Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Apakah Anda Pembenar Atau Pendusta (1)

Apakah Anda Pembenar Atau Pendusta (1)

Ketahuilah segalanya itu bergerak karena digerakan Allah Azza  wa-Jalla, diam karena didiamkan olehNya. Bila pandangan ini merasuk kokoh dalam diri hamba, ia akan terbebas dari beban syirik dengan makhluk, dan terbebas makhluk dari syirik. Sebab seseorang tidak akan mencela mereka, dan tidak menuntut mereka dengan sesuatu yang menyertainya. Bahwa menuntut mereka adalah sesuatu yang dituntut oleh syara’ saja.

Menuntut makhluk secara syar’i dan pengetahuan secara terpadu. Yaitu memandang Tindakan Allah ‘Azza wa-Jalla dalam diri makhluk secara akidah tidak merusak akidah. Karena Allah-lah yang memberikan kepastian, dan Dia-lah yang menuntut.

“Allah tidak dimintai tanggungjawab atas apa yang dilakukanNya, sedangkan mereka dimintai pertanggungjawaban.” (Al-Ambiya’ 23)

Inilah akidah setiap Muslim yang manunggal dan ridlo kepada Allah azza wa-Jalla, yang selaras dengan rencana dan takdir Illahi serta ciptaanNya. Dialah yang Maha Cukup (tidak butuh) pada dirimu dan tidak butuh sabarmu. Namun Allah SWT hanya memandang bagaimana anda mengamalkan dalam  panggilanNya kepadamu, apakah anda membenarkan atau mendustakan.

Ia menyerahkan pilihan dirinya dan yang lain kepadaNya, tidak memiliki praduga dan aktivitas kinerjanya, begitu juga tidak tergesa-gesa hasratnya tidak pula pelit.

Hatinya berias dengan ekspresi dariNya menuju kepadaNya, hingga tak tersisa arah sedikit pun kecuali padaNya.


Wahai orang yang mengaku mencintai Allah Azza wa-Jalla cintamu tak akan sempurna hingga engkau membungkam arah dari segi hakmu, hingga tak tersisa kecuai satu arah saja, Allah Rabbul ‘Izzah.

Kekasihmu telah mengeluarkan makhluk dari hatimu mulai dari Arsy hingga bintang Tsurayya. Maka jangan mencintai dunia, jangan pula akhirat. Hingga tak ada lagi rasa gentar pada duanya, karena anda hanya bermesrajiwa denganNya, sampai dirimu seperti Majnun-Laila ketika didominasi rasa cinta luar bisa, ia keluar  ia malah bersembunyi dan hidup bersama binatang-binatang. Keluar dari keramaian, mengasing dalam kesunyian. Keluar dari pujaan makhluk maupun caciannya. Lalu diam dan bicaranya hanya satu saja, benci mereka padanya hanya satu pula.


Suatu hari ia ditanya, “Siapa dirimu?”
“Laila..” jawab Majnun.
“Darimana anda berasal?”
“dari Laila…” katanya.
“Kemana anda  menuju?”
“Laila…” tangkasnya.


Ia telah buta dari segalanya kecuali Laila. Ia tak pernah mendengarkan ucapan siapa pun kecuali dari Laila, ia pun tak akan peduli dengan kritik dan celaan. Betapa elok apa yang dikatakan sebagian Sufi:

Bila jiwa-jiwa saling berangkul dengan asmara
Maka pukulan besi pun terasa dingin.


Inilah hati yang kenal Allah Azza wa-Jalla, hati yang mencintaiNya, hati yang dekat denganNya, begitu gentar dirinya jika dekat dengan makhluk (takut tergoda), semesta, makan dan minumnya, pakaian dan perkawinannya, cemas dengan hangar binger dunia, lalu ia mengasingkan dirinya, tanpa ada aturan batas kecuali batas syariat, dalam hal perintah dan larangan serta tindakan. Ia hanya berselaras dengan datangnya takdir. “Ya Allah janganlah Engkau tinggalkan kami dari kekuasaan RahmatMu, hingga kami tenggelam di lautan dunia dan lautan wujud. Wahai Dzat yang menghamparkan kemurahan dan pandangan bajik yang lalu, temukanlah kami padaMu.”



Syeikh Abdul Qadir Al-Jilany (Majalah Cahaya Sufi)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger