Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Allah Bersama Hamba Yang Mengingat Dan Menyebut Nama Nya (2)

Allah Bersama Hamba Yang Mengingat Dan Menyebut Nama Nya (2)


Allah berfirman “inna zalzalatassa’ati syai’un adhim ” hari kiamat itu adalah hari yang sangat dahsyat. QS. Al Hajj : 1. Kenapa kita lihat itu? Hari itu orang yang punya bayi yang diasuhnya dilempar bayi itu dan meninggalkan semua anaknya karena takut dimintai pertanggungjawaban. Anak ini diasuh dengan baik atau tidak, diberi susu yang halal atau tidak, kau ajari ia keagungan Nama-Ku atau tidak dari takutnya semua anak dilempar oleh mereka. Dan wanita yang hamil menggugurkan kehamilannya, kenapa? tidak mau bertanggung jawab atas satu nyawa lagi selain dirinya. Bertanggung jawab atas dirinya saja susah, apalagi bawa tanggung jawab atas bayi yang baru lahir. Apakah diberi makanan yang halal, apakah hari – harinya diperbuat dengan hal yang baik.

Akan Kau lihat manusia itu lari kesana – kemari bagaikan mabuk dari takutnya panggilan – panggilan api neraka, QS. Al Hajj : 2 karena api neraka memanggil para pendosa. Kau lihat mereka seakan mabuk, mereka bukan mabuk tapi melihat dahsyatnya kejadian di hari kiamat. Ketika ayat ini turun bergetar para sahabat. 

Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika ayat ini turun sebagian para sahabat berjatuhan karena takutnya kepada Allah atas firmannya. Nabi saw mengumpulkan mereka. Manusia yang paling berkasih sayang, manusia yang paling ramah, manusia yang tidak senang melihat manusia sedih dan risau, seraya berkata “absyiru..absyiru” sini – sini mendekat. “Jangan bergelimpangan menangis seperti itu, sini – sini berkumpul dekat denganku”, kata Rasul saw. Maka Rasul saw bersabda “hai umatku kalian ini aku harapkan pasti menjadi ¼ penduduk surga”. Mendengar kata – kata itu, , dihibur oleh Sang Nabi saw, maka bertakbir para sahabat “Allahu Akbar,.masya Allah 1/4 ahli surga”. Maka ketika para sahabat terlihat gembira, Rasul saw tambah lagi “kalian tahu bahwa aku minta pada Allah bukan ¼ bahkan sepertiga dari ahli surga”. “Allahu Akbar”, para sahabat bertakbir lagi. Lalu Rasul tersenyum dan berkata “hai, kalian tahukan kalau aku berdoa kepada Allah agar kalian umat Muhammad ini menjadi ½ ahli surga” maka para sahabat bertakbir. Terputus riwayat Shahih Bukhari ini.Namun Diriwayatkan didalam riwayat yang Shahih bahwa Rasul dipilihkan oleh Allah, “mau ½ umatnya masuk surga atau Syafa’at?” Namun beliau saw memilih syafa’at karena kalau syafa’at seluruh umatnya masuk ke dalam surganya Allah Swt.

Salahkah jika kita mencintai Nabi Muhammad Saw. Turun ayat yang menggetarkan, Nabi saw langsung menghibur dan menenangkan sahabatnya. Inilah Muhammad Rasulullah saw.
Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika Rasul saw didatangi oleh seorang yang mengadu “ya Rasulullah mulai sekarang aku tidak mau lagi shalat subuh berjamaah di masjid itu”, Rasul bertanya “kenapa tidak mau shalat berjamaah subuh?”, ia berkata “karena imamnya baca surahnya panjang, baca surah AlBaqarah”. Al Baqarah itu panjangnya 2 ½ juz. Maka imam itu Dipanggil oleh Rasulullah, bukan orang ini yang ditegur. Selayaknya orang ini yang ditegur karena ketika ditanya “kenapa kau tidak ingin shalat berjamaah?”, ia menjawab “aku punya pekerjaan ya Rasulullah, aku bekerja. Kalau aku duduk hadir shalat subuh disitu bagaimana dengan pekerjaanku”. Semestinya Rasul saw menegurnya dan menghardiknya “kau ini mementingkan dunia apa shalat? kerja apa shalat?”, mestinya kan begitu. Tapi Rasul saw justru menegur imam itu dengan teguran yang tegas “afattaanun anta ya Mu’adz..?!” apakah kau ini pembawa fitnah wahai Muadz..?!.. Kalau kau jadi imam jangan panjang – panjang baca surah karena diantara mereka ada yang bekerja, ada yang sakit, ada yang tua, ada yang sibuk, jangan memberatkan orang kecuali jika kau ingin membawa shalatmu sendiri shalat sunnah, silahkan! sepanjang – panjangnya. Tapi kalau untuk umatnya, maunya mereka, maunya shalatnya yang ½ juz panjangnya silahkan!, maunya yang ¼ juz saja silahkan!, mau yang 100 ayat, mau yang 10 ayat ikuti umatmu. Tapi jangan beratkan makmum. Sampai beliau saw berkata “..anta ya Muadz..?!” apakah kau ini pembawa fitnah wahai Muadz..?!.. Rasul bersabda “yassiru wala tu’assiru” ringankan orang – orang ini dan jangan diberat – beratkan.

Rasul saw sewaktu – waktu, mengikuti budi pekertinya beliau. Ketika Rasul saw didatangi 3 orang tamu “assalamu’alaikum warahmatullah”, Rasulullah diam.“assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh”, Rasulullah tidak jawab, kali yang ketiga Rasul bertayammum lalu menjawab salam. Para Sahabat bertanya “ya Rasulullah dari tadi kami memberi salam dan kau tidak jawab, kami kira kau murka pada kamidan kami adalah ahli neraka”, Rasul menjawab “bukan itu”, kata Rasul saw. “aku tidak ingin menjawab terkecuali dengan keadaan suci”. Lailahailalllah, adakah akhlak seperti ini?

Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari bisyarah Shahih Bukhari menjelaskan makna yang pertama Nabi saw tidak mau dari memuliakan tamunya menjawab salam dalam keadaan tidak wudhu itu tidak sopan untuk Nabi saw. Sampai beliau digelari “wa innaka la’alaa khuluqin adzim” dan kau sungguh berada didalam akhlak yang agung. (AL Qalam 4) Kenapa? Mau terima tamu, mau menjawab salam saja harus berwudhu. Tidak ada air didepannya baru bertayammum dan barulah menjawab salam. Dan makna yang kedua adalah Nabi saw tidak mau menyebut Nama Allah kecuali dalam keadaan wudhu, karena AsSalam adalah Nama Allah. Demikian hadirin hadirat yang dimuliakan Allah.

Hadits yang baru saja kita baca tadi “ana ma’a ‘abdi haitsu maa dzakaranii wa taharrakat bii syafataah” Aku bersama hamba- hambaKu ketika ia mengingat-Ku dan bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam kitabnya Fathul Baari menjelaskan bahwa maknanya bukan berarti Allah bersama dia secara Dzat-Nya, tapi menunjukkan betapa cinta dan senangnya Allah kepada orang yang mengingat Allah. Dan mengingat Allah itu bukan hanya dengan hati. Sebagian orang berkata bukan hanya dengan bibirnya tapi hati itu mengingat Allah. Ternyata kita dengar haditsnya “..wa taharrakat bii syafataah” bergetar bibirnya menyebut Nama-Ku. Bukan bersama Dzatnya Allah, namun bersama cintanya Allah hingga bibirnya yang bergetar itu menyebut Nama Allah maka ia bersama degan kecintaan Allah. Ternyata Allah masih menghargai bibir yang menyebut Nama-Nya. Allah sangat memuliakan bibir yang mengagungkan Nama-Nya.

Oleh sebab itu, inilah indahnya dzikir. Jiwa dan sanubari kita berdzikir kepada Allah, jangan jadikan dzikir ini hal yang aneh dalam diri kita. Hadirin, zaman sekarang orang bicara rindu dengan teman wajar, rindu dengan kekasih pantas, rindu dengan anak pantas, tapi kalau rindu dengan Allah koq sepertinya aneh? Padahal judtru untuk ini kita dicipta. “wamaa khalaqtuljinna wal insa illa liya’budun” tidak kuciptakan jin dan manusia terkecuali untuk menyembah kepada-Ku. QS. Adz-Dzaariyat : 56. Apa untungnya bagi Allah kita menghamba kepada-Nya? Allah tidak butuh penghambaan kita. 

Allah ingin kita dekat, Allah ingin kita dekat. Inilah kenapa Allah menciptaku dan menciptamu dan mencipta seluruh manusia keturunan Adam as. Allah ingin mereka dekat lalu Allah ingin beri mereka surga yang lebih dan jangan sembah selain-Nya, jangan cintai lebih daripada cinta seorang kepada Allah. Kita bertanya, aku ini orang yang amam terhadap cinta kepada Allah? Aku punya kekasih, punya keluarga, punya teman, punya rumah tangga. Lalu bagaimana dengan cinta Allah ini? Tentunya “laa yukallifullahu nafsan illa wus a’ha” Allah tidak paksa manusia kecuali menurut kemampuannya. QS. Al Baqarah : 286. Sepertinya kalau harus jujur aku lebih cinta yang lain daripada Allah, aku lebih perduli pada yang lain daripada Allah, malah jangan – jangan diantara kita lebih sibuk memikirkan sandalnya jangan sampai hilang saat sujud kepada Allah. Bagaimana dengan keadaan ini? Allah Swt menjawab “laa yukallifullahu nafsan illa wus a’ha, laha maa kasabat wa a’laiha maktasabat”. QS. Al Baqarah : 286. Lalu bagaimna dengan dosa – dosa ini Rabbiy? bagaimana dengan kesalahan – kesalahan in Rabbiy? Allah ajari lagi “rabbana laa tuakhidznaa innasiinaa aw akhtanaa” wahai Allah jangan hukum kami kalau kami salah dan lupa. QS. Al Baqarah : 286.  

Ini ucapan coba kita renungkan!! Ucapan in bisa dikatakan tidak adil, sudah berbuat salah minta jangan dihukum kalau berbuat salah dan berbuat hal yang lupa. Tapi ternyata yang mengajari adalah Allah. Aku ingin kau menyaksikan betapa indahnya kalimat – kalimat Illahi yang sangat membuka pintu asmara-Nya untuk memanggil cinta kita agar berpaling kepada cintanya Allah. “Rabbana wala tahmil a’alaina ishran kama hamaltahu a’lalladziina min qablina” orang sebelum kami itu dahsyat, perintahnya berat, segala – galanya berat, jangan Kau bebankan kami seperti mereka. QS. Al Baqarah : 286. “Rabbana wala tuhammilna malaa thaqatalanabihi, wa’fu ‘anna waghfirlana warhamna” maafkan kami, ampuni kami, dan sayangilah kami. QS. Al Baqarah : 286. Indahnya kalimat ini “warhamna” sayangilah kami. “..fanshurna a’lalqaumil kaafiriin” tolonglah kami dari orang – orang yang jauh dan musuh – musuh Islam. QS. Al Baqarah : 286.



Habib Munzir Al Musawwa
Adv 1
Share this article :

+ comments + 1 comments

Ortega
19 Juli 2013 pukul 08.07

Pengen nangis bacanya. Ya Allah terima kasih telah Kau jadikan aku hambaMu di dalam islamku dan terima kasih telah Kau jadikan aku Ummat Sayyidina Muhammad SAW

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger