Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Ingat Akhirat Dengan Ziarah

Ingat Akhirat Dengan Ziarah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallal­lahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Per­banyaklah oleh kalian mengingat peng­hancur kenikmatan.’ Yakni kematian.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).
 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam biasa berziarah di tengah gelap dan keheningan malam, untuk mengasah qalbunya dan mena­namkan sedalam-dalamnya keimanan kepada Allah ‘Azza wa Jalla di dalam dada. Bagaimana dengan kita, yang ter­biasa dengan gemerlap dan hiruk-pikuk­nya kehidupan duniawi? Berikut pesan-pesan beliau yang semoga dapat dipetik dalam kehidupan kita.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallal­lahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Per­banyaklah oleh kalian mengingat peng­hancur kenikmatan.’ Yakni kematian.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi).


Hadits ini diriwayatkan At-Tirmidzi dalam kitab Zuhud bab Mengingat Mati. Pada hadits yang redaksinya ter­go­long singkat namun padat makna ini, Ra­sululullah SAW menyuruh umatnya, baik yang dalam kondisi sehat maupun yang tengah dirundung sakit, untuk mengingat mati, dengan hati maupun lisan. Bahkan beliau memerintahkan untuk memper­ting­gi dan memperbanyak intensitas ingat­an akan kematian ini dalam kondisi apa pun hingga senantiasa hadir di pe­lupuk mata, karena hal itu dapat mence­gah berbuat maksiat dan mendorong un­tuk berbuat taat kepada Allah Subha­nahu wa Ta’ala.

Dari Buraidah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Dulu aku pernah melarang kalian menziarahi kubur, tetapi sekarang berziarahlah kalian’.” Dalam ri­wayat yang lain, “Siapa yang ingin ber­ziarah kubur, maka ziarahlah. Karena ber­ziarah itu mengingatkan kita akan akhirat.” (Diriwayatkan oleh Muslim).

Hadits ini diriwayatkan Muslim dalam kitab Jenazah bab Permohonan Izin Rasulullah SAW kepada Allah Azza wa Jalla untuk Menziarahi Kubur Ibunya. Hadits ini sangat termasyhur sebagai dalil disyari’atkannya ziarah kubur. Para ulama sepakat tentang bolehnya bagi se­tiap laki-laki, khususnya untuk menu­naikan hak terhadap orangtua maupun sau­dara yang telah tiada, apalagi di da­lam ibadah ini terdapat hikmah meng­ingat negeri akhirat, mengasah bathin, dan memperhalus hati, sebagaimana banyak disebutkan dalam beberapa ha­dits lainnya. Adapun bagi kaum perem­puan, hukumnya makruh. Diharamkan atas mereka berziarah jika ziarah me­reka diiringi perbuatan yang melanggar syari’at, seperti dikhawatirkan timbulnya fitnah dan tangisan yang tak terkendali. Jika tidak seperti itu, dibolehkan, namun makruh.
 

Berkenaan dengan hadits ini pula, di­sunnahkan berziarah ke makam Nabi Mu­hammad SAW dan makam para sa­habat utamanya, setelah berziarah dan shalat di Masjid Nabawi di Madinah, dengan membaca doa-doa yang ma’tsur (yang berasal dari Rasulullah) dan mem­perbanyak membaca shalawat.

Hadits ini juga menggambarkan ada­nya nasakh (menghapus hukum yang lama) dalam syari’at Islam. Semula Rasulullah SAW mengharamkan ziarah karena ada faktor animisme yang kuat dari masa Jahiliyah, terutama yang me­nyangkut kubur, sehingga ada di antara mereka yang melakukan penyembahan, me­ratap, dan sebagainya, yang di­haram­kan ajaran Islam. Kemudian peng­haraman ini dinasakh beliau setelah menguatnya aqidah umat Islam dan se­makin mantapnya dasar-dasar keislam­an mereka.

Setiap muslim hendaknya ingat bah­wa dirinya akan mengalami kematian, baik cepat maupun lambat. Lalu ia me­renunginya, gerangan bekal apa yang akan dibawanya saat kematian itu tiba. Sayyidina Umar Radhiyallahu ‘Anhu per­nah dinasihati Nabi SAW, “Cukuplah kematian menjadi juru nasihat bagimu, wahai Umar.”

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setiap giliran bermalam ber­samanya (bersama Aisyah RA), di akhir ma­lam beliau keluar menuju Pemakam­an Baqi, lalu berdoa, “Salam sejahtera semoga tercurah atas kalian, penghuni negeri kaum yang beriman. Semoga datang kebaikan yang dijanjikan bagi kali­an pada esok hari yang telah ditentu­kan-Nya. Dan kami dengan kehendak Allah akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah para penghuni Makam Baqi Al-Gharqad.” (Diriwayatkan oleh Mus­lim).


Hadits ini diriwayatkan Muslim dalam kitab Jenazah bab Bacaan yang Diucap­kan ketika Masuk ke Pemakaman dan Doa bagi Penghuninya. Makam Baqi adalah makam yang sa­ngat dikenal di Madinah. Di pemakaman ini terdapat makam keluarga Rasulullah, seperti Sayyidah Khadijah Radhiyallahu ‘Anha, dan makam para sahabat, tabi‘in, serta ulama-ulama besar yang wafat di Madinah. Baqi‘ sendiri artinya tempat yang luas. Sedangkan Gharqad, julukan pemakaman Baqi’, adalah sejenis tum­buhan berduri yang tumbuh di Pema­kam­an Baqi‘, sehingga kata “Gharqad” lekat dengan nama Baqi’.
 

Rasulullah SAW memiliki kebiasaan berziarah, yang sering kali waktu ber­ziarahnya dilakukan di malam hari yang gelap dan sepi, untuk merenung dan mengisi relung bathinnya dalam ke­dekatan kepada Sang Pemilik kehidupan dan kematian, Allah ‘Azza wa Jalla.

Hadits ini menunjukkan bolehnya ber­­ziarah kubur di tengah malam dan mengucapkan salam serta mendoakan para penghuni kubur.

Dari Buraidah Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan para sahabat, jika mereka hendak berziarah ke pema­kaman, perkataan doa, ‘As-salâmu ‘alaykum ahlad-diyâr minal-mu’minîna wal-muslimîn, wa innâ insya Allahu bi­kum lâhiqûn, as-alullâha lanâ walaku­mul-‘âfiyah (Semoga keselamatan dan kesejahteraan terlimpah bagi kalian, wahai penduduk negeri kaum mukminin dan muslimin. Dan sesungguhnya de­ngan kehendak Allah kami pasti akan me­nyusul kalian. Saya bermohon ke­pada Allah agar melimpahkan kesela­matan bagi kami dan kalian)’.” (Diriwa­yatkan oleh Muslim).


Hadits ini diriwayatkan Muslim dalam kitab Jenazah bab Bacaan yang Diucap­kan ketika Masuk ke Pemakaman dan Doa bagi Penghuninya. Sebagaimana beliau mempraktek­kan ibadah ziarah pada dirinya sendiri, Rasulullah SAW juga mengajarkan doa-doa yang diucapkan ketika seseorang berziarah. Karena itu, sangat dianjurkan untuk mendoakan orang-orang yang te­lah wafat seraya mengkhususkan doa bagi orang yang beriman atau yang di­kenal keistiqamahannya dalam ibadah semasa hidup, seperti ulama dan aw­liya‘. Hadits ini juga menjadi petunjuk yang jelas dan nyata bahwa orang-orang yang telah wafat mendapatkan manfaat dari doa yang disampaikan orang-orang yang masih hidup untuk mereka.



Dari berbagai redaksi Hadis (Alkisah)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger