Bila anda ingin bahagia, begurulah pada seorang Syeikh (Mursyid) yang
berilmu, mengenal aturan-aturan Allah Azza wa-Jalla, dan dengan ilmunya ia
mengajarimu, mendidikmu adab, dan mengenalkan jalan ma’rifatullah Azza wa-Jalla kepadamu.
Sang murid haruslah punya pembimbing dan bukti nyata. Karena iaberada di hamparan darat yang penuh dengan kajaengking, ular, bencana, kedahagaan, binatang buas yang mengancam. Maka hati-hatilah terhadap semua ancaman bencana ini. Sang pembimbing menunjukkan mana tempat sumber air, dan mana pohon yang berbuah.
Namun bila murid sendiri tanpa punya bukti, ia akan terjerumus di bumi kebuasan, dan padang kebinatangan, kalajangking, ular dan bencana lainnya.
Wahai musafir dunia, jangan sampai kalian pisah dari kelompok, bukti dan sahabat-sahabat dekat. Bila itu terjadi anda bisa kehilangan segalanya, harta
dan nyawa anda.
Wahai musafir akhirat, teruslah anda dengan bukti dari Allah, hingga anda smapai tujuan. Berbaktilah pada pembimbingmu dalam penempuhan jalan itu, perbaiki adabmu bersamanya. Jangan sampai anda keluar dari pandangannya, hinga dia mengajarimu, mendekatkan dirimu padaNya. Lalu ia mewakilkan padamu dalam menempuh Jalan itu karena pengawasannya atas kepatuhanmu, kejujuranmu, kecerdasanmu, hingga dirimu menjadi pemimpin dan raja sesuai dengan keahlian. Ia memberikan wewenang padamu untuk menaiki kendarannya, dan terus demikian hingga anda sampai pada Nabimu saw, lalu mursyidmu menyerahkan dirimu pada beliau, mendekatkan padamu dengan nyata, lalu memberikan pelimpahan pada hati, perjalanan batin dan makna-makna, hingga anda berjalan pergi ke hadapan Allah Azza wa-Jalla dan di hadapan para makhluk.
Anda menjadi pelayan di hadapan Nabimu saw. Lalu anda mendatangi makhluk dan sang Pencipta Azza wa-Jalla setahap demi setahap. Dan hal demikian bukan melalui proses nyepi dan angan-angan, tetapi dengan sesuatu yang tertancap kokoh dalam dada dan beramal yang benar.
Para Sufi senantiasa meninggalkan orang-orang dekatnya menempuh jutaan jarak
hingga putus dengan nafsunya. Mereka mendengarkan Kalamullah Azza wa-Jalla
dengan qalbunya dan maknya penghayatannya, serta membenarkan apa yang didengar
hatinya melalui amaliah fisiknya.
Hai orang yang tidak mengerti! Bertobatlah kepada Allah Azza wa-Jalla dan
kembalilah kepada kaum Shiddiqun utama, dan ikutilah mereka dalam ucapan, dan
tindakan mereka. Jangan ikuti bangunan jalan orang-orang munafiq yang terus menerus
berburu dunia dan kontra dengan akhirat, meninggalkan keutamaan Allah Azza
wa-Jalla yang telah dijejakkan generasi sebelumnya. Mereka kaum munafiq
itu menempuh jalan kanan, kiri, belakang, demi mencari jalan kemalasan, dan
mereka tidak menempuh jalan utama yang benar, yaitu Jalan menuju Allah Azza
wa-Jalla.
Mereka itulah kaum yang bergaul dengan dunia, demi dunia, esok tidak tahu
bila akan putus dengan kalian. Bagaimana anda tidak memutuskan antara dirimu
dengan mereka yang berlingkungan buruk, yang pergaulannya adalah selain Allah
Azza wa-Jalla . Bila anda harus bergaul benar, maka bergaullah dengan
orang-orang wara’, orang zuhud, ahli ma’rifat yang senatiasa beribadah demi
berharap hanya kepada Allah Azza wa-Jalla, dan mereka memang dikehendakiNya.
Bergaullah dengan orang yang mengambil makhluk dari hatimu, dan memberikanmu
kedekatan kepada Allah Azza wa-Jalla.Bergaullah dengan orang yang membuang
kesesatanmu dan memberikan penegakkan konsistensimu. Maka kedua matamu akan
memejam dari dunia lalu terbukalah pandangan akhirat, riwayat generasi dunia
lalu tertutup, dan terbukalah riwayat generasi akhirat.
Ketakutan dan krisis meninggalkanmu dan gantinya adalah kemerdekaan dan kebebasan dari ular, kalajengking, binatang buas, dan mendudukkan dirimu pada tempat aman, santai dan bagus.
Bergaullah pada mereka yang seperti itu, bersabarlah atas ucapannya, menghadaplah dengan perintah dan larangannya, maka anda segera meraih kebajikan.
Berikan duniamu kepada yang berhak dan betawakallah, serta duduklah di pintu
amal. Maka ketika itulah anda melemparkan diri anda di lautan tawakkal,
hingga terpadu antara akibat dengan Sang Penyebab. Perbaikilah adabmu di
hadapan gurumu, hendaknya anda lebih banyak diam, karena dengan diam itu lebih
mengarahkan dirimu dalam adab yang baik, sedangkan su’ul adab bisa menjauhkan
dirimu dengannya. Bagaimana anda bisa beradab, jika anda tidak bergaul dengan
ahli adab? Bagaimana anda belajar sedangkan anda tidak rela dengan guru
pengajar anda, dan anda pun tidak berbaik sangka padanya?
Syaikh Abd. Qadir Al Jilany
Posting Komentar