Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Sejarah Penanggalan Hijriyah

Sejarah Penanggalan Hijriyah

Ketika khalifah Umar bin Khattab berkirim surat kepada Gubernurnya, Abu Musa Al Asy’ari kemudian surat tersebut dibalas oleh Abu Musa dengan kalimat berdasarkan surat Amirul Mu’minin Khalifah Umar Ibnu Khattab yang tanpa tanggal, saya (Abu Musa) menjawab : …………….., dan seterusnya. 

Setelah menerima surat dari Abu Musa ini, barulah terpikir oleh Khalifah Umar kenapa kita ummat Islam tidak memiliki penanggalan tersendiri.

Diadakanlah musyawarah, dipanggillah sejumlah sahabat, maka muncullah beberapa saran-saran antara lain, Kenapa kita tidak mulai penanggalan itu dari kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada yang mengusulkan ketika turunnya wahyu pertama kali di Gua Hira. Ada juga yang mengusulkan terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj dan ada juga yang mengusulkan dari Hijrahnya Nabi dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah.

Setelah membahas hal-hal yang sangat substansial dan mengandung nilai sejarah yang berdampak luas pada risalah Nabi Muhammad SAW, maka disepakatilah peristiwa berpindahnya sejumlah sahabat bersama Rasulullah dari Mekkah ke Yastrib yang kemudian dikenal dengan Madinah merupakan peristiwa yang paling bersejarah dan memiliki dampak yang sangat luas. Dan itu pun dilakukan setelah turun firman Allah dalam surat An Nisa (4) ayat 97 yang artinya  

Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri  (kepada mereka) Malaikat bertanya : "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". mereka menjawab: "Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.

Sebelumnya para sahabat termasuk Rasulullah SAW mendapat tekanan dari kaum kafir Quraisy dalam bentuk boikot, teror, ancaman diculik, bahkan rencana pembunuhan. Para sahabat yang tidak kuat menahan tekanan, ancaman dan lain sebagainya meminta izin kepada Rasulullah SAW sebagaimana yang dinukilkan dalam kitab Fiqh Al Siroh yang ditulis oleh Said Ramadhan Al Buthi dalam bab Hijrah. Kemudian Nabi mengizinkan setelah turunnya wahyu dengan sabdanya : “Sungguh telah diberitahukan kepadaku negeri dimana kalian bisa hijrah yaitu kota Yastrib”.

Lebih dari 1400 tahun yang lalu berangkatlah sejumlah penduduk yang tinggal di daerah lembah penuh perbukitan, kearah yang tandus, tidak ada air didaerah yang disebut dalam do’a Nabi Ibrahim yang mengatakan : “aku meninggalkan anak keturunanku disebuah lembah yang tidak ada disana tumbuh-tumbuhan disamping Baitullah”.

Mereka berhijrah bukan karena kesusuhan hidup secara ekonomi. Bukan karena miskin, tidak punya harta, kekayaan di Mekkah. Mereka adalah sahabat-sahabat kaya, pedagang, peternak dan lain sebagainya. Bahkan banyak diantara mereka adalah orang sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh ke Syria, Bahrain, Negeri Syam dan kota-kota lainnya. Tetapi mereka hijrah karena ingin memelihara keimanannya, mengembangkan da’wah mencari tempat yang kondusif untuk perkembangan Islam kedepan. Itupun atas izin Rasulullah dan perintah dari Allah SWT.

Perjalanan ini kemudian menjadi perjalanan bersejarah, menjadi tonggak ditetapkannya tahun Hijriyah, penanggalan ummat Islam. Mereka yang hijrah disebut Muhajirin, sementara saudara-saudara mereka yang menerima disebut Al Ansor.



Ust. Amlir Syaifa
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger