Seorang wanita berjalan, berlenggak - lenggok
bak macan kelaparan. Gayanya santai, bajunya modis, dan menarik mata. Di
tangannya, ia membawa beberapa bungkus rokok untuk dijajakan. Sekelompok lelaki
yang ditawari mulai merayu-rayu. Sesekali ia pun memegang-megang tangan sang
wanita tanpa izin. Yang dipegang tak memberikan perlawanan berarti. Entah
karena tidak enak ataupun tidak keberatan diperlakukan demikian.
Di cerita lainnya, seorang wanita tengah
berboncengan dengan lelaki. Keduanya masih SMA karena baju seragamnya yang abu,
masih dipakai. Roknya yang longgar, terangkat lebih tinggi dari lututnya.
Sesekali si lelaki memegangi paha si wanita. Yang dipegang pun tak protes, tak
minta turun di tengah jalan saat itu juga, dan tak marah sama sekali. Malah
sama-sama tertawa ditemani laju motor kecepatan sedang.
Kali ini saya tak ingin berbicara tentang
lelaki. Dari kedua contoh di atas, yang saya pikirkan adalah apa tidak risih
perempuan itu diperlakukan demikian? Apa tidak kesal dipegang-pegang demikian?
Padahal itu lelaki pun bukan orang yang halal untuknya, bukan siapa-siapa
baginya. Ini baru dua contoh dari sekian banyak ‘keanehan’ yang saya temui di lapangan. Belum
lagi masalah hamil di luar nikah pada remaja-remaja SMA, kasus pelacuran anak
usia di bawah umur, pemerkosaan ayah pada anak perempuan kandungnya, kekerasan
seksual wanita di tempat pekerjaannya, dan sebagainya. Mengerikan.
Saya semakin heran, apa yang telah terjadi
pada perempuan-perempuan saat ini? Apakah ini masalah sensitivitas perempuan
yang tidak ada lagi? Orang tua yang tidak memberikan pembelajaran pada anak
perempuannya? Terjadinya pergeseran persepsi sosial mengenai pergaulan lawan
jenis? Lemahnya daya sosial perempuan? Atau apa?
Pada akhirnya saya masih bertanya-tanya dan
semakin ingin lebih banyak memahami makhluk bernama perempuan ini. Pada kondisi
demikian, saya merasa bersyukur dibesarkan oleh keluarga yang sangat disiplin
menjaga pergaulan saya, memberikan pandangan mengenai harga diri dan kehormatan
wanita yang perlu dijunjung tinggi, menjadi wanita yang tidak boleh mudah
direndahkan lelaki.
Bagi saya, kemuliaan wanita akan tetap ada
selama ia menjaga kehormatannya. Kadang, saya berpikir mungkin lebih baik
menjadi perempuan galak atau ditakuti lelaki, daripada harus
memunculkan fitnah akibat senyuman kita, daripada harus menjadi penyebab penyakit hati
mereka akibat terlalu lembutnya suara kita.
Daripada
harus menjadi penyebab futurnya mereka karena kecerobohan dan kelalaian dalam
menjaga izzah-iffah kita.
Daripada
harus menjadi penyebab panjang angan dan harapan karena sangat baiknya sikap
kita padanya.
Fatimah Putri
Posting Komentar