Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Bijih Emas Kehidupan

Bijih Emas Kehidupan

Bagi yang saat ini sedang dirundung cobaan Alloh, janganlah merasa dirimu tak berguna, jangan putus harapan. Mari kita tengok kisah hidup para kekasih-kekasih Alloh, betapa semua Nabi-nabi-Nya pernah merasakan pahitnya ujian-ujian-Nya, setiap wali-wali Alloh pernah terbakar oleh panasnya cobaan hidup. Cukup banyak orang-orang sukses yang sebelum dianugerahi kemapanan dalam kehidupan merasakan dulu pahit-getirnya kehidupan.

Kadang hidup memberikan banyak pilihan, sehingga kita bingung menentukan langkah awal, kadang sebaliknya hidup tidak menawarkan banyak pilihan, itu membuat kita dipaksa berdiri atau melangkah dimana kita tidak menginginkan posisi tersebut. 

Namun itulah kehidupan, disemua sisinya selalu terselip hikmah dan kebaikan bagi kita, sepanjang hati kita mampu mencarnanya. Seperti halnya seorang penambang emas, untuk menemukan secuil emas, ia harus menggali puluhan ton tanah dan pasir, dia harus mampu bersabar dan teliti dalam memisahkan sekaligus tahu perbedaan antara bijih emas dan pasir, selanjutnya setelah lelah menyingkirkan puluhan ton tanah dan pasair barulah dia menemukan yang dicarinya, yaitu EMAS.

Tanah dan pasir dalam kehidupan ini bisa berwujud cobaan hidup, baik kesenangan maupun kesedihan, nasihat, tips dan trik menghadapi kehidupan tidak akan serta merta menjadikan kita jagoan yang tegar laksana batu karang diterjang ombak, do’a takkan menyulap keadaan menjadi lebih baik seperti yang kita harapkan. Kadang usaha (ikhtiyar) kita bertemu dengan puncak sukses, dengan tercapainya harapan persis atau bahkan melebihi target, namun tidak menutup kemungkinan harapan kita pupus sirna menguap tanpa bekas. 

Ikhtiyar adalah kulit, ia hanyalah salah satu sarana untuk beribadah, dalam ibadah tidak mengenal istilah gagal, saat ibadah usaha kita canangkan dan lakukan, hakikatnya kita telah berhasil, kita berhasil melawan rasa malas, kita sukses menyingkirkan angan-angan tanpa aksi nyata.


Ketika do’a sudah kita kumandangkan dalam relung hati terpancar lewat lisan, sering juga diiringi dengan linangan air mata, maka saat itu kita seharusnya sudah mendeklarasikan penyerahan diri kehadhirat Allah SWT, segala ikhtiyar kita tinggalkan, artinya hati kita berusaha melupakan dan tidak merasa telah melakukan usaha apapun, karena secara hakiki kita memang tidak berdaya menunaikan kebaikan dan menjauhi keburukan tanpa pertolongan Allah SWT.



Ust. Muhammad Yazid
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger