Kisah kedua berikutnya adalah tentang
Syeikh Hasan Al-Bashri. Beliau hidup di tahun ke-21 sampai ke-110 Hijriyah, dan
beliau merupakan penasehat spiritual Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. (61-101
H). Beliau sangat terkenal dengan julukan "Panutan Zaman dari
Bashrah", karena luar biasa hebat dan sholehnya.
Syeikh Hasan Al-Bashri adalah seorang alim
ulama yang diakui sebagai mahagurunya para alim ulama generasi ke-3 (bahasa
sederhananya; zaman cucu-cicit kanjeng nabi dan para sahabat). Lantas,
bagaimanakah sikap beliau ketika menghadapi orang non-muslim?
Beliau tak cuma sekadar berteman biasa,
beliau malah bersahabat erat dengan seorang pendeta Nasrani. Seringkali saat
bertemu di jalan, keduanya berpelukan dan saling menanyakan kabar, bahkan
terkadang si pendeta Nasrani "memamerkan" Syeikh Hasan Al-Bashri ke
jemaatnya.
Syeikh Hasan Al-Bashri bersikap lembut pada
orang non-muslim, adalah karena mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW.
Seperti kita tahu, Baginda Rasulullah SAW
selalu bersikap baik dan ramah pada siapa saja. Tidak hanya kepada para sahabat
yang mau memeluk agama Islam, bahkan dengan kalangan non-muslim yang memusuhi
pun Nabi Muhammad SAW selalu menampilkan akhlak mulia.
Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama yang
menjenguk orang Arab yang selalu meludahinya dan mendoakan segera sembuh. Nabi
Muhammad SAW justru meminta Malaikat Jibril menahan diri, ketika penduduk kota
Thaif sudah melewati batas penolakannya. Bahkan, kedua tangan mulia Baginda
Rasulullah SAW yang menolong Abu Lahab dari lubang jebakan bikinannya sendiri.
Kepada orang non-muslim yang memusuhi saja,
umat Islam diteladankan kanjeng nabi untuk tetap berakhlak mulia, apalagi
dengan umat non-muslim yang tulus menjalin persahabatan.
Dari kisah Syeikh Hasan Al-Bashri tersebut,
kita bisa memetik suatu ilmu hikmah, bahwa hendaknya kita selalu bersikap baik
kepada siapa saja, seperti yang Nabi Muhammad SAW teladankan.
Dikutip Dari Buku Kembali Menjadi Manusia oleh Doni Febriando
Posting Komentar