Yakin yang pertama adalah terhadap syariat Allah. Allah SWT
menghalalkan sesuatu, kita yakin untuk menghalalkannya. Yang telah diharamkan,
kita harus berani menyatakan itu haram. Didasari dengan iman dan keyakinan.
Yakin itu akan memunculkan iman. Masuk akal atau tidak kita akan meyakini
apa-apa yang tercantum dalam kitab Allah dan sunnah Baginda Nabi SAW.
Yakin yang kedua adalah terhadap ubudiyah dan muamalah,
seperti di dalam dunia tasawuf dan thariqah. Keyakinan di sini jelas terhadap
Allah SWT. Sebagaimana dalam firman Allah SWT:
ۚ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﻖِ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻳَﺠْﻌَﻞْ ﻟَﻪُ ﻣَﺨْﺮَﺟًﺎ
ﻭَﻳَﺮْﺯُﻗْﻪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﺎ ﻳَﺤْﺘَﺴِﺐُ
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan diberinya rizki yang tak
disangka-sangka." (QS. ath-Thalaq ayat 2-3).
Untuk yakin terkadang
kita membutuhkan bukti. Maka dalam setiap shalat fardhu 5
waktu, shalat malamnya, shalat Dhuha dan ibadah lainnya terkadang timbul
pertanyaan mengapa Allah masih memberikan kesulitan? Padahal kita yakin bahwa
siapa yang bertakwa niscaya akan diberi kemudahan dan diberikan rizki yang tak
disangka-sangka. Secara teori memang gampang.
Tapi untuk bisa meyakinkan itu tidak mudah tanpa didasari
ma'rifah kepada Allah SWT. Secara keimanan kita meyakini firman Allah SWT,
namun sebagai orang awam kita selalu inginnya mengejar dan mengejar. Tapi
apabila kita yakin dengan didasari ma'rifah kepada Allah SWT, pasti akan
berkembang, tidak langsung menyalahkan firman Allah SWT di atas.
Untuk meningkatkan "man yattaqillah" itu tidak
serta-merta. Contohnya orang sakit, merasakan bagaimana kita sendiri atau
melihat orang lain sakit, hatinya terus khawatir dan khawatir. Ada yang
memelihara kekhawatirannya tidak kembali kepada Allah, dan adapula yang
dikembalikan kepada Allah. Kalau tidak kembali kepada Allah SWT, itu ngawur
dan semrawut, kemana-kemana akan merasakan kebingungan.
Adapun orang yang memiliki khawatir kepada Allah dan hatinya
tetap terpaut kepada Allah, dia akan beriktiar "liziyadah ath-tha'ah"
(untuk menambah ketaatannya kepada Allah SWT.). Dan dia yakin, "Pasti
Allah akan memberikan kesembuhan."
Dia mendahulukan keyakinannya yang
didasari ma'rifah dan berhusnudzan kepada Allah SWT. Dengan rasa khawatirnya
yang demikian dia akan semakin semangat dalam beribadah dan berintrospeksi
diri. Dari keyakinan seperti itulah yang akan memunculkan sifat husnudzan (baik
sangka) pada Allah SWT.
Maulana Habib
Luthfi bin Yahya menguraikan Bab Yakin dalam kitab Jami' Ushul al-Auliya' 19
Ramadhan 1437/23 Juni 2016 seperti dikutip oleh Ust. Syaroni As-Samfuriy
Posting Komentar