Kisah
Kecintaan Tsauban, Sahabat Nabi Muhammad
SAW Ini Tinggal Di Madinah Sepanjang Hidup Rasul SAW. Namun Suatu Saat Dari Hari Ke Hari Tubuhnya Semakin
Kurus Dan Ringkih.
Ketika Ditanya Oleh Sahabat-Sahabat Yang Lain, Beliau Tidak
Mau Menjawab. Namun Saat Ditanya Sendiri
Oleh Nabi, Tsauban Menjawab, “Wahai Rasul,
Saya Ini Sebenarnya Orang Yang Kuat. Saya Dapat Menahan Lapar Dan Haus
Saya Saat Sedang Tidak Ada Makanan Atau Minuman. Saya Juga Tahan Pergi Perang Dan Tidak Bertemu Berbulan-Bulan
Dengan Keluarga Saya. Tapi Ada Satu Hal
Yang Saya Tidak Tahan, Yaitu Apabila Datang Kerinduan Kepadamu Di Siang Hari,
Tak Mampu Aku Tunggu Malam Untuk Berjumpa Denganmu. Apabila Datang Kerinduan
Padamu Di Malam Hari, Tak Mampu Ku Tunggu Pagi
Untuk Berjumpa Denganmu. Sepanjang Waktu Itu Aku Berada Dalam
Keadaan Gelisah, Susah, Tidak Enak Makan
Dan Tidur Sampai Aku Dapat Berjumpa Denganmu, Ya Rasulullah.
Masalahnya,
Saat Di Dunia, Engkau Begitu Mudah
Ditemui. Yang Saya Pikirkan Nanti Di Hari Akhirat. Engkau Adalah Rasulullah, Sementara Aku Hanyalah Tsauban.
Engkau Pasti Akan Ditempatkan Bersama Para Nabi Di Surganya Yang Paling Tinggi.
Sementara Aku, Andai Pun Allah
Mengampuni Dosa-Dosaku Dan Berada Di Surga, Pasti Surgaku Berada Di Bawah Surgamu, Ya
Rasulullah. Dan Apalah Artinya Surga
Jika Aku Tidak Dapat Berjumpa Denganmu Ya, Rasulullah. Inilah Yang
Membuat Saya Terus Kepikiran Dan Membuatku Semakin Kurus Dan Pucat Wajahku.”
Nabi
Terdiam Lalu Allah Memberikan Berita Gembira
Kepada “Tsauban-Tsauban Berikutnya Hingga Sekarang”, Sebuah Wahyu
Lewat Malaikat Jibril. Nabi Segera
Tersenyum Dan Berkata, “Wahai Tsauban, Dengarkanlah, Allah Telah Mengirimkan
Untukmu Satu Ayat Yang Merupakan Jaminan Bagimu. Satu Ayat Yang Merupakan Kabar
Gembira Untukmu Dan Orang-Orang Yang
Mengikuti Jalanmu: “Dan Barangsiapa Yang Mentaati Allah Dan Rasul(Nya), Mereka Itu Akan Bersama-Sama
Dengan Orang-Orang Yang Dianugerahi
Nikmat Oleh Allah, Yaitu Nabi-Nabi, Para Shiddiiqiin, Orang-Orang Yang Mati Syahid, Dan Orang-Orang
Saleh. Dan Mereka Itulah Teman Yang
Sebaik-Baiknya.” (Qs 4: 69)
Terakhir,
Simaklah Cerita Sayyidina Abu Bakar Kepada Sahabat-Sahabatnya Dari Para Ulama:
“Di
Tengah Perjalanan Hijrah Bersama Nabi Muhammad SAW, Saat Itu Sedang Musim Panas Yang Sangat Luar Biasa. Di Siang
Yang Terik Sekali, Kami Mencari Naungan
Untuk Beristirahat Sampai Matahari Agak Condong Ke Arah Barat. Setelah Menemukan Naungan, Saya
Membersihkan Tempatnya Lalu Saya Gelar
Selimut Kain Untuk Alas Tidur Kemudian Saya Mempersilakan Beliau Untuk Beristirahat.
Ketika
Aku Lihat Nabi Muhammad Sudah Memejamkan Mata, Aku Melihat Keadaan Sekitar Dan
Melihat Pengembala Dengan Kawanan
Kambingnya. Saya Menuju Orang Tersebut Dan Bertanya Kambing Itu Milik Siapa. Pengembala Itu
Menyebutkan Nama Seseorang Yang Sangat
Saya Kenal Dan Memiliki Hubungan Baik Dengan Mereka Di Kota Makkah. Kemudian
Saya Meminta Pengembala Tersebut Untuk Memerahkan Semangkuk Susu. Begitu Dapat,
Saya Berusaha Untuk Mendinginkannya.
Saya
Kemudian Mengalirkan Air Di Bawah Mangkuk Tersebut Agar Susunya Menjadi Dingin. Setelah Itu Saya Menuju Ke Tempat
Nabi SAW, Saya Tunggu Hingga Beliau
Bangun. Begitu Nabi Bangun, Saya Sodorkan Susu Tersebut Dan Menceritakan Dari Mana Susu Tersebut Berasal.
Nabi Kemudian Mengambilnya Dan Meminumnya, Sampai Habis Susu Tersebut Dan
Hilanglah Dahagaku.” Ajaib Kan?
Sayyidina Abu Bakar Mempersilakan Rasul Untuk
Beristirahat Sementara Beliau Berjaga. Padahal Yang Bepergian
Mereka Berdua, Seharusnya Yang Kelelahan
Juga Pasti Mereka Berdua. Di Kejadian
Selanjutnya, Beliau Bahkan Tidak Mencecap Susu Satu Tetes Pun,
Namun Beliau Mengatakan Hanya Dengan
Melihat Nabi Meminumnya, Maka Dahaga
Beliau Ikut Hilang Dan Seakan-Akan Ikut Merasakan Kesegarannya.
Karena Bagi Dia, Keselamatan Nabi,
Kenyamanan Nabi, Lebih Daripada Kenyamanannya Sendiri.
Ini
Jalan Cinta, Yang Diambil Oleh Para
Sahabat-Sahabat Nabi SAW. Bagaimana? Luar Biasa Bukan Kecintaan Mereka Kepada Rasululah SAW. Adapaun Kita
Ummatnya Yang Berharap Bayak Pada
Beliau. Apa Yang Sudah Kita Perbuat? Sudahkan Kita Mencintainya? Sudahkan Kita
Mengikuti Ajaran Dan Sunnahnya?. Melihat Cinta Sahabat Kepada Beliau Yang Luar Biasa Saja Sudah
Membuat Kita Terheran Heran. Bagaiman
Dengan Cinta Nabi Muhammad SAW Kepada Sahabat Dan Kita Umatnya? Kita Tak Akan Mampu Mengitungnya. Renungkanlah.
Allahumma Sholli Alaa Muhammad.
Habib
Muhammad Rafiq
Posting Komentar