah akan membawa akibat yang jauh leih berat dan lebih buruk bagi pelakunya, baik di dunia maupun akhirat. Allah SWT mengabadikan hal ini didalam AL-Qur’an : “Dan berbuat fitnah lebih besar dosanya dari pada membunuh”. (QS.Al-Baqarah:217).

Oleh karena itu, sudah semestinya bagi mereka yang masih memiliki butiran iman didalam hatinya, dan masih diberikan kejernihan didalam berfikir untuk kembali menelaah atas apa yang telah dan akan terlepas dari lisannya. Apakah telah diyakini dan dipahami dengan seksama, bahwa ghibah adalah perbuatan yang dibenci Allah SWT, dan akan dibebankan dosa serta hukuman yang berat bagi pelakunya ?

Ataukah masih dipahami bahwa Ghibah bukalah suatu dosa?, atau merupakan suatu hal yang sudah semestinya dan biasa dilakukan.? Sadarkah jika ini terjadi, maka dengan demikian telah terbebankan atas diri orang tersebut satu dosa diatas dosa yang lain, dan satu kebinasaan diatas diatas kebinasaan yang ada, karena ia telah membuat dosa menjadi lebih “berbahaya”dengan tidak menyadarinya bahwa ia telah melakukan sebuah dosa. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata : “Dosa yang paling berbahaya adalah dosa yang diremehkan pelakunya”.

Al Imam Ghazali didalam karya besarnya “Ihya Ulumuddin” mengisahkan bahwasanya Malik bin Dinar berkata : “Ketika Nabi Isa as berjalan bersama Hawariyyin (shabat-shahabatnya) dan melewati bangkai seekor ajning, kemudian Hawariyyin berkata : “Alangkah busuknya anjing ini”, maka Nabi Isa as berkata : “Alangkah sangat putih giginya”. Seakan-akan beliau melarang Hawariyyin mengumpat seekor anjing. lalu bagaimanakah jika terhadap manusia?



Habib Muhammad Syahab
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger