Indikator
apa yang bisa dilihat dari keberhasilan pembelajaran Idul Adha dalam upaya
peningkatan strata ekonomi kemasyarakatan?
Kalaupun dilakukan penilaian secara
jujur pada peningkatan strata ekonomi itu tidak logis. Akan tetapi kalau itu
mendorong semangat berkurban dan kaum muslimin punya kesungguhan, maka tentu
ada nilai keberhasilan yang bisa dilihat. Yang menjadi permasalahan adalah kalau
masyarakat yang miskin itu kemudian menjadi mustad’afiin, itu memang perlu
dibantu. Tapi permasalahan akan menjadi rumit kalau miskin karena malas…,
sementara Islam tidak menghendaki kemalasan. Kalau kemalasan itu hilang
kemudian berubah menjadi keterpercayaan (siddiq), amanah (dapat dipercaya),
kejujuran dan semangat tinggi dalam diri umat Islam, maka ini yang menjadi
nilai plus menuju kebangkitan ekonomi Islam.
Sementara
pelaku ekonomi syariah itu sendiri masih belum murni, malah pelaku ekonomi
syariah adalah orang non muslim. Mungkin kita bisa melihat kemapanan ekonomi
masyarakat madinah di zaman Rasul. Analisa bapak tentang cara Rasul mengangkat
strata ekonomi mereka?
Pelaku ekonomi yang non muslim, ini
jika informasi itu benar, karena belum ada data tentang nilai-nilai yang
menginformasikan. Berapa jumlah bankir seluruhnya dan berapa jumlah non muslim.
Kalau kemudian yang jumlah non muslim menduduki jumlah yang lebih, itu masuk
akal. Karena peningkatan religius nasabah terhadap Islam, mereka mengetahui keharaman
bunga bank, maka kemudian mereka berbondong-bondong berpindah menuju ekonomi
syariah. Sehingga momentum perpindahan menuju ekonomi syariah dilihat langsung
oleh pelaku ekonomi kapitalis dan dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi
kapitalis dunia.
Di zaman rasulullah, dunia masih
sangat sederhana dan tidak ada kompetisi materialisme belum ada, akan tetapi
tampak bahwa penekanannya adalah pengorbanan para sahabat. Kita lihat sahabat
Abu Bakar yang hartanya hampir habis untuk perjuangan, begitu juga sahabat Umar
dan sahabat Ali. Apalagi Nabi sendiri apakah nabi seorang yang kaya? Kesempatan
untuk kaya ada, akan tetapi nabi tidak mau kaya.
Zaman sekarang ini terbalik,
reputasi seseorang belum sampai puncaknya, yang dikejar-kejar adalah kekayaan.
Sehingga dahulu filosofinya li I’laai kalimatillah dan sekarang itu sulit
diwujudkan karena kompetisi materialisme sudah keblabasan.
Mungkin
ada filosofi tersendiri tentang cara pembelajaran Rasul kepada sahabatnya?
Dari pribadi nabi sendiri, nabi
bukanlah ekonom atau orang yang punya gairah untuk kaya. Rasul kadang kala
masih mau menjahit pakaian sendiri itu buktinya. Akan tetapi prinsip kejujuran,
amanah lebih mendominasi pada kepribadian beliau. Beliau diajak berdagang, akan
tetapi prinsipnya adalah keterpercayaan yang dibangun dari kejujuran.
Sekarang manajemen paling modern
sendiri pun semisal Ary Ginanjar Agustian dengan ESQ (Emosional Spiritual
Quation) mendasarkan pada keterpercayaan. Karena keterpercayaan konsumen itu
berangkat dari kejujuran. Itulah nilai yang bisa diambil pada kepribadian rasul
sebelum diangkat menjadi rasul, yaitu siddiq, amanah, Tabligh, fathonah.
Seperti
apa konsep kemakmuran yang anda cita-citakan, atau mungkin telah anda tekuni
dalam sebuah instansi?
Terus terang saja, kemakmuran itu
adalah alat untuk ibadah, jadi bukan kemakmuran yang tanpa batas. Sebab
kemakmuran yang tanpa batas itu larinya adalah hedonisme (menikmati dunia tanpa
batas), akibatnya akan terjerumus pada perbuatan fakhis dan mungkar. Kalau
kemakmuran menurut saya adalah sebatas kemakmuran yang bisa digunakan untuk
sarana ibadah, kemudian memperjuangkan Islam dan menolong golongan yang lemah.
Umat Islam sekarang harus bangkit,
merubah kondisi sosialnya menjadi lebih baik, semangat dalam bekerja, akan
tetapi bukan untuk takatsur (kekayaan tanpa batas). Kalau kita lihat
orang-orang yang kaya di timur tengah pemalas, yang miskin malah menyetorkan
diri untuk bom bunuh diri. Inilah kemudian yang diwaspadai oleh Nabi, bahwa
jumlah orang Islam banyak, akan tetapi seperti buih di lautan. Wabah yang
menggejala adalah hubbun dunya wa karohiyatil maut (cinta dunia takut mati).
Oleh Prof. DR. Imam Bawani MA
Posting Komentar