“Sesungguhnya syaitan itu bergerak
mengikuti aliran darah, maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan
dahaga.” (HR. Mutafaq ‘Alaih). Disebutkan dalam Kitab Ihya’ I/232, Berkata
al-‘Iraaqy “Hadits ini riwayatnya mutafaq ‘alaih dari Shafiyyah kecuali pada
kalimat maka persempitlah jalan syaitan dengan lapar dan dahaga, ini landasan
kalangan shufi
Di dalam kitab Durrah an-Naashikhiin
Hal. 13 disebutkan, Alkisah sebelum Allah SWT menciptakan akal dan nafsu yang
hendak diletakkan dalam diri Adam As. terlebih dahulu Allah menguji keduanya
agar kelak dikemudian hari Adam As. dan anak cucunya tahu fungsi dari keduanya,
cara menggunakan dan menaklukkan keduanya.
Saat Allah menciptakan akal, Allah
bertanya kepada akal,
“Siapakah kamu, siapakah Aku ?”
“Saya hamba, Engkau Tuhan.” Jawab
akal
Kemudian Allah memerintahkankan akal
agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal mematuhi perintah Allah. Hal
ini menunjukkan bahwa akal begitu taat kepada Allah.
“Wahai akal, sesungguhnya Aku tidak
menciptakan makhluk yang lebih mulia ketimbang dirimu” Puji Allah terhadap
akal.
Setelah itu Allah menciptakan nafsu.
Ketika Allah bertanya kepada nafsu,
“Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku
?”
Nafsu menjawab dengan sikap
membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Karena itulah Allah murka kepadanya
dan memberikan didikan kepada nafsu agar insaf. Allah memasukkan nafsu kedalam
neraka jahannam selama 100 tahun, ia dipukul dan dibakar hingga hangus menjadi
arang. Kemudian setelah nafsu dikeluarkan dari neraka, Allah bertanya lagi
kepadanya,
“Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku
?”
Nafsu menjawab dengan sikap
membantah, “Engkau Engkau, aku aku.”
Nafsu belum sadar akan
penciptaannya, Allah perintahkan agar nafsu dipenjarakan selama 100 tahun
dengan tidak diberi makan atau pun minum, keadaan nafsu saat itu benar-benar
lemah karena lapar dan dahaga. Setelah genap 100 tahun Allah keluarkan nafsu
dari ruang tahanan “lapar dan dahaga” Allah bertanya lagi kepadanya,
“Siapa engkau, siapa Aku?”
Setelah semua itu, barulah nafsu
mengenal Tuhannya, ia menjawab, “Engkau Tuhan, aku hamba”
Ternyata untuk mengalahkan nafsu
yang ada dalam diri manusia tidak perlu dibakar, dipukul melainkan dengan
dikarantina dalam penjara “lapar dan dahaga” atau yang kemudian dikenal dengan
nama Puasa.
Setelah itu Allah memasukkan akal
dan nafsu ke dalam diri Adam As. dan saat Nabi Adam datang ke bumi, keturunan
manusia bertambah banyak. Maka peranan nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah
dari nafsu, bukan dari akal.
Ust. Masaji Antoro
Posting Komentar