Meski pun terbukti Yusuf tidak bersalah, kisah dalam surat
ini melukiskan bahwa Yusuf kemudian dipenjarakan oleh raja. Di dalam penjara
inilah ia membuktikan betapa ta’wil mimpi yang diajarkan Allah kepadanya
menjadi nyata.
Mimpi dua orang pemuda yang berbeda dita’wilkannya dengan sangat
tepat, sehingga kemasyhurannya perihal ini sampai kepada sang raja.
Mimpi raja yang aneh juga dia tafsirkan dan menjadi
kenyataan pula. Setelah Mesir melimpah ruah dengan hasil pertanian selama tujuh
tahun, datanglah masa paceklik dan kelaparan selama tujuh tahun pula yang membuat
banyak orang menderita.
Tujuh tahun masa sulit ini ternyata tidak saja melanda
Mesir, tapi dirasakan pula oleh negara tetangganya seperti Palestina, dan Tanah
Kan’an di timur laut Mesir tempat Ya’qub dan keluarganya tinggal.
Ya’qub kemudian mengutus semua putranya kecuali Benyamin
datang ke Mesir mencari bahan makanan. Yusuf yang kini telah menjabat sebagai
”Al-Aziz di Mesir” berpesan kepada orang-orangnya agar memperhatikan setiap
orang yang memasuki negeri itu. Tatkala rombongan kafilah saudara-saudaranya
datang, Yusuf pun segera tahu siapa mereka.
Tiga puluh atau empat puluh tahun berlalu sejak Yusuf
berada di dasar sumur. Bayangan Yusuf masih hidup tentulah jauh dari benak
mereka. Terakhir mereka datang ke Mesir juga sudah lewat empat puluh tahun lamanya.
Ketika mereka mendapati dia masih hidup, bahkan menjadi seorang pejabat negara
setinggi itu, mereka pun tak mampu menatap matanya. Namun, Yusuf telah
memaafkan semua yang mereka lakukan terhadap dirinya. Kepada ayahandanya,
diutusnya seorang kurir membawa gamisnya serta meletakkannya di wajah sang
ayah. Terciumlah oleh Ya’qub bau Yusuf, dan sesaat kemudian, kedua mata Ya’qub
yang buta karena banyak menangis, menjadi terang kembali!
Suatu hikmah besar yang dapat kita petik dari kisah ini
adalah kesabaran luar biasa yang dimiliki Yusuf. Suatu kali Rasul pernah
bersabda, ”Aku kagum pada kesabaran Yusuf. Tatkala raja memerintahkan dia
agar mena’wilkan mimpinya, ia tidak berkata dia harus dibebaskan dulu dari
penjara. Tatkala mereka akan membebaskan dia, ia pun enggan meninggalkan
penjara kecuali jika semua tuduhan terhadap dirinya dicabut.”
Bukan amnesti atau ampunan raja yang dia minta, tapi kebebasan dari penjara
dengan penuh hormat karena merasa dirinya sama sekali tidak bersalah.
Habib Husain Shahab
Posting Komentar