Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Mohon Maaf Lahir dan Batin

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Ramadhan telah usai. Umat Islam dari segala arah dan penjuru dunia, dari timur sampai barat, utara ke selatan, tak henti-hentinya mengumandangkan alunan suara takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil.

Bahkan, sebagian masyarakat kita, pada malam hari raya tiba, melakukan takbir keliling yang sudah menjadi budaya. Hal itu sesungguhnya merupakan suatu bentuk kebahagiaan setelah berhasil menjalani ibadah puasa, atau sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas kemenangan besar yang kita peroleh setelah menjalani ibadah puasa Ramadan selama satu bulan penuh.

Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur.” Rasulullah SAW pun bersabda, “Hiasilah hari rayamu dengan takbir.”

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati sebagai pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah SWT. Kalimat tasbih dan tahmid kita tujukan untuk menyucikan Allah dan segenap hal yang berhubungan dengan-Nya. Tidak lupa puji syukur juga kita tujukan untuk rahman dan rahim-Nya yang tidak pernah pilih kasih kepada seluruh hambanya. Sementara itu, tahlil kita lantunkan untuk memperkokoh keimanan kita bahwa Dia-lah zat yang Maha Esa dan Mahakuasa.

Idul Fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri, yaitu manusia yang bertakwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada – yauudu yang artinya “kembali”, sementara fitri bisa berarti “buka puasa untuk makan” dan bisa berarti “suci”.

Dengan demikian, makna Idul Fitri berdasarkan uraian di atas adalah hari raya ketika umat Islam kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah, salah satu sunnah sebelum melaksanakan salat Idul Fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukkan bahwa Idul Fitri 1 Syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.

Kata fitri yang berarti “suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan” berasal dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadis Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengan Idul Fitri berarti kembali ke asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk Islam yang benar.

Pemaknaan Idul Fitri hendaknya bersifat positif, seperti menjalin silaturahim. Silaturahim tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti halalbihalal, namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke rumah, duduk bercengkerama, saling mengenalkan, dan mengikat kerabat. Apalagi sekarang permohonan maaf dan silaturahim sudah tidak mengenal batas dan waktu sebab bisa menggunakan jejaring media sosial, seperti lewat SMS, up date status, inbox di Facebook, Twitter, Yahoo Mesenger, Skype, Whatsapp, dan e-mail.

Kini, dengan rasa suka cita dan senang kita menyambut hari kemenangan. Namun, rasa itu bercampur sedih dengan linangan air mata bahagia karena ditinggalkan bulan Ramadan yang penuh berkah, maghfirah, dan rahmat Allah SWT. Banyak pelajaran dan hikmah, faidah dan fadhilah yang kita dapatkan.

Kini, bulan Ramadan telah berlalu, tapi satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita, yaitu spirit dan akhlakiyah puasa Ramadan. Momen 1 Syawal harus menjadi imtidad lanjutan Ramadan dengan ibadah serta kesalehan sosial. Sebab kata syawal itu sendiri artinya “peningkatan”. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan ke depan dalam perjalanan hidup kita.

Seorang muslim yang kembali pada fitrahnya akan memiliki sikap, pertama, istiqomah, tetap berkeyakinan bahwa Allah itu Maha Esa dan hanya kepadanya kita memohon. Kedua, dalam kehidupan sehari-hari ia akan selalu berbuat dan berkata yang benar. Ketiga, kita tetap berlaku sebagai abid, yaitu hamba Allah yang selalu taat dan patuh pada perintah-Nya.

Mudah-mudahan berkat ibadah selama bulan Ramadan, yang dilengkapi dengan menunaikan zakat fitrah, Insya Allah kita termasuk orang-orang yang kembali pada fitrahnya. Ibadah puasa Ramadan berfungsi sebagai tazkiyatun nafsi, yaitu menyucikan jiwa dan zakat fitrah berfungsi sebagai tazkiyatul badan, yaitu menyucikan badan. Setelah selesai ibadah puasa dan menunaikan zakat, seorang muslim akan kembali pada fitrahnya, yaitu suci jiwanya dan suci badannya.

Dalam kesempatan di hari raya yang suci ini, mari kita satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong, dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki hari ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan. Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri, serta senyum yang manis kita ulurkan tangan kita untuk bermaaf-maafan seraya mengucapkan “minal aidin walfaizin, mohon maaf lahir dan batin.



Perspektif KJ
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger