Jl. Kudus Colo Km. 5, Belakang Taman Budaya Bae Krajan, Kudus
Home » » Menyibak Rahasia Surat Al-Kahfi (1)

Menyibak Rahasia Surat Al-Kahfi (1)


Rasulullah SAW sangat menganjurkan kita untuk membaca Surat Al-Kahfi pada malam dan hari Jumat. Dalam sebuah riwayat disebuntukan “Barang siapa membaca surat Al-Kahfi akan dibebaskan dari fitnah Dajjal”. Usahakan membaca Surat Al-kahfi secara tuntas sampai ayat terakhir. Jika terpaksa tidak sempat,  maka bacalah hingga ayat 19 yang di dalamnya terdapat kalimah “walyatalattof”.

Surat ini termasuk dalam 3 serangkai dengan dua surat sebelumnya yaitu An-Nahl dan Al-Isra. 

An-Nahl (Lebah) menerangkan kepada kita tentang kecerdasan intelektual/rasional. Di dalamnya dijelaskan tentang proses alamiah seekor lebah menghasilkan madu. Seseorang yang  berusia 40 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi  satu sendok madu asli tiap hari untuk menjaga stamina.

Sementara Al-Isra, masuk dalam perpaduan kecerdasan intelektual dan spiritual. Ada wilayah tertentu dalam surat ini yang tidak bisa dijangkau oleh akal kita. Seperti peristiwa isra’ mi’rajnya Nabi SAW. Di sinilah kita mulai dikenalkan dengan kecerdasan spiritual. 

Surat Al-Kahfi berada setelah Al-Isra. Dalam surat ini, seluruhnya tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, tidak bisa dipahami hanya dengan rasionalitas. Misalnya saja kisah Ashabul Kahfi yang merasa tidur semalam padahal tertidur selama 309 tahun. Tidak bisa dicerna akal bukan, bagaimana orang bisa tertidur hingga 300 tahun lebih kemudian bangun kembali.

Pengetahuan digolongkan dalam 2 macam yaitu yang diperoleh dari olah nalar/akal disebut ilmu dan yang diperoleh dari olah batin disebut makrifat. Ilmu itu sedikit dan tidak bisa digunakan untuk mengarahkan manusia mengenal Tuhan. Maka jalan alternatif agar kita bisa berjalan lebih cepat menuju Tuhan adalah melalui makrifat. Saat ini kita sedang mengkaji tasawuf.

Ada orang yang berpendapat kalau mempelajari tasawuf itu artinya kita berjalan mundur. Padahal tidak! Tasawuf tidak melupakan rasio. Justru tasawuf memberikan ruang bagi akal untuk berkembang disamping juga mengasah qalbu.

Ada yang bertanya, Nabi tidak pernah mengajarkan ilmu tasawuf (?)

Memang jika yang kita cari adalah “merk” atau penamaan, maka tidak akan kita temukan ilmu tasawuf itu pada masa Nabi. Tapi lihatlah pada substansinya. Tasawuf hanya penamaan saja, isinya adalah ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW.



Prof. KH. Nasaruddin Umar (Imam Besar Masjid Istiqlal)
Adv 1
Share this article :

Posting Komentar

 
Musholla RAPI, Gg. Merah Putih (Sebelah utara Taman Budaya Kudus eks. Kawedanan Cendono) Jl. Raya Kudus Colo Km. 5 Bae Krajan, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Copyright © 2011. Musholla RAPI Online adalah portal dakwah Musholla RAPI yang mengkopi paste ilmu dari para ulama dan sahabat berkompeten
Dikelola oleh Remaja Musholla RAPI | Email mushollarapi@gmail.com | Powered by Blogger