Hijrah dari
segi bahasa adalah berpindah dari negeri asal atau dari negeri sendiri ke
negeri orang lain. Kata Hijrah dapat dipadankan dengan kata berimigrasi atau
merantau. Berusaha dinegeri orang dengan harapan dapat merubah nasib, mendapat
keberhasilan lebih baik dibanding dinegeri sendiri. Maka hijrah disini lebih
pada motif ekonomi.
Dalam berbagai
kasus di dunia saat ini, sering warga pendatang atau imigran dipandang sinis
atau sebelah mata oleh penduduk asli. Berbeda halnya ketika muslimin
(Muhajirin) hijrah ke Madinah, oleh penduduk asli Madinah atau Ansor malah
diterima dengan sepenuh hati, bahkan dianggap keluarga sendiri, saling waris
mewarisi hingga turun ayat tentang waris.
Hijrah nabi
Muhammad SAW dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah sudah melalui pertimbangan
yang matang, bahkan atas perintah Allah SWT seperti tersebut dalam surat Annisa
ayat 97.
Sebelum
terjadinya peristiwa hijrah, masyarakat Madinah itu telah terkondisi dengan
baik melalui da’wah panjang sebelumnya yang dilakukan oleh Mus’ab bin Umair dan
kawan-kawan. Bahkan sebelumnya terjadi Bai’ah (sumpah setia)
sahabat-sahabat Ansor melalui Bai’atul Aqobah I dan II, dimana mereka berjanji
akan melindungi dan membela Nabi Muhammad SAW dan para sahabat Muhajirin yang
hijrah ke Madinah. Mereka menyambut dengan suka cita dan berjanji setia dibawah
pimpinan Nabi Muhammad SAW.
Berkembangnya
ajaran Islam secara komprehensif dalam semua aspek kehidupan termasuk bidang
politik dan kekuasaan terjadi setelah peristiwa hijrah ke Madinah.
Hijrah secara
fisik untuk saat ini tentu tidak mungkin untuk kita lakukan. Karena kita tidak
hidup dibawah tekanan, teror dan sebagainya. Kita masih memiliki kebebasan
menjalani kehidupan beragama dengan leluasa. Dalam kondisi saat ini yang perlu
kita lakukan adalah hijrah hati nurani, hijrah perilaku, hijrah pemikiran dan
perbuatan dari masa lalu yang penuh dengan perbuatan maksiat, dosa, dan
kekerasan kepada perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam. Sebagaimana kata Sayyidina Umar
bin Khattab, “Hijrah itu adalah garis pemisah antara yang hak dan yang batil,
jadikanlah itu sebagai penanggalan”.
Dalam surat Al
Taubah (9) ayat 20 sampai 21 Allah SWT berfirman : Orang-orang yang beriman
dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri
mereka, adalah lebih Tinggi derajatnya di sisi Allah; dan Itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan
rahmat dari padanya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh didalamnya
kesenangan yang kekal
Mudah-mudahan
kita dapat mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah ini, bukan sekedar
seremonial memperingati pergantian tahun, tetapi melakukan muhasabah
(perenungan) dari masa lalu ke masa depan yang lebih baik.
Ust. Amlir Syaifa
Posting Komentar