Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Tukang Bohong Bag. 2

Tukang Bohong Bag. 2

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a Rasulullah SAW bersabda:


“Empat sifat, siapa yang lengkap pada dirinya, maka ia betul-betul seorang munafik. Dan barangsiapa yang mempunyai salah satu daripadanya (sifat tersebut), maka berarti ia telah memiliki salah satu sifat munafik, sampai ia meninggalkan (bertaubat) dari sifat tersebut. (Empat sifat tersebut adalah:) Jika dipercaya khianat; Bila bicara ia berdusta; Jika berjanji ia ingkari; dan jika berdebat ia melampaui batas (ingin menang sendiri).” (dalam riwayat Muslim ditambahkan:”Walaupun ia sholat dan berpuasa”  (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash r.a)


Kalau kita perhatikan hadis di atas, maka perbuatan bohong adalah salah satu bagian dari sifat munafik. Akan tetapi menurut banyak ulama, sekalipun hanya memiliki satu sifat-sifat yang disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW tersebut, maka seorang pembohong atau tukang bohong sudah dapat dikategorikan sebagai seorang yang munafik, sampai ia tinggalkan perbuatan bohong tersebut.


Sementara itu Syaikh Abdullah Al-Ghazali menyatakan, bahwa antara bohong dan munafik sebenarnya bedanya sangat tipis, bahkan dapat dikatakan tidak ada bedanya sama sekali. Sebab kenyataannya dalam sifat-sifat yang disebutkan oleh Rasulullah SAW di dalam hadis tersebut, semuanya mengandung unsur “kebohongan”.


Logikanya adalah; Orang yang mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadanya, tentunya akan memiliki alasan untuk berbohong, mengapa ia khianat. Begitu juga dengan orang yang mengingkari janji dan Orang yang tak mau kalah dalam berdebat, jelas akan sanggup melakukan banyak kebohongan demi mempertahankan pendapatnya. Jadi kesimpulannya adalah; “tukang bohong adalah seorang yang munafik; sedangkan orang yang munafik jelas adalah seorang tukang bohong.”


Seseorang yang memiliki sifat munafiq adalah seorang yang berpura-pura baik dan jujur. Kata pepatah Melayu: “telunjuk lurus kelingking berkait atau pepat di luar runcing di dalam”. Pandai bicara dan manis kata-katanya,  tapi penuh dengan kebohongan. Jika ia memiliki kepandaian, maka hal itu akan digunakannya untuk menutupi kebohongan dan keburukannya; dan ia “seperti pucuk eru”, selalu berubah arah dan pendirian demi mencapai maksud dan tujuan yang di-inginkannya. Oleh sebab itulah Allah SWT sangat-sangat benci kepada orang yang munafik sebagaimana firman-Nya:


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya; cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (Q.S. At-Taubah: 67-68)


Sementara dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (Q.S. An-Nisaa’: 145)              


 Sedangkan mengenai tukang bohong, selain menyebut mereka sebagai orang-orang yang tidak beriman, maka Allah SWT juga menegaskan:


“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa.  Ia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemu-dian ia tetap menyombongkan diri seakan-akan ia tidak mendengarnya, maka beri khabar gembiralah ia dengan azab yang pedih.” (Q.S. Al-Jatsiyah: 7-8)



Sebenarnya kemunafikan sang penguasa atau fenomena penguasa yang  tukang bohong tersebut tidak hanya ada di tingkat atas, tapi menjalar sampai ke bawah, sampai-sampai ke tingkat RT. Makin tinggi dan besar wilayah kekuasaannya, maka makin besar pula tingkat kebohongannya. Akan tetapi anehnya, walaupun sudah jelas kemunafikan dan kebohongan yang dilakukan oleh sang penguasa atau si pejabat, masih banyak di antara kita yang kehilangan akal sehat dan mengabaikan hati nuraninya untuk membela kemunafikan dan kebohongan sang penguasa dan si pejabat tersebut; baik untuk kepentingan pribadi maupun golongannya. Sehingga pada akhirnya mereka pun dapat pula disebut sebagai orang munafik atau tukang bohong, lantaran telah berbohong dan membohongi diri sendiri. 

Lalu untuk apakah mereka beribadah kepada Allah SWT dan membuat pernyataan; bahwa “hanya Engkau jualah yang kami sembah dan hanya Engkaulah tempat kami memohon pertolongan?”



KH. Bachtiar Ahmad
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger