Dzikir kepada Allah bermakna, bahwa manusia sadar akan dirinya yang berasal
dari Sang Khalik, yang senantiasa mengawasi segala perbuatannya. Dengan
demikian manusia mustahil akan berani berbuat curang dan maksiat dihadapan-Nya.
Dzikir berarti kehidupan, karena manusia ini adalah makhluq yang akan binasa
(fana), sementara Allah senantiasa hidup, melihat, berkuasa, dekat, dan mendengar, sedangkan menghubungkan (dzikir) dengan Allah, berarti
menghubung-kan dengan sumber kehidupan (Al Hayyu).
Sabda Rasulullah, “Perumpamaan orang yang berdzikir dengan orang yang tidak
berdzikir seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR. Bukhari)
Itulah gambaran dzikir yang dituturkan Rasulullah SAW. Bahwa dzikir kepada
Allah itu bukan sekedar ungkapan sastra, nyanyian, hitungan-hitungan lafadz,
melainkan suatu hakikat yang diyakini didalam jiwa dan merasakan kehadiran
Allah disegenap keadaan, serta berpegang teguh dan menyandarkan kepada-Nya
hidup dan matinya hanya untuk Allah semata.
Firman Allah, “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu (jiwamu) dengan merendahkan diri
dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS 7:205)
Aku hadapkan wajahku kepada wajah yang menciptakan langit dan bumi, dengan
lurus. Aku bukanlah orang yang berbuat syirik, sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku kuserahkan (berserah diri) kepada Tuhan sekalian Alam.
Adapun hitungan-hitungan lafadz, seperti membaca Asmaul Husna, membaca
Alqur’an, shalat, haji, zakat, dll, merupakan bagian dari sarana dzikrullah,
bukan dzikir itu sendiri, yaitu dalam rangka menuju penyerahan diri (lahir dan
batin) kepada Allah.
Tidak ada kemuliaan yang lebih tinggi dari pada dzikir dan
tidak ada nilai yang lebih berharga dari usaha menghadirkan Allah dalam hati,
bersujud karena keagungan-Nya, dan tunduk kepada semua perintah-Nya serta
menerima setiap keputusan-Nya Yang Maha Bijaksana
Dzikir berarti cinta kepada Allah, tidak ada tingkatan yang lebih tinggi
diatas kecintaan kepada Allah …, maka berdzikirlah kamu (dengan menyebut )
Allah, sebagaimana kamu ingat kepada orang tua kalian, atau bahkan lebih dari
itu …. (QS 2:200)
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik.” (QS 9:24 ).
Sumber: Al Adzkaarun Nawawiyyah
Posting Komentar