Saat kita berbuat baik kepada tetangga kita
atau tamu yang datang kerumah kita. Ada makna kebaikan yang harus di cermati
untuk bisa disebut sebagai ketulusan.
Ketulusan sendiri adalah hal yang amat
lembut bersembunyi dilubuk hati dan bukan kata terucap dengan lidah. Orang yang
tidak berimanpun bisa berbuat baik kepada tetangga dengan pertolongan,
penghormatan atau santunan materi. Artinya berbuat baik kepada sesama itu ada
baik bagi yang beriman atau yang tidak beriman.
Hanya ada pembeda yang harus senantiasa
kita cermati yang akan menjadikan kebaikan itu ada maknanya. Pembeda itu adalah
ketulusan, yaitu perbuatan baik yang semata-mata kita lakukan hanya mengharap
balasan dari Allah SWT.
Ada virus yang menghancurkan makna ketulusan, virus yang amat halus, sehalus ketulusan itu sendiri. Virus tersebut adalah riyak atau maksud tersembunyi di balik sebuah kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Sollallahu alaihi wassalam pernah menggambarkan virus tersebut seperti lembutnya langkah semut hitam di kegelapan malam di atas batu hitam, tidak terasa kapan masuknya tiba-tiba sudah ada didalam hati.
Ada virus yang menghancurkan makna ketulusan, virus yang amat halus, sehalus ketulusan itu sendiri. Virus tersebut adalah riyak atau maksud tersembunyi di balik sebuah kebaikan yang dilakukan. Rasulullah Sollallahu alaihi wassalam pernah menggambarkan virus tersebut seperti lembutnya langkah semut hitam di kegelapan malam di atas batu hitam, tidak terasa kapan masuknya tiba-tiba sudah ada didalam hati.
Saat kita berbuat baik kepada seseorang, namun terasa perbedaan dihati kita saat orang tersebut bersyukur kepada kita atau tidak bersyukur. Jika senyum orang yang kita santuni ada makna dihati kita, itu artinya ketulusan kita telah terjangkit virus riyak. Jika kita masih membedakan peminta-minta yang datang kerumah kita, jika dengan segala kesopananya lalu kita beri sementara yang lain datang dengan kurang sopan lalu tidak kita beri, itu artinya ada virus riyak menjangkit ketulusan kita.
Orang yang tidak tulus akan capek dengan kebaikannya. Begitu sebaliknya ketulusan akan menjadikan pelaku kebaikan dalam puncak kepuasan hati. Saat kita berbuat baik kepada tetangga yang hanya kita lakukan sebagai basa-basi sosial dan hanya mengharap balasan kebaikan dari tetangga baik berupa materi atau sekedar penjagaan rumah yang kebetulan berdampingan.
Di saat kebaikan yang dinanti dari tetangga tidak
kunjung didapat, maka rasa jengkel tersembunyi akan menguasai hati kita dan
mengantarkan kita untuk menghitung-hitung kebaikan yang pernah kita lakukan.
Seorang ustad
yang berceramah atau mengajar jika yang mengharap dibalik perjuangannya ini
adalah imbalan baik materi atau sekedar sambutan penghornmatan, maka sungguh
sangat capek jika ternyata semua itu tidak didapat. Berbeda dengan
orang-orang yang tulus, mereka akan melakukan segala kebaikan dengan penuh
kepuasan dan harapan ridho Allah SWT.
Tidak merasa sakit jika tetangga yang di
perlakukan baik tidak mengerti arti terimakasih dan tidak merasa gundah disaat
kebaikan mereka tidak dilihat dan dihargai oleh manusia. Sebab mereka
hanya ingin kebaikanya dilihat oleh Allah SWT Yang Maha Melihat apa yang ada
dihati hamba-hambanya. Wallahu a'lam bissawab.
Ust. Buya Yahya
Posting Komentar