Jiwa (an nafs) kita, karena berada di alam malakut, tidak
dapat dilihat oleh mata lahir kita. Jiwa (an nafs) adalah bagian batiniah dari
diri kita. Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin (ain bashirah).
Jadi manusia terdiri dari ruh di alam jabarut, jiwa (an
nafs) di alam malakut dan jasad di alam mulk
Jiwa (an nafs) juga memliki bentuk seperti jasad. Jiwa (an
nafs) akan tumbuh dengan memakan cahaya ruh (amr Allah), sabda-sabda Allah,
perintah-perintah Allah.
Oleh karenanya kita kenal ungkapan “bangunlah jiwanya (an
nafs) bangunlah badannya (jasad)”
Sering dikatakan sebagai “bentuk ruh” sebenarnya adalah
bentuk jiwa (an nafs) yang terbentuk dari amal kebaikan (amal sholeh) .
Bentuk ruh atau bentuk jiwa (an nafs) yang terbentuk bagi
manusia yang sempurna atau muslim yang berakhlakul karimah adalah serupa dengan
bentuk jasadnya yang terbaik, mereka yang sudah dapat mengalahkan nafsu hewani
atau nafsu syaitan.
Imam Malik ra berkata: “Ruh manusia yang sholeh itu sama
saja bentuknya dengan jasad lahirnya.”
Ada sebagian di antara manusia yang dapat melihat bentuk ruh
atau bentuk jiwa (an nafs) dirinya atau orang lain. Mereka dapat menengok ke
alam malakut. Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinya
dengan riyadhah kerohanian atau karena anugrah Allah Ta’ala (al-mawahib
al-rabbaniyyah).
Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjid A-Haram. la
terpesona menyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kabah, mendengarkan
gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka. Ia membayangkan betapa beruntungnya
orang-orang itu. Mereka tentu akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan.
Imam Ja’far Al-Shadiq ra, ulama besar dari keturunan cucu
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, menyuruh Abu Bashir menutup matanya.
Imam Ja’far mengusap wajahnya. Ketika ia membuka lagi matanya, ia terkejut. Di
sekitar Ka’bah ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya-
mendengus, melolong, mengaum. Imam Ja’far berkata, “Betapa banyaknya lolongan
atau teriakan; betapa sedikitnya yang haji.”
Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali yang pertama
(penglihatan pertama) adalah bentuk tubuh-tubuh manusia. Apa yang dilihat kedua
kalinya (penglihatan kedua) adalah bentuk-bentuk ruh mereka.
Seperti tubuh, ruh mempunyai rupa yang bermacam-macam: buruk
atau indah; juga mempunyai bau yang berbeda: busuk atau harum. Rupa ruh jauh
lebih beragam dari rupa tubuh. Berkenaan dengan wajah lahiriah, kita dapat saja
menyebut wajahnya mirip binatang, tapi pasti ia bukan binatang. Ruh dapat
betul-betul berupa binatang -babi atau kera.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Katakanlah: apakah akan
Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di
sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara
mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah Thagut? Mereka itu lebih
buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus”. (QS Al-Maidah [5]:
60).
Ust. Yulizon Armansyah
Posting Komentar