Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Mulianya Ahlaq Rasul SAW

Mulianya Ahlaq Rasul SAW

Sebagaimana Rasulullah SAW ada­lah orang yang paling bagus bentuk fisik­nya, beliau juga adalah orang yang paling bagus akhlaqnya. Sesungguhnya Allah menghimpun dalam diri beliau akhlaq-akhlaq terpuji yang tidak terhimpun pada orang lain secara mutlak, dan mengajari­nya etika di dalam kitab-Nya yang mulia dengan seluruh adab yang terbaik.
Allah SWT berfirman, “Jadilah engkau pe­maaf, dan suruhlah orang mengerja­kan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” – QS Al-A’raf: 199.
Rasulullah SAW bersabda, “Tuhanku telah mengajariku adab dengan sebaik-baiknya.” – Az-Zarkasyi berkata, “Makna­nya shahih, tetapi hadits ini tidak datang dari jalur yang shahih. Ibn Al-Jauzi me­nyebutkannya dalam Al-Wahiyat dan ia menilainya dha’if. As-Sakhawi berkata, “Dha’if.” Lihat Faidh al-Qadir (1/255).
Dan beliau bersabda, “Aku diutus un­tuk menyempurnakan akhlaq yang baik.” – Dikeluarkan oleh Ahmad (2/381), Al-Hakim (2/670), dan Al-Baihaqi (10/191) dari hadits Abu Hurairah RA, dan Al-Haitsami mengisyaratkannya dalam Al-Majma’ (8/573) kepada Al-Bazzar.
Setelah etika-etika ini sempurna me­wujud dalam diri Rasulullah SAW, Allah SWT memujinya, “Dan se­sungguhnya engkau benar-benar ber­budi pekerti yang agung.” – QS Al-Qalam: 4.
Ketika Aisyah RA ditanya ihwal akh­laq Rasulullah SAW, ia menjawab, “Akh­laqnya adalah Al-Qur'an.” – Dikeluarkan oleh Ahmad (6/91), Al-Bukhari dalam Al-Adab (hlm. 308), dan lain-lain dari hadits Aisyah RA, dan Muslim (746) dengan re­daksi, “Sesungguhnya akhlaq Nabiyullah adalah Al-Qur'an.”
Makna yang terkandung dalam ha­dits tersebut, beliau ridha karena ridha-Nya dan ma­rah karena kemarahan-Nya.
Anas RA berkata, “Aku menjadi pe­layan Rasulullah SAW selama sepuluh ta­hun. Selama itu be­liau sama sekali tidak pernah mengata­kan ‘huh’ kepadaku, ti­dak pernah me­ng­a­ta­kan kepada sesuatu yang aku laku­kan, ‘Mengapa kau melaku­kannya?’. Dan tidak pernah mengatakan kepada sesua­tu yang tidak aku perbuat, ‘Kenapa kau ti­dak melakukannya?’.” – Dikeluarkan se­nada oleh Al-Bukhari (5691) dan Muslim (2309).
Tiga Hal yang Dijauhi
Dari Ali RA, ia berkata, “Nabi SAW adalah orang yang selalu gembira, ra­mah, lembut, tidak kasar dan tidak keras, tidak pernah berteriak-teriak dan tidak per­nah berkata-kata keji, tidak suka men­cela dan tidak banyak memuji. Beliau pan­dai melupakan hal-hal yang tidak di­sukainya, tidak pernah membuat putus asa dan tidak pernah putus asa.
Beliau menjauhkan dirinya dari tiga hal: riya’, banyak bicara, dan hal-hal yang bukan urusannya. Dan beliau men­jauh­kan orang-orang dari tiga hal: beliau tidak pernah mencaci seorang pun dan ti­dak mencelanya, tidak mencari-cari aibnya, dan tidak berbicara kecuali ten­tang hal-hal yang beliau harap pahalanya.
Jika bicara, beliau membuat orang-orang yang duduk bersamanya tunduk, seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. Jika beliau telah diam, mereka bicara, mereka tidak berebutan bicara di sisinya. Siapa yang bicara di sisinya, me­reka diam mendengarkannya hingga ia selesai. Bicara orang yang terakhir di an­tara mereka adalah bicara orang yang pertama di antara mereka. Beliau ter­tawa pada apa yang mereka tertawakan, dan mengagumi apa yang mereka ka­gumi.
Beliau sabar menghadapi orang asing kendati kasar dalam bicara dan cara me­mintanya, ‘Jika kalian lihat orang yang mem­punyai ke­butuhan meminta hajat­nya, bantulah dia.’
Beliau tidak menerima pujian kecuali dari hal yang setimpal, dan beliau tidak per­nah memotong pembicaraan sese­orang dengan larangan ataupun pergi hingga ia selesai bicara.” – Dikeluarkan oleh At-Tirmidzi dalam Asy-Syama’il hlm. 291, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir (22/155) dan Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab (2/154). Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma’ (8/494), “Dalam sanadnya ter­dapat orang yang tidak disebutkan nama­nya.”
Membantu Istri
Diriwayatkan pula, Nabi SAW suka memberi makan unta, menyapu rumah, menambal sandal, dan menjahit pakaian – Dikeluarkan oleh Ahmad (6/241) dan hadits senada oleh Ibn Hibban (5676) dari hadits Aisyah RA. Al-Hafizh Al-Iraqi ber­kata, “Para perawinya (maksudnya pe­rawi Ahmad) adalah perawi-perawi hadits shahih.” LihatTakhrij al-Ihya’ (2/360). Hadits yang semakna terdapat dalam Shahih Al-Bukhari (644) dari ucapan Aisyah RA, “Beliau pernah mengerjakan pekerjaan istrinya.” Maksudnya memban­tu pekerjaan istrinya.
Rasulullah SAW suka memerah susu, makan bersama pembantu, dan menggi­ling tepung bersamanya jika ia telah lelah. Beliau tidak merasa malu me­manggul barang-barang milik beliau dari pasar ke rumah keluarganya.
Beliau menyalami orang kaya mau­pun miskin, selalu memulai salam, dan tidak meremehkan undangan makan yang disampaikan kepada beliau walau­pun itu hanya berupa kurma yang paling jelek.
Beliau adalah orang yang pemurah, lem­but, ramah, bergaul dengan baik, wa­jahnya senantiasa berseri-seri, banyak senyum tanpa tertawa, sedih tetapi tidak sampai murung, rendah hati tapi tidak sam­pai menghinakan diri, pemurah tapi tidak sampai boros, lembut hati, pengasih terhadap setiap muslim, sama sekali tidak bersendawa karena kenyang, dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada keserakahan – Disebutkan oleh Ibn Qay­yim Al-Jauziyah dalam Madarij as-Salikin (2/328), dan ia berkata, “Dan dalam Jami’ at-Turmudzi….” Kemudian ia mencan­tum­kan hadits Salamah bin Al-Akwa’ RA dan menggabungkan hadits-hadits lain bersamanya, di antaranya yang terdapat dalam hadits ini.
Semoga shalawat dan salam Allah ter­curah atas beliau dan atas keluarga ser­ta para sahabat beliau.

Habib Zain Bin Sumaith
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger