Allah berfirman “inna zalzalatassa’ati syai’un adhim ” hari
kiamat itu adalah hari yang sangat dahsyat. QS. Al Hajj : 1. Kenapa
kita lihat itu? Hari itu orang yang punya bayi yang diasuhnya dilempar bayi itu
dan meninggalkan semua anaknya karena takut dimintai pertanggungjawaban. Anak
ini diasuh dengan baik atau tidak, diberi susu yang halal atau tidak, kau ajari
ia keagungan Nama-Ku atau tidak dari takutnya semua anak dilempar oleh mereka.
Dan wanita yang hamil menggugurkan kehamilannya, kenapa? tidak mau bertanggung
jawab atas satu nyawa lagi selain dirinya. Bertanggung jawab atas dirinya saja
susah, apalagi bawa tanggung jawab atas bayi yang baru lahir. Apakah diberi
makanan yang halal, apakah hari – harinya diperbuat dengan hal yang baik.
Akan Kau lihat manusia itu lari kesana – kemari bagaikan mabuk dari
takutnya panggilan – panggilan api neraka, QS. Al Hajj : 2 karena api
neraka memanggil para pendosa. Kau lihat mereka seakan mabuk, mereka bukan
mabuk tapi melihat dahsyatnya kejadian di hari kiamat. Ketika ayat ini turun
bergetar para sahabat.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika ayat ini turun sebagian para
sahabat berjatuhan karena takutnya kepada Allah atas firmannya. Nabi saw
mengumpulkan mereka. Manusia yang paling berkasih sayang, manusia yang paling
ramah, manusia yang tidak senang melihat manusia sedih dan risau, seraya
berkata “absyiru..absyiru” sini – sini mendekat. “Jangan bergelimpangan
menangis seperti itu, sini – sini berkumpul dekat denganku”, kata Rasul
saw. Maka Rasul saw bersabda “hai umatku kalian ini aku harapkan pasti
menjadi ¼ penduduk surga”. Mendengar kata – kata itu, , dihibur oleh Sang
Nabi saw, maka bertakbir para sahabat “Allahu Akbar,.masya Allah 1/4 ahli
surga”. Maka ketika para sahabat terlihat gembira, Rasul saw tambah lagi “kalian
tahu bahwa aku minta pada Allah bukan ¼ bahkan sepertiga dari ahli surga”.
“Allahu Akbar”, para sahabat bertakbir lagi. Lalu Rasul tersenyum dan
berkata “hai, kalian tahukan kalau aku berdoa kepada Allah agar kalian umat
Muhammad ini menjadi ½ ahli surga” maka para sahabat bertakbir. Terputus
riwayat Shahih Bukhari ini.Namun Diriwayatkan didalam riwayat yang Shahih bahwa
Rasul dipilihkan oleh Allah, “mau ½ umatnya masuk surga atau Syafa’at?” Namun
beliau saw memilih syafa’at karena kalau syafa’at seluruh umatnya masuk ke
dalam surganya Allah Swt.
Salahkah jika kita mencintai Nabi Muhammad Saw. Turun ayat yang
menggetarkan, Nabi saw langsung menghibur dan menenangkan sahabatnya. Inilah
Muhammad Rasulullah saw.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Rasul saw
didatangi oleh seorang yang mengadu “ya Rasulullah mulai sekarang aku tidak
mau lagi shalat subuh berjamaah di masjid itu”, Rasul bertanya “kenapa
tidak mau shalat berjamaah subuh?”, ia berkata “karena imamnya baca
surahnya panjang, baca surah AlBaqarah”. Al Baqarah itu panjangnya 2 ½ juz.
Maka imam itu Dipanggil oleh Rasulullah, bukan orang ini yang ditegur.
Selayaknya orang ini yang ditegur karena ketika ditanya “kenapa kau tidak
ingin shalat berjamaah?”, ia menjawab “aku punya pekerjaan ya
Rasulullah, aku bekerja. Kalau aku duduk hadir shalat subuh disitu bagaimana
dengan pekerjaanku”. Semestinya Rasul saw menegurnya dan menghardiknya “kau
ini mementingkan dunia apa shalat? kerja apa shalat?”, mestinya kan begitu.
Tapi Rasul saw justru menegur imam itu dengan teguran yang tegas “afattaanun
anta ya Mu’adz..?!” apakah kau ini pembawa fitnah wahai Muadz..?!.. Kalau
kau jadi imam jangan panjang – panjang baca surah karena diantara mereka ada
yang bekerja, ada yang sakit, ada yang tua, ada yang sibuk, jangan
memberatkan orang kecuali jika kau ingin membawa shalatmu sendiri shalat
sunnah, silahkan! sepanjang – panjangnya. Tapi kalau untuk umatnya, maunya
mereka, maunya shalatnya yang ½ juz panjangnya silahkan!, maunya yang ¼ juz saja
silahkan!, mau yang 100 ayat, mau yang 10 ayat ikuti umatmu. Tapi jangan
beratkan makmum. Sampai beliau saw berkata “..anta ya Muadz..?!” apakah
kau ini pembawa fitnah wahai Muadz..?!.. Rasul bersabda “yassiru
wala tu’assiru” ringankan orang – orang ini dan jangan diberat – beratkan.
Rasul saw sewaktu – waktu, mengikuti budi pekertinya beliau. Ketika Rasul
saw didatangi 3 orang tamu “assalamu’alaikum warahmatullah”, Rasulullah
diam.“assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh”, Rasulullah tidak
jawab, kali yang ketiga Rasul bertayammum lalu menjawab salam. Para Sahabat
bertanya “ya Rasulullah dari tadi kami memberi salam dan kau tidak jawab,
kami kira kau murka pada kamidan kami adalah ahli neraka”, Rasul menjawab “bukan
itu”, kata Rasul saw. “aku tidak ingin menjawab terkecuali dengan
keadaan suci”. Lailahailalllah, adakah akhlak seperti ini?
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih
Bukhari menjelaskan makna yang pertama Nabi saw tidak mau dari memuliakan
tamunya menjawab salam dalam keadaan tidak wudhu itu tidak sopan untuk Nabi
saw. Sampai beliau digelari “wa innaka la’alaa khuluqin adzim” dan kau
sungguh berada didalam akhlak yang agung. (AL Qalam 4) Kenapa? Mau
terima tamu, mau menjawab salam saja harus berwudhu. Tidak ada air didepannya
baru bertayammum dan barulah menjawab salam. Dan makna yang kedua adalah Nabi
saw tidak mau menyebut Nama Allah kecuali dalam keadaan wudhu, karena AsSalam
adalah Nama Allah. Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.
Hadits yang baru saja kita baca tadi “ana ma’a ‘abdi haitsu maa
dzakaranii wa taharrakat bii syafataah” Aku bersama hamba- hambaKu ketika ia
mengingat-Ku dan bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Al Imam Ibn Hajar
Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari menjelaskan bahwa maknanya bukan
berarti Allah bersama dia secara Dzat-Nya, tapi menunjukkan betapa cinta dan
senangnya Allah kepada orang yang mengingat Allah. Dan mengingat Allah itu
bukan hanya dengan hati. Sebagian orang berkata bukan hanya dengan bibirnya
tapi hati itu mengingat Allah. Ternyata kita dengar haditsnya “..wa
taharrakat bii syafataah” bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Bukan
bersama Dzatnya Allah, namun bersama cintanya Allah hingga bibirnya yang
bergetar itu menyebut Nama Allah maka ia bersama degan kecintaan Allah.
Ternyata Allah masih menghargai bibir yang menyebut Nama-Nya. Allah sangat
memuliakan bibir yang mengagungkan Nama-Nya.
Oleh sebab itu, inilah indahnya dzikir. Jiwa dan sanubari
kita berdzikir kepada Allah, jangan jadikan dzikir ini hal yang aneh dalam diri
kita. Hadirin, zaman sekarang orang bicara rindu dengan teman wajar, rindu
dengan kekasih pantas, rindu dengan anak pantas, tapi kalau rindu dengan Allah
koq sepertinya aneh? Padahal judtru untuk ini kita dicipta. “wamaa
khalaqtuljinna wal insa illa liya’budun” tidak kuciptakan jin dan manusia
terkecuali untuk menyembah kepada-Ku. QS. Adz-Dzaariyat : 56. Apa
untungnya bagi Allah kita menghamba kepada-Nya? Allah tidak butuh penghambaan
kita.
Allah ingin kita dekat, Allah ingin kita dekat. Inilah kenapa Allah
menciptaku dan menciptamu dan mencipta seluruh manusia keturunan Adam as. Allah
ingin mereka dekat lalu Allah ingin beri mereka surga yang lebih dan jangan
sembah selain-Nya, jangan cintai lebih daripada cinta seorang kepada Allah.
Kita bertanya, aku ini orang yang amam terhadap cinta kepada Allah? Aku punya
kekasih, punya keluarga, punya teman, punya rumah tangga. Lalu bagaimana dengan
cinta Allah ini? Tentunya “laa yukallifullahu nafsan illa wus a’ha” Allah
tidak paksa manusia kecuali menurut kemampuannya. QS. Al Baqarah : 286.
Sepertinya kalau harus jujur aku lebih cinta yang lain daripada Allah, aku
lebih perduli pada yang lain daripada Allah, malah jangan – jangan diantara
kita lebih sibuk memikirkan sandalnya jangan sampai hilang saat sujud kepada
Allah. Bagaimana dengan keadaan ini? Allah Swt menjawab “laa yukallifullahu
nafsan illa wus a’ha, laha maa kasabat wa a’laiha maktasabat”. QS. Al Baqarah :
286. Lalu bagaimna dengan dosa – dosa ini Rabbiy? bagaimana dengan
kesalahan – kesalahan in Rabbiy? Allah ajari lagi “rabbana laa tuakhidznaa
innasiinaa aw akhtanaa” wahai Allah jangan hukum kami kalau kami salah dan
lupa. QS. Al Baqarah : 286.
Ini ucapan coba kita renungkan!! Ucapan in
bisa dikatakan tidak adil, sudah berbuat salah minta jangan dihukum kalau
berbuat salah dan berbuat hal yang lupa. Tapi ternyata yang mengajari adalah
Allah. Aku ingin kau menyaksikan betapa indahnya kalimat – kalimat Illahi yang
sangat membuka pintu asmara-Nya untuk memanggil cinta kita agar berpaling
kepada cintanya Allah. “Rabbana wala tahmil a’alaina ishran kama hamaltahu
a’lalladziina min qablina” orang sebelum kami itu dahsyat, perintahnya
berat, segala – galanya berat, jangan Kau bebankan kami seperti mereka. QS. Al
Baqarah : 286. “Rabbana wala tuhammilna malaa thaqatalanabihi, wa’fu
‘anna waghfirlana warhamna” maafkan kami, ampuni kami, dan sayangilah kami.
QS. Al Baqarah : 286. Indahnya kalimat ini “warhamna” sayangilah
kami. “..fanshurna a’lalqaumil kaafiriin” tolonglah kami dari
orang – orang yang jauh dan musuh – musuh Islam. QS. Al Baqarah : 286.
Habib Munzir Al Musawwa
+ comments + 1 comments
Pengen nangis bacanya. Ya Allah terima kasih telah Kau jadikan aku hambaMu di dalam islamku dan terima kasih telah Kau jadikan aku Ummat Sayyidina Muhammad SAW
Posting Komentar