Ada yang bertanya: “Kenapa ziarah maqam Auliya’? Sedangkan mereka tiada memberi kuasa apa-apa dan tempat meminta hanya pada Allah!”
"Benar wahai saudaraku aku juga sama pegangan denganmu bahwa mereka
tiada mempunyai kekuasaan apa-apa.
Tetapi sedikit perbedaan aku dengan dirimu,
karena aku lebih senang menziarahi mereka karena bagiku mereka tetap hidup
dalam membangkitkan jiwa yang mati ini kepada cinta Tuhan.
Tapi aku juga heran, kenapa engkau tiada
melarang aku menziarahi ahli dunia, mereka juga tiada kuasa apa-apa. Malah
mematikan hati. Yang hidupnya mereka bagiku seperti mayat yang berjalan.
Kediaman mereka adalah pusara yang tiada membangkitkan jiwa pada cinta Tuhan.
Kematian dan kehidupan di sisi Allah adalah
jiwa. Banyak mereka yang dilihat hidup tapi sebenarnya mati, banyak mereka yang
dilihat mati tapi sebenarnya hidup, banyak yang menziarahi pusara terdiri dari
orang yang mati sedangkan dalam pusara itulah orang yang hidup.
Aku lebih senang menziarahi maqam kekasih
Allah dan para syuhada walaupun hanya pusara, tetapi ia mengingatkan aku akan
kematian kerena ia mengingatkan aku bahwa hidup adalah perjuangan. Karena aku
dapat melihat jiwa mereka ada kuasa cinta yang hebat sehingga mereka dicintai
oleh Tuhan lantaran kebenarannya cinta.
Wahai saudarakuku ziarah maqam auliya’, karena pada
maqam mereka ada cinta, lantaran cinta Allah pada mereka seluruh tempat
persemadian mereka dicintai Allah.
Cinta tiada mengalami kematian, ia tetap
hidup dan terus hidup dan akan melimpah kepada para pencintanya.
Aku berziarah karena sebuah cinta mengambil semangat mereka agar aku dapat mengikuti mereka dalam mujahadahku, mengangkat tangan di sisi maqam mereka bukan meminta kuasa dari mereka, akan tetapi memohon kepada Allah agar aku juga dicintai Allah sebagaimana mereka dicintai Allah.”Wallahu A’lam.
Aku berziarah karena sebuah cinta mengambil semangat mereka agar aku dapat mengikuti mereka dalam mujahadahku, mengangkat tangan di sisi maqam mereka bukan meminta kuasa dari mereka, akan tetapi memohon kepada Allah agar aku juga dicintai Allah sebagaimana mereka dicintai Allah.”Wallahu A’lam.
Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin
Hafidz
Posting Komentar