Tentu akan semakin lebih besar kemuliaan yang diperoleh
seperti yang dikatakan oleh Umar bin Khatab ra :
”Terkadang orang keluar rumah dengan menanggung dosa
sebesar gunung Thihamah. Tetapi ketika ia mendengarkan ilmu yang dibahas di
majelis ta’lim, dia merasa takut dan bertaubat. Maka ketika pulang dia menjadi
bersih dari segala dosa. Oleh karena itu dekatilah majelis ta’lim, karena tiada
majelis yang lebih mulia dari majelis ta’lim”
Mengingat besarnya keutamaan majelis ta’lim dan tingginya
nilai ibadah yang terkandung didalamnya, maka syetan sebagai musuh manusia
senantiasa berupaya untuk merusaknya.
Syetan senantiasa mengintai kesempatan
untuk menggoda manusia. Diantara berbagai godaan yang mungkin akan dialami
oeleh peserta majelis ta’lim ada dua yang akan dikemukakan pada kesempatan ini
yaitu:
1. Berdebat yang tidak terarah dan tanpa tujuan yang jelas.
Jika suatu saat
kita terjebak dalam perdebatan (harap dibedakan dengan diskusi, yang dilakukan
dengan teratur, santun dan bertujuan mencari kebenaran, sementara perdebatan
seringkali emosional, untuk mempertahankan pendapat masing masing, sehingga
cenderung mencari pembenaran bukan kebenaran) segeralah istighfar dan
hentikanlah perdebatan.
2. Mencela ustadz ataupun mencela teman lain sesama peserta majelis ta’lim.
Harap diingat bahwa celaan itu tidak bermanfaat, dan itu adalah termasuk ucapan
yang buruk. Mencela sesama muslim adalah suatu dosa.
Kedua hal tersebut diatas (perdebatan dan celaan) adalah sama sama perbuatan lidah. Sehubungan dengan itu ada baiknya kita merenungkan maksud kandungan hadis berikut ini:
Dari Abu Hurairah ra, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”. (Muttafaq alaih)
Dari Ibnu Mas’ud, "Bukanlah (sifat) orang mukmin yang suka mencela, mengutuk,
dan tidak pula suka berbuat keji dan omong jorok” (HR Turmudzi, dinyatakan
shaheh oleh Al-Hakim).
M. Syafi'i
Posting Komentar