Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Keutamaan Diam

Keutamaan Diam

Al Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berkata, “ Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya, kecuali dengan banyak diam “. Oleh sebab itu, Pembuat syari’at memuji dan menganjurkan diam, Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya), “ Barang siapa yang diam, pasti dia selamat “ (HR. At Tirmidzi)


Luqman Al Hakim berkata, “Diam itu adalah kebijaksanaan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya”.


Abdullah bin Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata, ”Aku berkata kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang islam, dengan suatu perkara yang aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain sesudahmu.”. Nabi SAW bersabda, ”Katakanlah, aku beriman, kemudian istiqamahlah”. Dia berkata, “Lalu apakah yang harus aku jaga?”, kemudian Rasulullah SAW mengisyaratkan dengan tangan beliau ke lidah beliau. (HR. At Tirmidzi, An Nasa’I dan Ibnu Majah).


Uqbah bin ‘Amir bertanya kepada Rasulullah SAW, “ Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan?”, Nabi menjawab, “Tahanlah lidahmu, tinggallah di rumahmu (jangan banyak keluar) dan tangisilah kesalahanmu”. (HR. At Tirmidzi)


Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah  SAW, “ Wahai Rasulullah perbuatan apakah yang paling utama?”, kemudian Rasulullah menjulurkan lidah beliau yang mulia lalu meletakkan jemarinya diatasnya dengan mengisyaratkan agar menjaganya.


Sahl bin Sa’ad meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW, dimana beliau bersabda (yang artinya), “ Siapa yang menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada diantara dua janggutnya (lidah) dan yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin untuknya surga “ (HR. Bukhori)


Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “ Siapa yang menahan lidahnya pasti Allah menutupi
auratnya
, siapa yang dapat menahan amarahnya pasti Allah melindunginya dari siksaNya, dan siapa meminta ampun kepada Allah, Dia pasti menerima permohonan ampunannya “ (HR. Ibnu Abi Dunya).


Beliau SAW bersabda pula, “ Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat mengalahkan syaitan “ (HR. Ath Thabarani dan Ibnu Hibban)


Cara menyelamatkan diri dari bahaya lidah adalah diam, kecuali dari hal yang baik dan mengundang kebaikan. Para salaf pendahulu kita lebih banyak diam daripada berbicara. Sebab dengan diam akan mengurangi dosa dan bahaya yang timbul akibat lidah. Tetapi jika hak-hak Allah dilecehkan, syariat dihina dan Rasulullah direndahkan, maka mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan berbicara dengan lantang dan pasti sekalipun di depan pemimpin yang kejam, sekalipun nyawa adalah taruhannya. Jadi berbicara itu baik jika ditempatkan pada posisinya dan diam itu baik jika ditempatkan pada tempatnya pula. Dan jika dibalik maka rusaklah tatanan Amr Ma’ruf  Nahi Munkar.


Bagaimana Imam Syafi’I tidak diam diri, manakala melihat sulthon berbuat ketidakadilan, dengan tegas beliau berbicara, menasehati si pemimpin itu. Tetapi jika ditanyakan sesuatu yang sekiranya tidak perlu jawaban, maka beliau diam, tidak menjawab. Lihatlah bagaimana beliau memposisikan sesuatu pada tempat dan waktu yang layak dan tepat.


Sebagian Ulama berkata, “Diam menghimpun beberapa keutamaan, diantaranya keselamatan agama, kewibawaan, konsentrasi untuk berfikir, berdzikir dan beribadah. Dan dalam diam juga terkandung keselamatan dari berbagai tanggung jawab perkataan di dunia dan hisabnya di akhirat”, Allah SWT berfirman (yang artinya), “ Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir (Raqib ‘Atid) “ (QS. Qaaf 18)


Bahkan diam mendatangkan ibadah yang berpahala, jika diam itu didasarkan karena khawatir berbicara sesuatu yang haram, demi mengharap ridho Allah. Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “ Maukah kalian aku beritahukan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi badan? Diam dan akhlak yang baik “ (HR. Ibnu Abi Dunya).


Jika anda bertanya, apa sebabnya diam memiliki keutamaan sedemikian besar?, Maka ketahuilah bahwa sebabnya karena terlalu banyak penyakit lidah, seperti ghibah, berdusta, mengadu domba, berkata keji, riya’, terlibat dalam kebathilan, bertengkar, marah, menyingkap aurat orang dan lainnya. Oleh karena banyak penyakit dan dosa yang timbul karena lidah, maka yang terbaik adalah banyak diam. Kemampuan menahan lidah adalah jalan keselamatan, oleh sebab itu keutamaan diam sangatlah besar. Wallahu A’lam.



Disarikan dari kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al Ghazali dan An Nashoihud Diniyyah karya Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad.
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger