Siapa pun orangnya pasti menginginkan kehidupannya di dunia maupun di
akhirat penuh kebahagiaan dan keselamatan. Tidak ada seorang pun yang
menginginkan sebaliknya. Tetapi kebahagiaan dan keselamatan itu tidak akan bisa
dicapai kecuali dengan perjuangan yang tidak ringan, salah satunya adalah
dengan melalui berbagai ujian dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Musibah yang diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala di dunia ini
adakalanya ditimpakan kepada orang-orang sholeh, sebagai ujian agar derajat
mereka semakin tinggi dan mulia di hadapan-Nya. Ada pula musibah itu dijatuhkan
kepada orang-orang yang telah banyak berbuat dosa, sebagai peringatan agar
mereka segera tersadar dan kembali ke jalan yang diridlai-Nya.
Namun, ada juga orang-orang yang telah banyak bikin kemaksiatan dan
kedurhakaan kepada Allah, tapi mereka sama sekali tidak ditimpa musibah. Mereka
inilah orang-orang yang memperoleh istijroj dari Allah. Allah ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak
mereka ketahui.” (QS. Al A’raf: 182).
Jika terdapat orang berbuat kedhaliman, tapi secara lahiriyah ternyata dia masih tetap merasakan hidup tenang dan tenteram, itu bukan berarti kedhaliman orang ini telah diampuni Allah. Rasulullah menjelaskan status orang tipe ini:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ
لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ رواه البخاري
“Sesungguhnya Allah subhanahu Wata’ala akan menangguhkan (hukuman) untuk
orang yang berbuat aniaya (kedhaliman). Sampai ketika Allah menghukumnya, maka
Dia tidak akan melepaskannya.” (HR. Imam Bukhari).
Untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat, Syekh Imam Abu Hasan Asy
Syadzili (dalam kitab Al Mafakhir) mengajarkan kepada kita agar melanggengkan
bacaan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَأَسْتَـغْفِرُ اللهَ
وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ بِاللهِ
“Segala puji bagi Allah. Kami memohon ampunan Allah. Tiada daya untuk
meninggalkan kemaksiatan dan tiada kekuatan untuk menjalankan ibadah kecuali
atas pertolongan Allah.”
Bacaan dzikir di atas akan mendorong pembacanya untuk senantiasa mengakui
dan bersyukur terhadap berbagai macam kenikmatan yang telah dianugerahkan
Allah, terutama nikmat Islam dan Iman. Sebagai seorang mukmin kita sama sekali
tidak boleh mempunyai perasaan aman dari tergelincirnya keimanan (su’ul
khatimah). Kita harus senantiasa waspada dan hati-hati. Berusahalah mengambil
pelajaran apa yang telah menimpa Bal’am. Seorang yang pada awalnya pernah
mencapai maqom waliyullah, tapi kemudian keimanannya tergelincir di akhir
hayatnya (su’ul khatimah). Mensyukuri atas kenikmatan yang diberikan Allah
berupa keimanan secara tidak langsung berarti berupaya mempertahankan keimanan
itu agar tidak lepas dari jiwa kita.
الشُكْرُ قَيْدٌ لِلْمَوْجُوْدِ وَصَيْدٌ
لِلْمَفْقُوْدِ
“Syukur itu mengikat sesuatu yang diperoleh dan memburu sesuatu yang
hilang.”
Dzikir di atas juga mendorong pembacanya untuk selalu menyesali diri dari
segala perbuatan dosa. Sebagai seorang manusia kita tentu akan selalu tergoda
melakukan perbuatan dosa. Oleh karena itu, dosa-dosa itu hendaknya dihapus
dengan meminta ampunan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Jika seseorang meminta
ampunan kepada Allah, maka Dia tidak akan meng-adzabnya. Allah Subhanahu
Wata’ala berfirman:
وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ
وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Anfal: 33).
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” (QS. Anfal: 33).
Jadi dengan demikian, membaca dzikir di atas berarti sama dengan berupaya
mencari keselamatan di akhirat (dengan membaca Alhamdulillah), dan keselamatan
di dunia (dengan membaca Astaghfirullah). Dan keselamatan di dunia dan akhirat
itu tidak akan tercapai tanpa pertolongan dari Allah (dengan membaca La haula
wala quwwata illa billah).
Penulis adalah Santri di Ponpes Langitan Tuban
Posting Komentar