Ketiga, Perkawinan adalah bahtera rumah
tangga yang melaju di samudera kehidupan yang sangat luas, mengarungi ombak
kehidupan menuju Pantai Illahi Robbi yang penuh ridho dan diridhoiNya.
Perkara yang ketiga inipun, bukan main
susahnya, menuju Pantai Illahi Robbi, pantai yang penuh dengan kedamaian,
ketenangan, kebahagiaan, penuh ridho dan ampunanNya, bagi sebuah rumah tangga
di zaman yang kata orang zaman edan ini, sangat besar sekali godaannya, dan
repotnya godaan tersebut ada di sepanjang jalan kehidupan rumah tangga, bila
tak pandai-pandai meniti buih di tengah gelombang lautan kehidupan ini, bisa
saja biduk rumah tangga hancur berantakan ditimpa badai yang dasyat.
Pantai Illahi Robbi adalah tempat yang
sarat dengan ujian, cobaan, rintangan, halangan dan lain sebagainya, ini harus
dilalui oleh pasangan suami istri, yang dari awalnya memang sudah beda, baik
watak, sipat, kelakuan, gaya bicara dan lain sebagainya. Maka bila yang
ditonjolkan adalah perbedaannya, ini biang komplik! Yang dicari adalah
persamaan-persamaan, betapapun kecilnya.
Tidak mudah memang, namun bukan berarti
tidak bisa! Niat yang tulus ikhlas dalam berumah tangga adalah kunci utama atau
perahu yang kokoh untuk terus berlayar dalam lautan yang luas menuju pantai
kebahagiaan yang telah disediakan bagi suami istri yang sholeh dan sholeha,
bagi suami istri yang beriman dan bertaqwa kepadaNya dan terus menerus
menjaganya sampai akhir hayat.
Kempat, Perkawinan adalah simpul yang
sangat kuat, karena diikat langsung oleh Kalimat Illahi yang mengikat dua hati,
dua jiwa menjadi satu dalam bahtera rumah tangga, dimana sang suami menjadi
kepala rumah tangga dan sang istri mendampinginya.
Dengan kalimat Illahi suami istri yang
tadinya dua manusia yang berbeda satu sama lain, diikat atau disatukan dalam
rumah tangga, dengan demikian ikatan ini tak sembarangan, karena ikatannya
berupa dua kalimat syahadat yang diucapkan saat ada ijab Kabul diantara
keduanya. Dengan ikatan syahadat ini suami istri selalu diingatkan untuk terus
menerus memperbaharui keimanan masing-masing.
Karena keimanan seperti gerak gelombang,
kadang naik, kadang turun, ini memang menjadi ciri keimanan manusia kebanyakan.
Keimanan malaikat stabil, lurus terus. Keimanan para rosul naik terus,
sedangkan keimanan setan turun terus. Jadi keimanan manusia, dalam hal ini
suami istri, berada diantara keimanan yang penuh dengan gerak, dan gerak itu
bisa turun dan bisa naik.
Untuk itulah sepasang suami istri harus
terus menerus saling mengingatkan satu sama lain, agar ikatan perkawinan
tersebut tidak putus di tengah jalan. Untuk itu bila terlihat keimanan suami
agar kendor, sang istri wajib mengingatkan, begitu juga sebaliknya bila keimana
istri merosok karena cobaan atau ujian, sang suami wajib mengingatkan. Jadi
kunci saling mengingatkan diantara suami istri itu penting.
Syaifuddin Zuhri @Moskow
Posting Komentar