Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Peran Serta Menyelamatkan Alam (1)

Peran Serta Menyelamatkan Alam (1)

Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam. Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga menhancurkan hingga tak bersisa.

Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.

Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari tragedi masa depan tersebut.

Alam sesungguhnya patuh terhadap hukum kausalitas (sebab-akibat). Jika manusia rakus mengeksploitasi alam, maka tunggulah akibatnya. Bencana bakal datang. Bahkan, alam juga bisa bereaksi akibat maraknya kemaksiatan di sudut-sudut negeri. Banyak fakta sudah terpapar di depan mata mengenai hal ini.

Hukum kausalitas alam kini sedang “mengintai” manusia. Penebangan liar (illegal logging) yang marak dimana-mana menjadi pemicu terjadinya hukum kausalitas tersebut. Bayangkan, lebih dari 7 hektar hutan rusak setiap menit. Saban hari kerusakan ini bukannya berkurang, malah terus mengalami percepatan.

Sementara pemerintah tak mampu menggunakan kekuasaannya untuk menghentikan semua itu. Buktinya, izin penambangan dan pengelolaan hutan terus saja diberikan kepada puluhan perusahaan besar, baik nasional maupun internasional.

Di pihak lain, perkebunan kelapa sawit banyak yang dibuka di kawasan hutan lindung. Kondisi itu diperparah dengan penebangan kayu oleh perorangan yang jumlahnya tak sedikit. Konon, nilai pencurian kayu sudah mencapai Rp 60 triliun lebih.

Bahan bakar fosil, seperti gas bumi, minyak bumi, dan batu bara, meski akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, juga bisa memicu kerusakan alam. Pembakaran yang berlebihan terhadap bahan-bahan ini bisa menimbulkan hujan asam. Hujan jenis ini bisa membunuh makhluk hidup di air sungai dan danau, merusakkan hutan, dan serta membuat rapuh bangunan.

Proses hujan asam ini bermula dari pembakaran bahan-bahan tadi. Pembakaran tersebut menghasilkan gas oksida belerang dan oksida nitrogen. Kedua jenis gas ini mengalami reaksi kimia di udara dan berubah menjadi asam (berturut-turut menjadi asam sulfat dan asam nitrat). Asam yang langsung mengenai bumi disebut deposisi kering dan asam yang terbawa hujan yang turun ke bumi disebut desposisi basah. Keduanya disebut hujan asam.


Bahaya lain yang mengancam manusia akibat kerusakan alam adalah pemanasan global (global warming), yaitu naiknya suhu bumi akibat efek rumah kaca (ERK). Efek rumah kaca adalah gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas (sinar inframerah) yang dipancarkan bumi. Akibat penyerapan itu, sinar panas terperangkap, sehingga naiklah suhu permukaan bumi.

Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut. Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an: “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS Al-Baqarah: 11).


Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’. Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).’ (QS Ar-ruum: 41-42).



Wahyu Murtiningsih
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger