33. Setiap kelompok lebah mempunyai seekor
pemimpin. Selama sang pemimpin berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan
berani mengusik dan tidak akan coba-coba mengambil milik mereka. Apabila sang
raja mati atau pergi meninggalkan mereka, mereka pun kocar-kacir berhamburan
dan akhirnya satu persatu binasa. Demikian juga kaum mukmin. Selama para ulama
dan imam berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani mengusik
mereka dan setan tidak akan berani mengganggu mereka. Jika tidak ada seorang
pun ulama dan imam di antara mereka, mereka pun tercerai-berai dan akhirnya
binasa.
34. Apabila raja lebah mempunyai cacat,
rakyat lebah tidak dapat bekerja dengan baik, sarang pun tidak terawat dengan
baik, dan pada gilirannya mereka akan hancur. Sebaliknya, jika sang raja lurus
dan bertindak dengan bijaksana, rakyat lebah pun hidup dengan baik dan lancar.
Seperti itu pulalah kaum mukmin. Bila para pemimpin mereka adil, para ulamanya
bertakwa, serta para pedagang dan kaum profesionalnya jujur, maka urusan mereka
akan berjalan dengan baik dan lancar. Jika tidak, mereka akan celaka.
35. Komunitas lebah akan tetap makmur
meskipun sebagian anggota komunitasnya ada yang mengikuti hawa nafsu, ditimpa
penyakit, atau melakukan kesalahan, selama raja mereka adil dan bertindak
lurus. Demikian juga komunitas kaum mukmin. Apabila kalangan khusus mereka
sudah tidak bermoral, kalangan awam pun akan terbawa binasa. Sebaliknya,
meskipun kelakuan kalangan awam bobrok, mereka tidak akan binasa selama
kalangan khusus berperilaku baik dan berakhlak mulia.
36. Ada dua jenis lebah: lebah yang ada di
gunung-gunung dan bersarang di pepohonan dan lebah yang ada di tengah-tengah
keramaian dan bersarang di perumahan. Lebah yang ada di gunung-gunung dan
bersarang di pepohonan terlindung dari polusi dan relatif aman dari ancaman
kebinasaan. Lebah yang ada di tengah-tengah perkampungan manusia dan bersarang
di rumah-rumah atau bangunan lain yang dibuat oleh manusia, tidak aman dari
bahaya kehancuran. Demikian juga halnya dengan orang beriman, ada dua macam. Di
antara mereka ada yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pasar-pasar dan
sentra-sentra keramaian lainnya. Ada pula yang menempuh pola hidup zuhud, jauh
dari keramaian, dan gemar mengasingkan diri di gunung-gunung atau di gua-gua
untuk berkhalwat. Yang pertama relatif tidak aman dari fitnah dan kemungkinan
terjerumus dalam hal yang haram dan syubhat. Yang kedua aman dari semua itu;
mereka lebih tenteram, damai, selamat, dan suci.
37. Lebah tinggal di dalam sarang yang
terbilang bersih dari benda-benda yang tidak diperlukan dan kosong dari
barang-barang yang tidak berguna. Lebah, bahkan, tidak menyimpan sumber
pangannya di dalam sarang. Dengan kata lain, ia tidak pernah membawa sekuntum
bunga atau sumber makanan lainnya ke dalam sarang. Hal itu tidak membuatnya
takut kelaparan. Ia begitu tenang dan damai tinggal di dalam sarang tanpa ada
kekhawatiran akan sumber pangan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia
tidak takut akan kemiskinan dan kebangkrutan. Menjadi miskin atau kaya baginya
sama saja, sebab yang membuat dirinya merasa kaya adalah limpahan keyakinan dan
manisnya kebersamaan dengan Tuhan.
38. Kawanan lebah, jika dipindahkan dari
satu tempat ke tempat lain, mereka menurut saja dan tinggal di tempat yang baru
dengan nyaman. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Di mana pun ia berada dan ke
mana pun ia diajak, dengan senang hati ia akan menjalani dan mengikutinya.
Rasulullah SAW. bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti air, mengalir dengan mudah
ke mana saja selama di sana tidak ada hal-hal yang dilarang oleh agama atau
hal-hal yang dapat mengurangi kadar keberagamaannya.”
39. Lebah tidak suka dengan iklim yang
terlalu panas atau terlalu dingin. Itu karena, baik iklim yang terlalu panas
maupun yang terlalu dingin, keduanya dapat mengganggu, bahkan menghancurkan
tatanan kehidupan mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berada
di antara takut dan harap. Terlalu berharap dapat merusak tatanan
keberagamaannya dan terlalu takut dapat membuatnya putus asa dari rahmat Tuhan.
40. Lebah takut akan dua hal, yaitu: terik
matahari yang menyengat di musim panas dan dingin yang menusuk di musim dingin.
Begitu juga halnya dengan seorang mukimin. Ia berada di antara dua hal yang
ditakutkan, yakni: ajal yang telah ditetapkan Allah SWT.—karena ia
tidak tahu apa yang telah Allah SWT. tentukan bagi dirinya dalam ketetapan itu—dan ketetapan
yang akan datang—karena ia tidak tahu apa yang Allah SWT. kehendaki bagi dirinya di
masa depan.
Rasulullah SAW. juga bersabda, “Seorang
mukmin laksana lebah; ia memakan yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik,
serta hinggap di ranting tanpa mematahkannya.”
Inilah salah satu sifat mukmin. Ia memakan
hanya yang baik dan memberi makan kepada yang lain pun hanya dengan yang baik.
Ia orang baik dan memberi kebaikan bagi sesamanya. Ia memberi tanpa diminta,
berlapang dada, bersikap santun, dan jauh dari keinginan menyakiti orang. Di
mana pun berada, ia tak pernah membuat kerusakan. Tak heran jika persangkaan
orang terhadapnya hanya persangkaan yang baik. Dengan sifat-sifat inilah segolongan
kaum mukmin dikenal.
Dikutip oleh PISS-KTB
dari Kitab Qut al Qulub karya Syekh Abu Thalib al-Makki
Posting Komentar