Sering kita melihat ada masjid
di komplek pemakaman para Waliyullah atau orang-orang shalih, sebagaimana
Masjid Nabawi yang dekat dengan makam manusia paling mulia Sayyidina Rasulullah
SAW. Ada sekelompok golongan yang mengaku memurnikan aqidah, hendah
menghancurkan kubah yang menaungi makam Rasul SAW dengan alasan syirik dan
sebagainya. Bagaimana menjawab permasalahan ini?
Diriiwayatkan pada shahih
Muslim, bahwa Rasul saw mendatangi kuburan seorang wanita yang wafat dan dikuburkan
tanpa sepengetahuan Rasul saw, maka Rasul saw mendatangi kuburnya dan melakukan
shalat gaib bersama para sahabat, lalu bersabda : Pekuburan ini penuh dengan
kegelapan, Allah menerangi mereka dengan shalaatku tadi untuk mereka (Shahih
Muslim).
و حَدَّثَنِي أَبُو الرَّبِيعِ الزَّهْرَانِيُّ وَأَبُو
كَامِلٍ فُضَيْلُ بْنُ حُسَيْنٍ الْجَحْدَرِيُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي كَامِلٍ
قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادٌ وَهُوَ ابْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ
أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ
الْمَسْجِدَ أَوْ شَابًّا فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عَنْهَا أَوْ عَنْهُ فَقَالُوا مَاتَ قَالَ أَفَلَا كُنْتُمْ
آذَنْتُمُونِي قَالَ فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا أَمْرَهَا أَوْ أَمْرَهُ فَقَالَ دُلُّونِي
عَلَى قَبْرِهِ فَدَلُّوهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذِهِ
الْقُبُورَ مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلَاتِي عَلَيْهِمْ
Dan telah menceritakan kepadaku Abu
Rabi’ Az Zahrani dan Abu Kamil Fudlail bin Husain Al Jahdari -dan
lafazhnya milik Abu Kamil- keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad,
yaitu anaknya Zaid dari Tsabit Al Bunani dari Abu Rafi’
dari Abu Hurairah bahwa seorang wanita berkulit hitam atau seorang
pemuda biasanya menyapu Masjid. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kehilangan orang itu, sehingga beliau pun menanyakannya. Para sahabat
menjawab, “Orang itu telah meninggal.” Beliau bersabda: “Kenapa kalian tidak
memberitahukan kepadaku?” Sepertinya mereka menganggap remeh urusan
kematiannya. Beliau pun bersabda: “Tunjukkanlah kepadaku di mana letak
kuburannya.” Maka para sahabat pun menunjukkan kuburannya, dan akhirnya beliau
menshalatkannya. Ssetelah itu, beliau bersabda: “Sesungguhnya kuburan-kuburan
ini telah dipenuhi kegelapan bagi penghuninya. Dan Allah benar-benar akan
memberikan mereka cahaya karena shalatku atas mereka.” [HR. Muslim no. 1588]
Adapun mengenai membangun di
atas kuburnya tempat ibadah, Berkata Al Hafidh Al Imam Ibn Hajar : “Berkata Imam
Al Baidhawiy : ketika orang yahudi dan nasrani bersujud pada kubur para nabi
mereka dan berkiblat dan menghadap pada kubur mereka dan menyembahnya dan
mereka membuat patung patungnya, maka Rasul saw melaknat mereka, dan melarang
muslimin berbuat itu, tapi kalau menjadikan masjid di dekat kuburan orang
shalih dengan niat bertabarruk dengan kedekatan pada mereka tanpa penyembahan
dengan merubah kiblat kepadanya maka tidak termasuk pada ucapan yang dimaksud
hadits itu”(Fathul Bari Al Masyhur Juz 1 hal 525)
وَقَالَ الْبَيْضَاوِيُّ لَمَّا كَانَتِ الْيَهُودُ
وَالنَّصَارَى يَسْجُدُونَ لِقُبُورِ الْأَنْبِيَاءِ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِمْ
وَيَجْعَلُونَهَا قِبْلَةً يَتَوَجَّهُونَ فِي الصَّلَاةِ نَحْوَهَا
وَاتَّخَذُوهَا أَوْثَانًا لَعَنَهُمْ وَمَنَعَ الْمُسْلِمِينَ عَنْ مِثْلِ ذَلِكَ
فَأَمَّا مَنِ اتَّخَذَ مَسْجِدًا فِي جِوَارٍ صَالِحٍ وَقَصَدَ التَّبَرُّكَ
بِالْقُرْبِ مِنْهُ لَا التَّعْظِيمَ لَهُ وَلَا التَّوَجُّهَ نَحْوَهُ فَلَا
يَدْخُلُ فِي ذَلِكَ الْوَعيد
Lalu mengapa para Imam
membiarkan Qubbah Rasulullah saw (Kubah Hijau Masjid Nabawi) yang semegah itu?,
Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafii, Imam Bukhari, Imam Ahmad bin Hanbal,
dan ratusan para Huffadh dan Muhaddits lainnya membiarkan kuburan kuburan dan
kubah kubah menonjol, apakah mereka tak mengerti ilmu?
Tentunya jawabannya bahwa yang
dilarang adalah jika untuk penyembahan maka hancurkanlah, jika untuk tabarruk
maka hal itu boleh boleh saja.
Diriwayatkan bahwa Abdullah bin
Umar ra bila datang dari perjalanan dan tiba di Madinah maka ia segera masuk
masjid dan mendatangi Kubur Nabi saw seraya berucap : Assalamualaika Yaa
Rasulallah, Assalamualaika Yaa Ababakar, Assalamualaika Ya Abataah (wahai
ayahku: Umar bin Khaththab)”. (Sunan Imam Baihaqi Alkubra)
أَخْبَرَنَا
أَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْمِهْرَجَانِيُّ ابْنُ
أَبِي عَلِيٍّ السَّقَّاءِ بِنَيْسَابُورَ وَأَبُو الْحَسَنِ عَلِيُّ بْنُ
مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيٍّ الْمُقْرِئُ الْمِهْرَجَانِيُّ بِهَا قَالَا: أنا
الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ , ثنا يُوسُفُ بْنُ يَعْقُوبَ الْقَاضِي
, ثنا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ , ثنا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ , عَنْ أَيُّوبَ , عَنْ
نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ دَخَلَ الْمَسْجِدَ ,
ثُمَّ أَتَى الْقَبْرَ , فَقَالَ: ” السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ ,
السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ , السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا أَبَتَاهُ “
Berkata Abdullah bin Dinar ra :
Kulihat Abdullah bin Umar ra berdiri di kubur Nabi saw dan bersalam pada Nabi
saw lalu berdoa, lalu bersalam pada Abubakar dan Umar ra” (Sunan Imam Baihaqiy
Al Kubra).
وَأَخْبَرَنَا أَبُو أَحْمَدَ الْعَدْلُ , أنا أَبُو
بَكْرِ بْنُ جَعْفَرٍ الْمُزَكِّي , ثنا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ , ثنا ابْنُ
بُكَيْرٍ , ثنا مَالِكٌ , عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ دِينَارٍ , أَنَّهُ قَالَ: ”
رَأَيْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ يَقِفُ عَلَى قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَيَدْعُو , ثُمَّ يَدْعُو لِأَبِي بَكْرٍ , وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمَا “
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar