Begitu banyak tulisan mengenai hukum mengucapkan “salamat
tahun baru” di bulan Muharram ini, namun semuanya hanya merujuk kepada pendapat
pihak kontemporer, yang menyatakan bahwa perbuatan itu bid’ah dan dilarang.
Sebab itulah penulis tertarik untuk menelisik hukumnya yang sebenarnya menurut
para hufadz dan fuqaha mu’tabar. Dan hasilnya, demikianlah pendapat mereka:
Al Hafidz Abu Hasan Al Maqdisi
Al Imam Al Hafidz As Suyuthi dalam Al Hawi li Al Fatawi
(hal. 101) menyatakan,”Al Qamuli menyatakan dalam Al Jauhar (yakni Jauhar Bahr
Al Muhith-pent):”Kami belum melihat ashab kami (yakni para ulama As
Syafi’iyah-pent) pernyataan dalam tahni’ah (ucapan selamat) dua hari raya,
tahun-tahun serta bulan-bulan sebagaimana apa yang dilakukan oleh manusia. Dan
aku melihat dari beberapa faidah dari Syeikh Zakiyuddin Abdul Adzim Al Mundziri
bahwa Al Hafidz Abu Al Hasan Al Maqdisi telah ditanya tentang tahni’ah di
awal tahun-tahun dan bulan-bulan. Maka beliau menjawab bahwa sesungguhnya manusia
masih berselisih mengenai hal itu, dan beliau berkata,”Dan yang aku lihat bahwa
sesungguhnya hal itu mubah, bukan sunnah juga bukan bid’ah.”
As Suyuthi menambahkan bahwa Ibnu Qasim Al Ghazzi telah
menukil pernyataan di atas dan tidak menambahnya. Sedangkan Ibnu Alan dalam Al
Futuhat (6/311) menyatakan bahwa Ibnu Qasim tidak membantahnya. Ini menunjukkan
bahwa Ibnu Qasim menyetujuinya. Demikian pula sikap yang diambil oleh Al Hafidz
As Suyuthi.
Syihab Ibnu Hajar
Namun ada pula yang menanggapi pernyataan Al Hafidz Abu Al
Hasan Al Maqdisi di atas, yakni Syihab Ibnu Hajar. Al Khatib As Syarbini dalam
Mughni Al Muhtaj (1/429) menyatakan,” Dan Syihab Ibnu Hajar menjawab setelah
menela’ah akan hal itu (pendapat Al Hafidz Al Maqdisi- pent) bahwa hal itu
(tahni’ah-pent) disyariatkan. Dan beliau berhujjah untuknya bahwa Imam Al
Baihaqi telah membuat bab khusus tentang hal itu, kemudian beliau (Ibnu
Hajar-pent) menyatakan bab tentang apa-apa yang diriwayatkan dalam perkataan
manusia satu sama lain dalam ied تقبل الله منا و منك dengan menyebutkan
sejumlah akhbar dan atsar dhaif, akan tetapi perkumpulannya dijadikan hujjah
dalam permasalahan seperti ini.
Dan beliu kemudian mengatakan,”Dan menjadi hujjah juga
keumuman tahni’ah ketika memperoleh kenikmatan atau terhindar dari balak dengan
disyariatkannya sujud syukur dan takziyah, juga dengan periwayatan Ka’ab bin
Malik di Shahihain dalam kisah taubatnya ketika mundur dari perang Tabuk,’Bahwa
sesungguhnya ia ketika memperoleh kabar gembira mengenai diterimanya taubatnya
pergi kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم berdirilah kepadanya Talhah bin
Ubaidllah kemudian memberi ucapan selamat kepadanya.”
Yang juga menukil komentar Syihab Ibnu Hajar atas pendapat
Al Hafidz Abu Al Hasan Al Maqdisi selain As Syarbini adalah As Syarwani dalam
Hasyiyah At Tuhfah (3/56).
Al Qalyubi dalam Hasyiyah Syarhi Al Mahalli (1/359) juga
menyatakan,”Tahni’ah untuk hari-hari raya, tahun-tahun dan bulan-bulan, Ibnu
Hajar mengatakan, mandub (sunnah-pent) dan mengambil teladan untuknya dengan
diperintahkannya sujud syukur ketika memperoleh nikmat dan terhindar dari
adzab.
As Syarqawi
Syeikh Sayyid Ba Alawi, Mufti Diyar Al Hadrami menyatakan
dalam Bughyah Al Mustarsyidin (hal.89),”Dan menambah As Syarqawi, demikian
juga (disunnahkan tahni’ah-pent) untuk tahun dan bulan menurut pendapat
mu’tamad…”
Syaikh Al Islam Al Baijuri
As Syarwani menyatakan dalam Hasyiyah At Tuhfah (56/3),”Dan
ungkapan syaikh kami, disunnahkan tahni’ah untuk ied dan sejenisnya seperti
tahun dan bulan menurut pendapat mu’tamad…”
Ungkapan “syeikh kami” oleh As Syarwani dalam Al Hasyiyah
biasanya menunjukkan pernyataan guru beliau Syeikh Al Islam Al Baijuri.
Walhasil, dalam masalah ini para fuqaha’ dan huffadz,
khususnya dalam As Syafi’iyah memandang bahwa tahni’ah untuk awal tahun sebagai
perkara mubah yang bukan bid’ah dan ada pula yang memandang bahwa hal itu
termasuk sunnah. Bahkan pendapat terakhir merupakan pendapat mu’tamad menurut
As Syarqawi dan Syeikh Al Islam Al Baijuri. Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam.
Kitab-kitab yang dapat menjadi rujukan:
1. Al Hawi li Al Fatawi karya Imam As Suyuthi, Dar Al Kitab
Al Arabi (1425 H), t. Syeikh Khalid Thurthusi.
2. Mughni Al Muhtaj karya Khatib As Syarbini, Dar Al Fikr
(1426 H), t. Syeikh Jaubali As Syafi’i.
3. Hasyiyatan, karya Qalyubi dan Umairah, Dar Al Fikr (1419
H).
4. Nihayah Al Muhtaj ma’a Hasyiyah As Syubramallisi, Dar Al
Kutub Al Ilmiyah (1424 H).
5. Hawasyi Tuhfah Al Muhtaj karya As Syarwani dan Ibnu
Qasim, Al Maktabah At Tijariyah Al Kubra.
6. Al Futuhat Ar Rabaniyah karya Ibnu Alan, Dar Ihya At
Turats Al Arabi.
7. Bughyah Al Mustarsyidin karya As Sayyid Ba Alawi,
Nur Al Huda Surabaya,
Al Manar Press
Posting Komentar