Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah (3)

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah (3)

5. Jika amal yang lebih diutamakan pada sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah ibadah-ibadah spesial malam hari, seperti qiyamullail atau tahajjud, tadarus Al-Quran, itikaf, dzikir, doa, munajat, istighfar, dan semacamnya, maka yang lebih diistimewakan pada 10 hari pertama Dzulhijjah ini adalah jenis-jenis amal ibadah spesial siang hari, dan salah satu yang paling utama tiada lain adalah ibadah puasa. Maka disunnahkan dan dianjurkan agar setiap muslim memperbanyak puasa pada 10 hari ini, tentu saja kecuali tanggal 10-nya yang merupakan hari raya Idul Adha, dan yang memang diharamkan puasa padanya. Namun untuk ibadah puasa ini terbagi dua, yakni yang berifat umum dan khusus. Yang umum adalah puasa dari anggal 1 8 Dzulhijjah, dimana kesunnahannya tidak berdasarkan dalil khusus, melainkan mengacu pada keumuman hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dimuka, dimana setiap amal saleh pada 10 hari pertama Dzulhijjah adalah yang paling dicintai oleh Allah Taala. Dan sudah barang tentu ibadah puasa menempati peringkat utama dan istimewa dalam daftar amal saleh yang disebutkan itu. Apalagi, seperti yang telah disebutkan, yang lebih utama dari 10 hari pertama Dzulhijjah itu adalah waktu siangnya, dan puasa merupakan salah satu jenis amal ibadah spesial siang hari yang teristimewa. Oleh karenanya dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi rahimahullah menulis bab khusus dengan judul: Fadilah Puasa dan Amal-amal Lain Pada 10 Hari Pertama Dzulhijjah, lalu beliau menyebutkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, yang telah dikutip dimuka. Adapun puasa yang bersifat khusus dengan dalil khusus dan fadilah khusus pula, adalah puasa hari Arafah, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah. Dimana saat ditanya tentang fadhilah dan keutamaan puasa hari wuquf di Arafah (bagi selain jamaah haji), Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Ia bisa menghapuskan (dosa) satu tahun yang telah berlalu dan (dosa) satu tahun lagi yang akan datang (HR. Muslim dari sahabat Abu Qatadah radiyallahu anhu).



6. Memperbanyak kumandang takbir, tahlil dan tahmid dengan suara keras di rumah-rumah, masjid-masjid, jalan-jalan, pasar-pasar dan lain-lain, pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Tiada hari yang lebih agung bagi Allah, dan amal saleh padanya lebih dicintai oleh-Nya, dibandingkan 10 hari (pertama Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah padanya ucapan tahlil, takbir dan tahmid (HR. Ahmad dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma). Imam Al-Bukhari rahimahullah menyebutkan bahwa, sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah dulu biasa pergi ke pasar pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah seraya mengumandangkan takbir, sehingga masyarakatpun bertakbir mengikuti takbir keduanya. Itu untuk tuntunan takbir yang bersifat umum. Adapun untuk praktik takbir yang bersifat khusus terkait dengan syiar hari raya Idul Adha, maka menurut jumhur ulama disunnahkan agar dilakukan mulai selepas shalat subuh pada hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) sampai shalat asar hari terakhir tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah), dimana ucapan takbir dikumandangkan pada setiap usai shalat fardhu dan diutamakan pada pagi hari raya Idul Adha saat seseorang berangkat ke tempat shalat Id.



7. Menyembelih hewan qurban, dengan motivasi utama sebagai sebuah bentuk ibadah ritual persembahan kepada Allah, bukti penghambaan dan syiar deklarasi kemurnian tauhid kepada-Nya, dan bukan dengan sekadar niat bersedekah daging. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Tiada satu amal pun yang dilakukan seseorang pada Yaumun-Nahr (hari raya qurban) yang lebih dicintai oleh Allah daripada mengalirkan darah (hewan qurban yang disembelih). Maka berbahagialah kamu dengannya (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dengan sanad yang shahih).



8. Mengikuti shalat Idul Adha, dan mendengarkan khutbah seusainya. Adapun bagi kaum perempuan yang berhalangan, maka dianjurkan untuk tetap turut menghadiri penyelenggaraan shalat, meskipun tentu tidak boleh mengikutinya, melainkan untuk mendapatkan siraman rohani dan pencerahan ilmu dari khutbah yang disampaikan, serta sekaligus untuk turut menyemarakkan, memeriahkan dan meramaikan suasana hari raya sebagai momen kegembiraan ummat Islam dan syiar kebersamaan serta persatuan kaum muslimin. Sedangkan ketika hari raya qurban jatuh pada hari Jumat, seperti yang akan datang ini, maka bagi yang mengikuti shalat Id diberi rukhshah (keringanan) untuk tidak menghadiri shalat Jumat, dan cukup melakukan shalat dzuhur saja seperti hari-hari lain. Namun meskipun begitu, lebih baik baginya jika tetap turut menunaikan shalat jumat bersama kaum muslimin yang mengadakannya. Sedangkan bagi penanggung jawab atau takmir masjid jami, yakni masjid yang biasa didirikan shalat jumat di dalamnya, diharuskan tetap menyelenggarakannya, agar bagi kaum muslimin yang ingin, bisa berkesempatan untuk menjalankannya. Karena saat terjadi shalat Idul Fitri pada hari Jumat, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Telah berhimpun pada hari kalian ini dua hari raya. Barangsiapa yang ingin, maka (shalat Id) telah cukup baginya untuk mewakili shalat Jumat. Namun kami tetap akan menyelenggarakannya (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Al-Hakim dan lain-lain, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu).



9. Dan last but not least, tentu saja amal ibadah paling agung dan tertinggi pada bulan Dzulhijjah ini, bagi yang mampu dan berkesempatan, tiada lain adalah ibadah haji dan umrah di Tanah Suci Mekkah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Ibadah umrah satu ke umrah yang lain adalah penghapus dosa antara keduanya, dan haji yang mabrur itu tiada balasan baginya kecuali Surga (HR. Muttafaq alaih).


Ust. H. Ahmad Mudzoffar Jufri
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger