Ramadhan sebentar lagi
datang. Ada rutinitas yang pastinya tidak ingin anda tinggalkan yaitu makan
sahur dan sholat Subuh yang merupakan suatu kewajiban (pahalanya akan lebih
besar jika dengan berjamaah). Jika Anda telah bersiap
meninggalkan Shalat Subuh, hati-hatilah bila Anda berada dalam golongan
orang-orang yang tidak disukai Allah untuk pergi Shalat. Anda akan ditimpa
kemalasan, Futur (turun keimanan), lemah, dan terus berdiam diri.
Kita tidak perlu membahas semua keutamaan
dan keistimewaan Shalat Subuh ini, bila hanya bertujuan sebagai pengetahuan
akan hadits-hadits Rasulullah saw, atau sekedar merasakan kenikmatan teoritis tanpa
realisasi di alam nyata. Namun kita memaparkan semua itu agar ada usaha
semaksimal mungkin untuk menerapkan syariat Allah SWT dan melaksanakan
kewajiban. Untuk menerapkan syariat Allah dan melaksanakan kewajiban serta
sungguh-sungguh menapaki jejak orang-orang saleh yang sangat mengerti dan
memahami agama ini dengan tepat dan baik.
Ingin rasanya kita seperti Umar, Anas,
Shakhr, An-Nu'man, dan yang lainnya dalam memandang Shalat Subuh sebagaimana
mereka menghormati undang-undang Allah.
Disini akan kita bahas 10 tips yang akan
membantu kita menjaga Shalat Subuh, tanpa meninggalkan sarana lain yang
dibutuhkan. Akan lebih baik lagi jika bisa berinovasi. Itu karena setiap diri
hendaknya senantiasa mencari cara yang tepat bagi dirinya dan juga demi membantu
kaum muslimin dalam melaksanakan perintah Allah.Semoga Allah SWT melimpahkan
taufik dan mengabulkannya.
1.Tanamkan Keihklasan
Ikhlas menjadi tips yang terpenting dalam
membantu bangun Sahur maupun Shalat Subuh. Tanpa keikhlasan, seseorang tidak akan
melaksanakan Subuh secara teratur. Itu karena Shalat Subuh merupakan standar
pembeda bagi orang-orang ikhlas dengan orang-orang munafik.
Ikhlas karena Allah diraih karena
kesungguhanmu yang sangat untuk menjadikan Allah ridha terhadap (amalan) Anda.
Dan, Anda siap mengorbankan apa saja demi meraihnya. Keikhlasan tidak akan
muncul, kecuali Anda mengembalikan segalanya kepada Allah SWT. Allah SWT
berfirman :
"Dan sesungguhnya telah diwahyukan
kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu : Jika kamu mempersekutukan
(Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu ibadahi dan hendaklah
kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. Az-Zumar : 65-66).
Menyekutukan Allah disini termasuk dunia,
seluruh isinya yang memikat, serta kecintaan pada nikmat lainnya yang
melalaikan untuk melaksanakan Shalat Subuh.
Perlu di ingat, menyekutukan Allah itu
muncul ketika seorang hamba enggan memikirkan besarnya kekuasaan Allah SWT.
Dengan menelaah Kitab-Nya, melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya, kita akan
mengetahui kekuasaan Allah.
Sesungguhnya absen dalam Shalat Subuh
merupakan tanda terjangkitnya sakit, bukan sakit yang sebenarnya. Sedangkan
sakit sebenarnya adalah memandang rendah Allah. Anda tidak berkosentrasi pada-Nya,
tidak mengikhlaskan amal untuk-Nya, tidak melaksanakan perintah-Nya, tidak
takut akan peringatan-Nya, tidak mengikuti undang-undang-Nya, dan Anda tidak
tunduk pada syariat-Nya! Sehingga, begitu mudah meninggalkan Shalat Subuh.
Pertanda yang sangat vital akan hilangnya Ikhlas.
Kemudian ada lagi suatu hal yang sangat
penting. Bukan berarti bila Anda telah menjaga Shalat Subuh berjamaah dalam
seminggu atau sebulan atau setahun, maka kemudian Anda menjadi golongan
orang-orang yang ikhlas. Tidak demikian! Namun Anda harus menjaganya terus
menerus, sejak Anda mengetahui inilah Shalat Subuh, hingga datangnya kematian.
Masalah ini membutuhkan mujahadah (usaha
yang kuat), kesabaran, dan latihan. Orang yang Shalat beberapa kali kemudian
terputus, bukanlah orang yang ikhlas. Sangat disayangkan, apabila sebagian
besar orang Islam membiasakan diri Shalat di masjid beberapa kali saja,
kemudian meninggalkan kewajiban ini bertahun-tahun.
Kalau sekiranya ia benar-benar Shalat
karena Allah SWT, ketahuilah sesungguhnya Allah itu terus hidup, dan tidak akan
pernah mati selama-lamanya. Allah tidak untuk disembah sehari dan disekutukan
pada hari yang lain. Atau disembah pada satu kondisi dan disekutukan pada
kondisi yang lain. Namun kita wajib menyembah-Nya sepanjang hidup dan pada
setiap kondisi.
Ketika kita melihat beberapa fenomena yang
terjadi dalam masyarakat Islam, kita dapati banyak hal yang menyedihkan.
Berikut saya paparkan beberapa contoh :
Seorang da'i menyeru kepada kebaikan,
mengajarkan kepada mereka Al-Qur'an dan Al-Hadits, dan mendorong mereka untuk
taat. Lalu ia pergi melaksanakan Shalat Subuh dengan alasan tidak enak hati
menyuruh orang lain berbuat baik, sementara dia tidak melakukannya. Apabila ia
absen dari hadapan orang-orang tersebut bepergian misalnya, atau tinggal di
daerah lain bukan tempat tinggalnya atau tidak lagi mengajar masyarakat
dikarenakan 'udzur (alasan), atau sebab-sebab yang lain maka ia tidak lagi
mengerjakan Shalat Subuh berjamaah di masjid.
Seorang pegawai atau pekerja yang tugasnya
menuntut ia harus selalu bangun pagi-pagi buta, maka ia pun menyempatkan diri
untuk Shalat Subuh di masjid. Atau mahasiswa yang belajar hingga menjelang
Subuh karena menghadapi ujian semester ia juga melangkahkan kakinya ke masjid
untuk Shalat Subuh. Namun bila jadwal kerja berubah atau ujian semester telah
usai mereka pun dengan enteng meninggalkan Shalat Subuh.
Lalu, dimanakah letak keikhlasan ???
Muslim yang ketiga sangat membutuhkan Allah
dalam suatu urusan. Ia mengalami krisis yang hebat, seperti anaknya sakit,
hilang mata pencahariannya, atau kezhaliman menimpa dirinya. Maka mulailah ia
menjaga Shalat Subuhnya, khusuk sekali. Ia berdo'a kepada Allah SWT dengan
Ikhlas. Kemudian tatkala lepas dari krisis, dan masalah yang tengah dihadapi
telah usai, maka dia berhenti melaksanakan Shalat Subuh.
Dimana keikhlasannya kepada Allah ???
Bacalah firman Allah SWT, "Dialah yang
menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga
apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa
orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka
bergembira karenanya. Datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari
segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung
(bahaya), maka mereka berdo'a kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatannya
kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), "Sesungguhnya jika Engkau
menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang
yang bersyukur." Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka
membuat kezhaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai
manusia,sesungguhnya (bencana) kezhalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil
kezhalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kamilah
kembalimu, lalu Kami tunjukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS.Yunus : 22-23).
Saya kenal seorang Syaikh. Dulu ia bekerja
sebagai Imam di salah satu masjid pada sebuah negara di Eropa dengan gaji
setiap bulan. Saat beliau menjadi Imam dalam semua Shalat, beliau juga
memberikan pelajaran dan khutbah. Lalu setelah habis masa kerjanya satu tahun
tetapi belum diperbaharui kontraknya (sebagai Imam), maka terpaksa ia bekerja
dengan profesi lain di tempat lain juga. Walau dekat dengan masjid tapi ia
berhenti dari Shalat Subuh dan sebagian besar Shalat yang lain. Dulu, ketika ia
menjadi Imam, ia anggap itu sebagai "profesi". Namun ketika
"profesi" itu hilang, maka hilang juga Shalatnya.
Apakah yang demikian tadi lebih pantas
dinamakan Ikhlas ???
Ikhlas merupakan sarana yang paling utama
untuk menjaga Shalat Subuh, dan sarana paling pokok dalam segala amal kebaikan
dan ketaatan. Setan begitu mudah menggoda setiap hamba, kecuali yang Ikhlas di
antara mereka. Allah menceritakan tentang setan. "Iblis menjawab, Demi kekuasaan Engkau aku
akan menyesatkan mereka semua, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara
mereka'." (QS. As-Shad : 82-83). Maka, berhati-hatilah Anda dari mangsa setan, dan
bekali diri dengan senjata Ikhlas.
Ust. Muhammad Eksan
Posting Komentar