Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Sunnah Hay'at Dalam Sholat (1)

Sunnah Hay'at Dalam Sholat (1)

Sunnat Hay’ât

Sunnat Hay’ât adalah sunnat-sunnat shalat yang jika ditinggalkan tidak sunnat diganti dengan sujud sahwi. Adapun sunnat-sunnat tersebut selain yang telah disebutkandalam pembahasan rukun-rukun shalat di atas adalah sebagai berikut:

1. Mengangkat kedua tangan. Kesunnatan mengangkat kedua tangan adalah pada saat:

a. Takbîratul ihrâm. Caranya: Mengangkat kedua tangan bersama dengan awal takbir (hamzahnya Allah), dan meletakkan kedua tangan (bersedekap) dibersamakan dengan ra’nya kata akbar.
b. Ketika akan rukû’. Caranya: tangan diangkat bersamaan dengan awal takbir ketika mushalli masih berdiri dan memanjangkan bacaan takbirnya hingga berakhir pada saat mulai rukû’.
c. Ketika akan i’tidâl bersamaan dengan membaca:  سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
d. Ketika bangun dari tasyahhud awal. Yaitu mengangkat tangan ketika berada di paling sedikitnya rukû’.

2. Bersedekap. Yaitu dengan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan menggenggam pergelangan dan sebagian lengan tangan kiri dengan telapak tangan kanan.

Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Ihyâ’-nya, adalah memegang pergelangan tangan kiri, tepat di persendian, dengan mempertemukan ibu jari dengan jari manis. Sedangkan jari telunjuk dan jari tengah dibiarkan terlepas.

Posisi tangan saat bersedekap berada di atas pusar dan di bawah dada, agak condong ke kiri, tepat di bagian anggota tubuh yang paling sempurna, yaitu hati.

3. Membaca doa iftitâh setelah takbîratul ihrâm baik dalam shalat fardhu maupun shalat sunnat (selain shalat jenazah). Kesunnatan membaca doa iftitâh bisa gugur apabila setelah takbir langsung memulai bacaan fâtihah atau membacata’awudh. Salah satu bacaan doa iftitâh yang paling sering dipakai adalah sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. إِنِّيْ وَجََّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.

Artinya: Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi, (aku hadapkan) dalam keadaan lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan sekalian alam, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan dengan itulah aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslimin

Atau dengan membaca bacaan berikut:

أَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ الْمَشْرِقِ وَاْلَمغْرِبِ اَللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. أَللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالْثَلْجِ وَاْلبَرَدِ.

Artinya: Ya Allah jauhkanlah antara diriku dan kesalahanku, sebagaimana Engkau jauhkan antara arah barat dan timur. Ya Allah bersihkanlah diriku dari kesalahanku sebagaimana baju dibersihkan dari kotoran. Ya Allah sucikanlah kesalahanku dengan air, embun dan air yang sejuk.

4. Membaca ta’awwudz (meminta perlindungan kepada Allah) sebelum membaca Fâtihah. Di antara bacaan ta’awwudz adalah:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan Syetan yang terkutuk”.

5. Membaca “aamîin” setelah Fâtihah. Sebelum membaca “aamîin” bagi orang yang membaca surat Fâtihah sunnat membaca doa:

رَبِّ اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ

Menurut Imam Ibn Hajar, kesunnatan membaca “âmîn”  bisa gugur disebabkan diam yang cukup lama setelah membaca Fâtihah.

Dalam shalat jahriyah (shalat berjamaah yang imamnya disunnatkan untuk mengeraskan suara seperti shalat maghrib dan isya), bacaan âmîn-nya makmum sunnat bersamaan dengan bacaan âmîn-nya Imam, sebab âmîn-nya imam bersamaan dengan âmîn para malaikat. Hal ini, jika makmum mendengar bacaan Fâtihah imamnya.

Seumpama bacaan Fâtihah makmum usai bersamaan dengan bacaan imamnya, maka dia cukup membaca âmîn satu kali saja.

Mengeraskan bacaan Fâtihah dan surat di rakaat pertama dan kedua dalam shalat jahriyah, yaitu Magrib, Isya’, Subuh, Jumat, shalat Id, Tarawih, Witir di bulan Ramadhan, Gerhana Bulan, Istisqa’ (baik malam atau siang) dan dua rakaat thawaf. Dan memelankan bacaan Fâtihah dan surat di selain rakaat dan shalat-shalat tersebut.



Sumber: Buku Shalat itu Indah dan Mudah (Buku Tuntunan Shalat), Diterbitkan oleh Pustaka SIDOGIRI Pondok Pesantren Sidogiri
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger