Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Hidup Berkah Dengan Yang Halal (2)

Hidup Berkah Dengan Yang Halal (2)

Tidak masalah pula seseorang mengkonsumsi makanan yang lezat yang memiliki nilai gizi yang baik sebab Allah ta’ala justru tak suka dengan orang yang bakhil, apalagi bakhil sama diri sendiri. 

Suatu saat dikala kita dapat rizqi yang banyak dari Allah, kita perlu juga mengkonsumsi makanan yang enak, seperti makanan sate atau gule. Sebab Allah suka implikasi nikmat yang Ia berikan nampak pada seorang hamba. Tentu saja ini dalam level hal, bukan level maqam. Yang penting jangan sampai berlebihan. Dan tentu saja yang penting lagi adalah jangan lupa membagi kenikmatan itu kepada orang lain.


Kehalalan ini amat berkaitan dengan teraihnya keberkahan hidup. Tak perlu berpayah-payah mengejar rizqi yang ternyata merupakan hal yang syubhat atau bahkan haram. Sebab percuma, membuat hidup takkan berkah. Lebih baik mencari rizqi yang halal meski sederhana. Keberkahan akan datang menemani hidup kita.


Allah hanya menerima amal baik yang dilakukan oleh seorang mukmin. Bagi orang kafir, meski ia melakukan amal sosial yang banyak. Amal mereka ibarat debu yang beterbangan, atau ibarat fatamorgana. Meski terkadang amal sosial yang mereka lakukan ada dampak positif yang akan mereka dapatkan dikala didunia, tidak di akhirat. Padahal al Kayyis adalah seseorang yang beramal demi kepentingan selepas mati.


Seorang Mukmin harus benar-benar jeli dan hati-hati dalam menyeleksi hal yang halal. Sebab kedekatan seorang hamba dengan Allah amat dipengaruhi oleh faktor konsumsi makanan, minuman atau pakaian dan hal lain. Perkara yang syubhat dan haram, baik berupa makanan, minuman, pakaian atu hal lain merupakan hijab yang menghalangi hubungannya dengan Allah. Doa-doa yang ia panjatkan takkan bisa tembus untuk kemudian di ijabah oleh Allah sebab hijab ini.


Seorang wali santri dulu dikala mensowankan anaknya kepada Mbah Faqih Langitan, Mbah Faqih sampai berpesan, “Ngapunten, lare niki ampun dikirimi duwit sangking gaji KUA njeh” (Maaf, anak ini jangan dikirimi uang dari gaji KUA ya). “Oh njeh niki khusus” jawab ayah anak itu. Sebuah kehati-hatian Mbah Faqih yang demikian luar biasa.


Mbah Humaidullah juga demikian hati-hati dengan makanan. Pernah suatu saat putranya yang masih kecil sepulang bermain membawa beberapa biji krupuk, setelah mengetahui bahwa krupuk itu hasil 'nemu' di jalan beliau langsung mengajak putranya itu untuk menemui pemilik krupuk dan meminta ikhlasnya.


Ya, memang kita kini memasuki era yang meski seseorang hati-hati sedemikian rupa, kita akan tetap terdampak debunya riba. Bagaimana kita melihat mekanisme ibadah haji saja mesti melalui bank yang pastinya dengan hal itu kita terlibat berkontribusi dalam zona riba. Uang yang halal demikian langka. Maka bertapa beruntungnya orang yang berpegang teguh dalam mencari rizqi yang halal. Islam berawal dalam kondisi asing, dan akan kembali asing, betapa beruntungnya orang-orang terasing. Wallahu'alam.




Penulis berasal dari Pon Pes Salaf APIK Kaliwungu
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger