Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Amal Akhiratmu, Mana ? (1)

Amal Akhiratmu, Mana ? (1)

Dunia, semuanya adalah hikmah, sedangkan amal akhirat adalah Qudrat. Dunia ini dibangun di atas hikmah dan akhirat dibangun di atas Qudrat. Karena itu jangan abaikan amal di negeri hikmah, dan jangan menganggap enteng QudratNya di negeri Qudrat. Beramallah di negeri hikmah dengan hikmahNya, dan jangan menyerahkan diri pada takdirNya.

Jangan jadikan takdir sebagai bentuk penyerahan dirimu, dan anda beralasan dibalik takdir, lalu anda meninggalkan amaliyah. Penyerahan atas nama takdir hanyalah perbuatan orang-orang malas, karena posisi penyerahan diri pada takdir itu bukan pada soal-soal perintah dan larangan.

Orang beriman tidak tenteram dengan dunia ini dan apa yang ada di dalamnya, bahkan tidak selera dengan bagian-bagian duniawinya. Ia lebih senang jika hatinya menuju kepada Allah azza wa-Jalla. Ia menetap di sana hingga diterimaNya. Ia, lari dari dunia, hingga ia meraih izin untuk masuk kepadaNya. Rahasia batinnya pergi, lalu menuju hatinya, dan hatinya meraih nafsunya yang tenang (muthmainnah) serta fisiknya yang patuh. Pada saat seperti itu, tiba-tiba ia tidak tertambat pada keluarganya, seperti ada sela kehampaan antara dirinya dengan mereka, tak peduli dengan kejahatan makhluk lain, seperti ada halangan antara dirinya dengan mereka, hingga hanya dia sendiri dan Tuhannya Azza wa-Jalla. Seakan-akan  makhluk lain tidak diciptakan, dan seakan hanya dia sendirilah yang diciptakan Allah Azza wa-Jalla. Allah Azza wa-Jalla Sang pelaku dan dirinya  satu-satunya obyek. Ia yang dicari dan Allah Yang Mencari. Seakan Allah Azza wa-Jalla adalah akar dan dia cabang ranting. Ia tidak melihat selain Dia, dan lainnya tidak melihatnya. Ia terbungkus dari makhluk.
“Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkan kembali…” (Abasa: 22).

Ia hadir untuk mereka demi kebajikan dan memberikan petunjuk kebenaran kepada mereka, dan ia sabar jika disakiti mereka, demi meraih ridho Allah Azza wa-Jalla. Para Sufi itu adalah penjaga hati dan rahasia batin, yang senantiasa teguh bersama Allah azza wa-Jalla, bukan bersama lainNya. Mereka beramal untukNya bukan untuk lainNya.

Tetapi hai munafik, anda tidak pernah meraih informasi kebajikan mereka, tidak mencerap keimanan bahkan tidak meraih kebahagiaan bersama Allah Azza wa-Jalla. Dalam waktu dekat anda mati, dan menyesal setelah mati. Padahal anda telah mendapatkan wacana yang fasih dan keelokan syurgawi, tetapi itu tidak memberi manfaat bagimu. Kefasihan itu buat qalbu, bukan untuk wacana ucapan. Menangislah seribu kali atas dirimu dan yang lain.

Hai orang yang hatinya mati! Wahai orang yang menghindar dari kaum sufi. Wahai orang yang banyak mengatur dan terhijab dari dirimu sendiri, dari makhluk dan dari Tuhanmu Azza wa-Jalla: “Oh Tuhanku, sungguh aku terbungkam, maka bukakanlah ucapanku dariMu, hingga manusia meraih manfaat dari ucapanku, memberikan kesempurnaan pada mereka di hadapanku. Jika tidak, kembalikan diriku dalam kebungkaman.”

Wahai kaumku, aku mengajak kalian pada “kematian merah” yaitu bentuk perlawanan terhadap hawa nafsu, watak naluri, syetan dan dunia, serta keluar dari makhluk, dan meninggalkan selain Allah azza wa-Jalla secara total. Dan berjuanglah kalian dalam situasi kondisi ini, jangan sampai kalian putus harapan, karena Allah Azza wa-Jalla berfirman, “Setiap hari Dia dalam urusanNya.” (Ar-Rahman 29).



Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani (Majalah Cahaya Sufi)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger