Sunnat Hay’ât adalah
sunnat-sunnat shalat yang jika ditinggalkan tidak sunnat diganti dengan sujud
sahwi. Adapun sunnat-sunnat tersebut selain yang telah disebutkandalam
pembahasan rukun-rukun shalat di atas adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat kedua tangan.
Kesunnatan mengangkat kedua tangan adalah pada saat:
a. Takbîratul ihrâm. Caranya: Mengangkat kedua
tangan bersama dengan awal takbir (hamzahnya Allah), dan
meletakkan kedua tangan (bersedekap) dibersamakan dengan ra’nya kata akbar.
b. Ketika akan rukû’. Caranya: tangan diangkat bersamaan
dengan awal takbir ketika mushalli masih berdiri dan memanjangkan bacaan
takbirnya hingga berakhir pada saat mulai rukû’.
c. Ketika akan i’tidâl bersamaan dengan membaca:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
d. Ketika bangun dari tasyahhud awal. Yaitu
mengangkat tangan ketika berada di paling sedikitnya rukû’.
2. Bersedekap. Yaitu dengan meletakkan tangan kanan
di atas tangan kiri dan menggenggam pergelangan dan sebagian lengan tangan kiri
dengan telapak tangan kanan.
Menurut Imam
al-Ghazali dalam kitab Ihyâ’-nya, adalah memegang pergelangan
tangan kiri, tepat di persendian, dengan mempertemukan ibu jari dengan jari
manis. Sedangkan jari telunjuk dan jari tengah dibiarkan terlepas.
Posisi
tangan saat bersedekap berada di atas pusar dan di bawah dada, agak
condong ke kiri, tepat di bagian anggota tubuh yang paling sempurna, yaitu
hati.
3. Membaca doa iftitâh setelah takbîratul ihrâm baik
dalam shalat fardhu maupun shalat sunnat (selain shalat jenazah).
Kesunnatan membaca doa iftitâh bisa gugur apabila setelah takbir langsung
memulai bacaan fâtihah atau membacata’awudh. Salah satu bacaan doa
iftitâh yang paling sering dipakai adalah sebagai berikut:
اللهُ
أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَأَصِيْلاً. إِنِّيْ وَجََّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ
وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ
صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِيْنَ.
Artinya: Allah
Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah dengan pujian
yang banyak. Dan Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Aku hadapkan wajahku
kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi, (aku hadapkan) dalam keadaan
lurus dan pasrah. Dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan
Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata hanya
untuk Allah, Tuhan sekalian alam, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan dengan itulah
aku diperintahkan dan aku dari golongan orang muslimin
Atau dengan
membaca bacaan berikut:
أَللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ الْمَشْرِقِ
وَاْلَمغْرِبِ اَللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. أَللَّهُمَّ اغْسِلْ
خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالْثَلْجِ وَاْلبَرَدِ.
Artinya: Ya
Allah jauhkanlah antara diriku dan kesalahanku, sebagaimana Engkau jauhkan
antara arah barat dan timur. Ya Allah bersihkanlah diriku dari kesalahanku
sebagaimana baju dibersihkan dari kotoran. Ya Allah sucikanlah kesalahanku
dengan air, embun dan air yang sejuk.
4. Membaca ta’awwudz (meminta
perlindungan kepada Allah) sebelum membaca Fâtihah. Di antara bacaan ta’awwudz adalah:
أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Artinya: “Aku
berlindung kepada Allah dari godaan Syetan yang terkutuk”.
5. Membaca “aamîin” setelah Fâtihah. Sebelum membaca
“aamîin” bagi orang yang membaca surat Fâtihah sunnat membaca doa:
رَبِّ
اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ
Menurut Imam
Ibn Hajar, kesunnatan membaca “âmîn” bisa gugur
disebabkan diam yang cukup lama setelah membaca Fâtihah.
Dalam
shalat jahriyah (shalat berjamaah yang imamnya disunnatkan
untuk mengeraskan suara seperti shalat maghrib dan isya), bacaan âmîn-nya
makmum sunnat bersamaan dengan bacaan âmîn-nya Imam, sebab âmîn-nya
imam bersamaan dengan âmîn para malaikat. Hal ini, jika makmum
mendengar bacaan Fâtihah imamnya.
Seumpama
bacaan Fâtihah makmum usai bersamaan dengan bacaan imamnya, maka dia cukup
membaca âmîn satu kali saja.
Mengeraskan bacaan Fâtihah dan surat di rakaat pertama
dan kedua dalam shalat jahriyah, yaitu Magrib, Isya’,
Subuh, Jumat, shalat Id, Tarawih, Witir di bulan Ramadhan, Gerhana Bulan,
Istisqa’ (baik malam atau siang) dan dua rakaat thawaf. Dan
memelankan bacaan Fâtihah dan surat di selain rakaat dan shalat-shalat
tersebut.
Sumber: Buku Shalat itu
Indah dan Mudah (Buku Tuntunan Shalat), Diterbitkan
oleh Pustaka SIDOGIRI
Pondok Pesantren Sidogiri
Posting Komentar