Diriwayatkan didalam riwayat yang tsiqah bahwa Allah menyaksikan seekor katak yang mengisi air di mulutnya dan melompat lompat mendekat kepada Nabi Ibrahim dan meniupkan air di mulutnya ke gunung api yang membakar Nabiyullah Ibrahim.
Apa artinya perbuatan seekor katak? ia
kembali lagi mengambil air, menaruh air di mulutnya, melompat - lompat lagi
mendekati api dan menyemburkannya.
Sekalipun 1000 katak berbuat seperti ini
tidak akan bisa memadamkannya. Tapi perbuatan katak yang sia –sia itu di
mata Allah tidaklah sia sia .
ALLAH HARAMKAN SEMUA KATAK UNTUK DIBUNUH
HINGGA AKHIR ZAMAN, GARA - GARA SATU PERBUATAN KATAK.
Diriwayatkan didalam Sunan Al Kubra oleh
Al-Imam Baihaqi dan riwayat Imam Nasa'i dan riwayat Imam Abi Daud dengan
riwayat hasan Dan riwayat yang shahih bahwa Rasul saw melarang membunuh katak.
Datang seseorang berkata " Ya
Rasulullah kami ingin menjadikan obat dari hewan katak Boleh tidak?",
Lalu dilarang oleh Nabi saw. “Jangan
membunuh katak”
Subhanallah!! Kenapa? karena cintanya katak
kepada Khalilullah (Nabiyullah Ibrahim as).
Padahal perbuatannya sia-sia, tidak bisa
memadamkan api itu dan Allah sudah menolongnya tanpa perlu katak ini meniupkan
air, tapi usahanya, walaupun ia tahu perbuatannya itu tidak akan merubah
sesuatu tapi niatnya didalam hati seekor katak yang demikian kecil,
Namun Allah Rabbul Alamin melihat dan
memerintahkan semua Nabi untuk melarang umatnya membunuh katak.
Aku seru engkau untuk membela Sayyidina Muhammad Saw. Membantu
menyebarkan dan membenahi umat agar dalam kedamaian.
Kalau seekor katak mendapatkan penghargaan
diharamkan untuk dibunuh seluruh bangsanya hingga akhir zaman hanya karena
mengumpulkan air di mulutnya untuk memadamkan api dari Nabi lbrahim.
Maka, lebih - lebih lagi terhadap jiwa yang ingin
membantu dan menegakkan tuntunan Sayyidina Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam.
Renungi kelembutan dan penghargaanAllah
ini. Renungilah didalam jiwa masing - masing, renungi segalanya betapa Allah
menghargai orang - orang yang mau perduli atas hamba – hamba yang dicintai Allah.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar