Diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari, dimana Rasul SAW bersabda “Ana
awla bil mu’minina min anfusihim”, Aku (Nabi SAW) lebih awla daripada orang
mukmin atas diri mereka sendiri. Kok bisa Rasul SAW mengatakan “aku
lebih awla daripada orang orang mukmin atas diri mereka sendiri”. Kenapa?
Karena firman Allah. Allah Swt berfirman “Annabiyyu awla bil mu’minina
min anfusihim” (QS. Al Ahzab:6). Nabi SAW itu lebih utama, lebih patut
didahulukan dari orang mukmin atas diri mereka sendiri, maka Rasul SAW
berkata “Ana aula bil mu’minina min anfusihim”. Seakan akan kalau tidak kita
ikuti sabda Beliau (SAW) yang selanjutnya ucapan ini sombong.
Aku (Nabi SAW)
yang lebih utama dari orang mukmin atas diri mereka sendiri, Tapi lihat
ucapan (hadits beliau SAW) selanjutnya “..barang siapa yang wafat masih
meninggalkan hutang dan dia tidak punya uang atau harta untuk bisa membayar hutangnya,
aku (Nabi SAW) yang akan menyelesaikan hutangnya”.
Berapa banyak orang –
orang muslimin yang wafat yang tidak mampu membayar hutangnya. Ahli warisnya
atau tidak punya harta waris, mereka datang kepada Nabi SAW. Rasulullah SAW
yang membayar hutang mereka. Subhanallah!! Inilah orang yang paling dermawan
dari semua yang dermawan.
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarah Shahih
Bukhari menjelaskan menukil beberapa hadits lainnya bahwa sebelum Fatah Makkah,
baru malam selasa yang lalu kita bahas fatah makkah. Sebelum fatah makkah Rasul
SAW tidak mau menyolatkan jenazah yang masih punya hutang. Jadi kalau jenazah
seseorang yang wafat, Rasul SAW bertanya “ini masih punya hutang?”,
kemudian dijawab “masih ada”. Rasul SAW tidak mau sholat. Kalau sudah
selesai hutangnya atau ada orang yang bilang “aku yang menanggung”, baru
Rasul SAW mau menyolatkannya.
Ini bukan karena Rasul SAW benci atau menghina
jenazah itu, tapi Rasul SAW tidak mau ada 1 jenazah masuk ke dalam kuburnya
masih membawa hutang, ia dihimpit oleh bumi. Demikian indahnya Nabiyyuna
Muhammad SAW, tidak rela beliau ada 1 jenazah yang masuk ke dalam kubur
dihimpit oleh bumi.
Maka Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari bisyarah
Shahih Bukhari menjelaskan bahwa hal seperti ini dipertanyakan kepada kita.
Setelah fatah makkah Rasul SAW baru mengatakan “siapa yang punya hutang
datang padaku, kalau tidak bisa bayar hutang”.Tapi sebelumnya beliau (Nabi SAW)
tidak mau menyolatkan jenazah. Dipertanyakan bagaimana dengan kita? jika ada
jenazah yang wafat orang susah punya hutang, disholatkan atau tidak? Jika tidak
ada yang mau membayar hutangnya.
Maka Imam Ibn Hajar mengatakan tetap disholatkan. Apakah ia dihimpit bumi? Imam
Ibn Hajar Al Asqalani dalam kitabnya Fathul Bari mengatakan “tidak, ia
bebas”. Karena apa? selama ia tidak punya harta, ia orang susah lalu wafat
dan hartanya tidak cukup untuk melunasi hutangnya, ia tidak dihimpit bumi.
Kenapa? karena orang – orang fuqara itu punya hak dari baitul maal. Zaman
sekarang tidak ada baitul maal.
Baitul maal itu kira – kira Departemen Keuangan, semua orang fuqara dapat
santunan. Itu baitul maal di zaman Rasul SAW. Zaman sekarang tidak ada baitul
maal. Nah oleh sebab itu kalau seandainya di zaman itu ada orang wafat, miskin
tidak punya hutang yang membayar baitul maal, setelah wafatnya Rasul SAW. Oleh
sebab itu zaman sekarang tidak ada baitul maal maka orang yang wafat
meninggalkan hutang dan belum mampu melunasi hutang daripada sisa hartanya,
temannya tidak ada yang mau membayarnya maka ia tidak dihimpit bumi. Karena
apa? karena tidak ada baitul maal. Demikian dijelaskan di
dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Bukhari
Dan Rasul SAW selalu menginginkan keberkahan bagi umatnya (Nabi SAW), Maka
ketika penduduk Madinah yaitu Anshar, Nabi SAW yang
terkena beban dengan datangnya Muhajirin kepada mereka sehingga orang – orang
anshor membagi setengah harta mereka untuk muhajirin. Ketiban susah, kasarnya
begitu. Turut punya saudara baru harus membagi harta mereka. Harta dibagi,
rumah mereka untuk saudara – saudara mereka yang datang bersama Rasulullah SAW
dari Makkah.
Maka Rasul SAW mendoakan mereka, mereka yang berkorban di doakan
oleh Nabi SAW. Allahumma bariklahum fii mikyaalihim, wa muddihim, wa
shaa'ihim…. Rasul SAW mendoakan orang Madinah “wahai Allah berkahi
mereka pada timbangannya, timbangan perdagangannya, pada muddnya, pada sha’
nya”.
Maksudnya dalam perdagangannya, di dalam bermasyarakatnya limpahi
keberkahan. Doa itu sampai sekarang Madinah Al Munawwarah tidak pernah
dilimpahi kemiskinan. Doa Nabiyyuna Muhammad SAW untuk Madinah dan juga Doa
Nabiyullah Ibrahim As untuk Makkah.
Maka Makkah dan Madinah tidak pernah ditimpa kemiskinan sampai saat ini.
Kenapa awal awalnya? awal awalnya orang orang yang membela beliau (Nabi SAW),
orang orang yang mencintai beliau (Nabi SAW). Orang orang Anshor adalah orang
orang yang menerima Nabi SAW saat Nabi SAW terusir dari semua tempat. Semua
orang tidak mau kedatangan Rasul SAW karena takut nanti orang orang kuffar
quraisy akan datang memerangi mereka. Maka hanya orang Madinah yang membuka
pintu untuk Sang Nabi SAW dan para Muhajirin, maka mereka hijrah ke Madinah Al
Munawwarah. Didoakan oleh Rasul SAW sehingga beliau bersabda riwayat Shahih
Bukhari “Tanda orang yang beriman adalah mencintai anshar, dan tanda orang
munafik adalah benci kaum Anshar”, (Shahih Bukhari) kata Rasul SAW.
Alangkah indahnya orang orang yang mencintai Nabi Muhammad SAW, dibela oleh
Rasul SAW. Anshor penduduk Madinah di masa itu. Dan tanda orang orang yang
munafik adalah orang orang yang benci kepada Anshor. Demikian pembelaan dan
penghormatan Sang Nabi SAW bagi mereka mereka yang membela Rasulullah SAW.
Akhir dari penyampaian saya adalah beberapa hari lagi kita akan sampai pada
Idul Fitri, Rasul SAW bersabda diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari bahwa
beliau tidak keluar Idul Fitri sebelum sarapan dulu beberapa butir kurma dengan
angka yang ganjil. Demikian sunnahnya, kita hiasi hari hari kita dengan sunnah
Sayyidina Muhammad SAW. Orang yang paling berlemah lembut kepada semua orang.
Diiriwayatkan oleh Hujjatul Islam wa Barakatul Anam
Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al Ghazali, yang kita
kenal dengan Nama Imam Al Ghazali dalam kitabnya mukasyifatul quluub “barangsiapa
yang membaca Subhanallah Wabihamdih 300X di hari Idul Fitri dan diniatkan
pahala untuk muslimin muslimat maka Allah Swt akan mengirimkan cahaya cahaya ke
pekuburan muslimin muslimat dan saat ia wafat, Allah penuhi kuburnya dengan
1000 cahaya”. Orang yang menbaca subhanallah wabihamdih 300X di hari Idul
Fitri dan diniatkan pahalanya untuk muslimin muslimat maka pahalanya akan
ditebarkan pada muslimin muslimat dan saat ia sendiri yang wafat, Allah berikan
kuburnya 1000 cahaya.
Ini kemuliaan yang diajarkan oleh Nabiyyuna Muhammad SAW
dan pula Imam Ghazali menukil satu hadits Rasul SAW “barangsiapa yang
menghidupkan malam Idul Fitri (malam ied), memakmurkannya, mensyiarkannya maka
Allah akan hidupkan hatinya disaat semua hati dalam keadaan mati. Ini
tafsir haditsnya banyak, ada yang mengatakan di saat semua orang gundah ia akan
tetap tenang. Ada yang mengatakan di saat semua orang itu wafat dan dikuburkan,
ia tetap hidup dengan rahmat Allah, ada yang mengatakan di saat yaumal qiyamah
ia tetap diberi ketenagan oleh Allah Swt karena ia memakmurkan malam Idul
Fitri.
Habib Munzir Al Musawwa
Posting Komentar