Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » , » Tak Ada Ciptaaan Allah Yang Sia-sia (1)

Tak Ada Ciptaaan Allah Yang Sia-sia (1)

Dalam surat Al-Baqarah, Allah SWT menyebutkan bahwa dalam semua ciptaan-Nya tidaklah sia-sia, bahkan seekor nyamuk sekalipun atau bahkan yang lebih rendah daripada itu. Orang mukmin akan beriman terhadap hal itu dan memandangnya sebagai sesuatu yang haq (benar), tetapi si kafir akan mengingkari dan bahkan menganggap tidak perlu Allah mengumpamakan dengan nyamuk atau sebagainya. Ayat-ayat berikut berbicara tentang perumpamaan dan jawaban Allah atas komentar orang-orang kafir tentang hal tersebut. Marilah kita perhatikan kandungan ayat-ayat itu dan penafsiran para ulama.


Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 26-27 (yang artinya):

“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah. Adapun orang-orang yang beriman meyakini bahwa perumpamaan itu benar-benar dari Tuhan mereka, sementara mereka yang kafir mengatakan, ‘Apa maksud Allah menjadikan perumpamaan ini?’ Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah meneguhkannya, memutuskan apa yang diperintahkan Allah kepada mereka unntuk menghubungkannya, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah: 26-27).


Ketika Allah memberikan dua perumpamaan tentang orang-orang munafik dalam firman-Nya, “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api” dan “Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit”, orang-orang munafik berkata, “Allah terlalu suci dari membuat perumpamaan-perumpamaan seperti ini.” Maka Allah menurunkan ayat ini sampai firman-Nya, “Mereka itulah orang-orang yang rugi.”


Qatadah mengatakan: Ketika Allah menyebut perihal berupa laba-laba atau lalat, orang-orang musyrik berkomentar, “Ada apa denga laba-laba dan lalat sehingga harus disebut-sebut?” Maka Allah menurunkan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah.” Artinya, Allah tidak malu menyatakan kebenaran dengan menggunakan sesuatu yang sedikit atau banyak, atau yang dipandang kecil atau besar.


Mengenai makna firman Allah, “Atau yang lebih rendah dari itu”, terdapat dua pendapat. Pertama, yang lebih kecil atau lebih remeh lagi. Ini pendapat sebagian besar muhaqqiq, kritikus. Pendapat kedua mengatakan bahwa yang dimaksud adalah yang lebih besar daripada itu.


Qatadah bin Di’amah dan Ibnu Jarir adalah sebagian di antara yang berpendapat demikian. Pendapat tersebut dikuatkan oleh haidits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika seorang muslim terkena dud atau yang lebih besar dari itu, ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan satu kesalahannya.”


Jadi, Allah memberitakan bahwa Dia tidak memandang remeh sesuatu yang diciptakan-Nya sebagai perumpamaan meskipun dipandang hina dan kecil, seperti lalat. Sebagaimana tidak enggan menciptakannya, Allah pun tidak enggan membuatnya menjadi perumpamaan, sebagaimana perumpamaan lalat dan laba-laba dalam firman-Nya, “Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali-kali tidak dapat mencipkakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemahlah yang disembah.” (QS Al-Hajj: 73).


Begitu juga perumpamaan yang disebutkan dalam ayat-ayat lainnya berikut ini:


“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut: 41).


“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatu pun.” (QS An-Nahl: 75).


“Dan Allah membuat pula perumpamaan: dua orang laki-laki, yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatu pun dan dia menjadi beban atas penanggungnya itu, dan tidak dapat mendatangkan suatu kebajikan pun. Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan?” (QS An-Nahl: 76)


“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (QS Al Ankabut: 43).


Seorang ulama salaf mengatakan, “Jika aku mendengar suatu perumpamaan dalam Al-Quran dan tidak dapat memahaminya, aku menangisi diriku, karena Allah telah berfirman, ‘Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”


Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka’ adalah, mereka mengetahui bahwa itu merupakan kalam Allah dan dating dari sisi-Nya.




Dinukilkan dari Tafsir Ibnu Katsir oleh Habib Sholeh Bin Achmad Bin Salim Alaydrus
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger