Karena pendeknya pengetahuan kita.
Barometer bagus menurut kita, itu selalu yang sesuai dengan dengan nafsu,
sedangkan menurut Allah yang bagus cocok menurut iman. Misalnya, sehat menurut
kita bagus, tapi Allah Maha Tahu, dengan sakit itu hikmahnya bisa menjadi kita
lebih dekat dan terjaga dari maksiat. Bagi orang yang hatinya belum
sungguh-sungguh kepada Allah, maka sikapnya ditentukan oleh kondisi hatinya. Ketika
diberi ia akan terlalu gembira karena pemberiannya itu, dan saat ditolak ia
akan kecewa, karena harapannya tak tersampaikan.
Namun bagi orang yang mengetahui atas apa
yang terbaik bagi dirinya itu berasal dari Allah, maka pemberian dan penolakan
tidak membuat senang dan susah. Senang dan susahnya jika ia tidak mau bersyukur
dan bersabar. Ia akan kecewa bila tidak bisa bersyukur dan bersaba; bukan pada
ada dan tiadanya, dia akan kecewa. Misalnya bagi seorang pedagang yang bergantung
pada makhluk, gejalanya dapat dirasakan senang apabila ada pembeli dan kecewa
bila tidak ada pembeli.
Mulailah berlatih ketika mendapat karunia,
merasa gembira sewajarnya. Kalau mendapat nikmat itu semata-mata hanya
kemurahan Allah, jangan dikait-kaitkan dengan kehebatan ibadah kita, karena
Allah tidak bisa dipaksa.
Surat Al-Ma’arij ayat 19-21, “Sesungguhnya
manusia itu diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Apabila ditimpa musibah dia
mengeluh dan apabila ditimpa kesenangan berupa harta ia jadi kikir.”
Contoh lainnya, ketika memperoleh gaji ia
merasa sangat senang, namun ketika uang gaji itu harus keluar untuk membayar
keperluannya, lalu ia bersedih, berarti kita masih senangnya dengan sesuatu
yang datang, dan sedih dengan sesuaatu yang harus keluar.
Padahal kalau kita tafakuri, uang itu
sesungguhnya sejak dari dahulu hingga saat ini terus saja mengalir. Gaji itu
lalu lintas takdir Allah sebagai salah satu aliran rejeki. Sehingga
bergembiranya kita bukan pada adanya uang, melainkan adanya ladang amal. Bila
waktunya uang itu harus pergi, seharusnya tidak bersedih.
Dengan demikian, apabila kita menyukai
dengan apa saja yang ditetapkan Allah, maka itu tanda bagi orang yang
bersyukur, dan merasa bahagia apabila karunia yang diberikan Allah kepada orang
lain, dan itu juga buah dari syukur.
Perbuatan syukur apabila nikmat itu datang
kepada dirinya, lalu ia mengucapkan alhamdulillah. Apabila ia selalu bersyukur
kalau nikmat tidak hanya datang pada dirinya, maka inilah sifat syukur yang
derajatnya lebih tinggi. Karena kita menyukai dengan apa yang telah ditetapkan
oleh Allah.
Di dalam Surat Az-Zumar ayat 66 dijelaskan“Karena itu,
maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang
yang bersyukur.”
Biasakan menyampaikan keluh kesah pada
Allah semata. Ketika kita ditimpa kemalangan atau musibah, lebih baik kita
menyampaikan keluh kesah dan kegundahan hati kita pada Allah Swt. Karena
Dia-lah Yang Mahatahu segala persoalan dan kegundahan dalam jiwa kita.
Surah Yusuf Ayat 86 menjelaskan “Sesungguhnya
hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku
mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya,”.
Ust. Yusuf Mansur
Posting Komentar