Di sisi lain, dengan mengikuti adzan dua kali tersebut
apakah tidak bertentangan dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang melaksanakan adzan hanya satu kali?
Tentu saja tidak bertentangan, karena
Khalifah Utsman termasuk Khulafaur Rasyidin, yang diperintahkan diikuti oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻌِﺮْﺑَﺎﺽِ ﺑْﻦِ ﺳَﺎﺭِﻳَﺔَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻗَﺎﻝَ ﻗَﺎﻝَ
ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺴُﻨَّﺘِﻲْ ﻭَﺳُﻨَّﺔِ
ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴْﻦَ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻱْ . ( ﺭَﻭَﺍﻩُ ﺃَﺑُﻮْ ﺩَﺍﻭُﺩَ
ﻭَﺍﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱُّ ﻭَﺍﺑْﻦُ ﻣَﺎﺟَﻪْ ﻭَﻏَﻴْﺮُﻫُﻢْ . ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺘِّﺮْﻣِﺬِﻱُّ ﺣَﺴَﻦٌ ﺻَﺤِﻴْﺢٌ
).
“Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Berpeganglah kalian dengan sunnahku
dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang memperoleh petunjuk sesudahku”.
Tentang adzan Jum’at di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi,
memang benar bahwa di dua masjid termulia di dunia itu adzan Jum’at
dikumandangkan dua kali sebagaimana tuntunan Khalifah Utsman bin Affan. Hal ini
sama dengan shalat tarawih yang juga dilakukan dengan 20 rakaat sebagaimana
tuntunan dari Khalifah Umar ibn Khattab.
Mungkin di sini ada yang bertanya, bagaimana dengan satu
kelompok yang mengumandangkan adzan Jum’at satu kali dan membid’ahkan adzan dua
kali?
Pada dasarnya kelompok yang membid’ahkan adzan Jum’at dua kali, adalah
sayap radikal dari aliran Salafi-Wahabi yang mengikuti pandangan Syaikh Nashir
al-Albani, dari Yordania. Syaikh al-Albani mengharamkan dan membid’ahkan adzan
Jum’at dua kali, dan mencukupkan dengan adzan satu kali. Hanya saja pandangan
Syaikh al-Albani tersebut ditentang keras oleh kalangan Salafi-Wahabi sendiri.
Misalnya Syaikh Ibnu Utsaimin, ulama Salafi-Wahabi dari Saudi Arabia berkata:
ﻳَﺄْﺗِﻲْ ﺭَﺟُﻞٌ ﻓِﻲْ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌَﺼْﺮِ، ﻟَﻴْﺲَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ
ﺷَﻲْﺀٌ، ﻭَﻳَﻘُﻮْﻝُ : ﺃَﺫَﺍﻥُ ﺍﻟْﺠُﻤْﻌَﺔِ ﺍْﻷَﻭَّﻝُ ﺑِﺪْﻋَﺔٌ، ﻷَﻧَّﻪُ ﻟَﻴْﺲَ ﻣَﻌْﺮُﻭْﻓﺎً
ﻋَﻠﻰَ ﻋَﻬْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮْﻝِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻭَﻳَﺠِﺐُ ﺃَﻥْ ﻧَﻘْﺘَﺼِﺮَ
ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻷَﺫَﺍﻥِ ﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲْ ﻓَﻘَﻂْ ! ﻓَﻨَﻘُﻮْﻝُ ﻟَﻪُ : ﺇِﻥَّ ﺳُﻨَّﺔَ ﻋُﺜْﻤَﺎﻥَ ﺭَﺿِﻲَ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺳُﻨَّﺔٌ ﻣُﺘَّﺒَﻌَﺔٌ ﺇِﺫَﺍ ﻟَﻢْ ﺗُﺨَﺎﻟِﻒْ ﺳُﻨَّﺔَ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ، ﻭَﻟَﻢْ ﻳَﻘُﻢْ ﺃَﺣَﺪٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺼَّﺤَﺎﺑَﺔِ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻫُﻢْ
ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻣِﻨْﻚَ ﻭَﺃَﻏْﻴَﺮُ ﻋَﻠﻰَ ﺩِﻳْﻦِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺑِﻤُﻌَﺎﺭَﺿَﺘِﻪِ، ﻭَﻫُﻮَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨُﻠَﻔَﺎﺀِ
ﺍﻟﺮَّﺍﺷِﺪِﻳْﻦَ ﺍﻟْﻤَﻬْﺪِﻳِّﻴْﻦ،َ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺃَﻣَﺮَ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ
ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﺎﺗِّﺒَﺎﻋِﻬِﻢْ . ( ﺍِﺑْﻦُ ﻋُﺜَﻴْﻤِﻴْﻦ، ﺷَﺮْﺡُ ﺍﻟْﻌَﻘِﻴْﺪَﺓِ ﺍﻟْﻮَﺍﺳِﻄِﻴَّﺔِ
).
“Ada seorang laki-laki dewasa ini yang tidak memiliki
pengetahuan agama sama sekali mengatakan, bahwa azan Jum’at yang pertama adalah
bid’ah, kerana tidak dikenal pada masa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
kita harus membatasi pada azan kedua saja! Kita katakan pada laki-laki
tersebut: “Sesungguhnya sunahnya Utsman RA adalah sunah yang harus diikuti
apabila tidak menyalahi sunah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak
ditentang oleh seorangpun dari kalangan sahabat yang lebih mengetahui dan lebih
ghirah terhadap agama Allah dari pada kamu (al-Albani). Beliau (Utsman RA)
termasuk Khulafaur Rasyidin yang memperoleh pentunjuk, dan diperintahkan oleh
Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diikuti.” (Syaikh Ibnu Utsaimin,
Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, hal. 638).
Pernyataan Syaikh Ibnu Utsaimin tersebut, ditegaskan kembali
dalam bukunya, Syarh Riyadh al-Shalihin, juz 5 hal. 27, bahwa yang membid’ahkan
adzan pertama dalam shalat Jum’at adalah orang Salafi yang sok cerdas.
Selanjutnya, pandangan bahwa adzan dua kali dalam shalat Jum’at termasuk
sunnah, dan bukan bid’ah, juga ditegaskan oleh Tim Tetap Kajian Ilmiah dan
Fatwa Saudi Arabia (Salafi-Wahabi), dalam himpunan fatwa Fatawa al-Lajnah
al-Daimah lil-Buhuts al-‘Ilmiyyah wal-Ifta’, juz 8 hal. 198. Wallahu a’lam.
Ust. Idrus Ramli
Posting Komentar